Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Kurang Bahan, Brasil Hentikan Produksi AstraZeneca

Ilustrasi vaksin AstraZeneca. (Twitter.com/Morad News)
Ilustrasi vaksin AstraZeneca. (Twitter.com/Morad News)

Brasilia, IDN Times - Brasil menghadapi hantaman baru terkait program kampanye vaksinasinya. Mereka terpaksa menghentikan sementara produksi vaksin secara lokal karena dikabarkan kekurangan bahan-bahan pembuatannya.

Penghentian produksi vaksin itu akan dilakukan dalam beberapa hari mulai minggu depan dan masih bergantung dengan pengiriman stok bahan. Rencananya, stok bahan pembuatan vaksin virus corona itu akan dikirim oleh AstraZeneca dan tiba pada tanggal 22 Mei mendatang.

1. Pasokan vaksin produksi saat ini hanya akan bertahan sampai awal Juni

suntikan dan vaksin AstraZeneca. (Twitter.com/Capital Moments)
suntikan dan vaksin AstraZeneca. (Twitter.com/Capital Moments)

Brasil saat ini menjadi negara kedua di dunia dengan korban meninggal terbanyak karena infeksi virus corona setelah Amerika Serikat. Jumlah korban meninggal di Brasil telah mencapai 420 ribu orang lebih.

Sejak awal tahun, Presiden Brasil, Jair Bolsonaro, telah mendapatkan banyak kritik karena laju vaksinasi yang lambat sehingga menimbulkan kekhawatiran akan jumlah kematian yang terus meningkat.

Regulator Brasil, Anvisa, telah menyetujui vaksin AstraZeneca dan Sinovac untuk digunakan dalam program vaksinasi sejak Januari 2021. Dua vaksin tersebut telah dikirim dan digunakan ke 27 negara bagian. Selain itu, Brasil juga mendapatkan lisensi untuk memproduksi vaksin AstraZeneca secara lokal.

Namun, produksi vaksin itu terpaksa harus dihentikan sementara. Melansir dari kantor berita Reuters, pada hari Kamis (13/5) institut biomedis Fiocruz Brasil yang bertanggung jawab memproduksi vaksin AstraZeneca tersebut menjelaskan bahwa penghentian produksi vaksin karena kekurangan pasokan bahan-bahan.

Sejauh ini, Fiocruz yang berpusat di Rio de Janeiro telah memproduksi vaksin dan stok yang ada hanya akan bertahan pada bulan Juni. Lembaga penelitian yang didanai oleh pemerintah federal itu mengatakan mereka masih bisa mengirimkan dosis vaksin AstraZeneca sampai minggu pertama pada bulan Juni itu.

2. Produksi lokal vaksin Sinovac juga terhambat karena kekurangan bahan

Tidak hanya vaksin AstraZeneca saja yang terancam akan berhenti sementara memproduksi vaksin secara lokal. Akan tetapi, vaksin Sinovac yang bernama CoronaVac juga saat ini dikabarkan produksinya terhambat.

Menurut Bloomberg, Institut Butantan di Sao Paulo bermitra dengan Sinovac Biotech Ltd, Tiongkok, untuk memproduksi CoronaVac secara lokal. Akan tetapi, ribuan liter bahan mentah untuk produksi vaksin tersebut saat ini tertahan dan menunggu pemerintah Tiongkok untuk memberikan izin ekspor.

Joao Doria, gubernur negara bagian Sao Paulo mengatakan "masih memiliki cukup bahan untuk bertahan (memproduksi vaksin) hingga Jumat-setelah itu, akan menghentikan produksinya."

Selain AstraZeneca dan CoronaVac, Brasil juga sudah mengizinkan penggunaan vaksin Pfizer. Meski begitu, sebagian besar dosis yang digunakan adalah AstraZeneca dan CoronaVac.

Oleh karena itu, dengan penghentian sementara produksi vaksil lokal, program vaksinsai Brasil yang sejak awal terganggu oleh penundaan dan kekurangan dosis, menjadi semakin terpukul. Beberapa Negara bagian dan kota harus menghentikan vaksinasi beberapa kali karena kehabisan dosis suntikan vaksin.

3. Penjara menjadi salah satu pusat sebaran infeksi yang serius

Ilustrasi penjara (IDN Times/Mardya Shakti)
Ilustrasi penjara (IDN Times/Mardya Shakti)

Brasil sejauh ini tercatat sebagai negara kelima dalam jumlah dosis penggunaan vaksin terbanyak di dunia. Ada 54 juta dosis vaksin yang telah digunakan. Namun dengan jumlah penduduk yang lebih dari 200 juta orang, jumlah itu hanya mencatatkan sebanyak 17 persen penduduk yang mendapatkan suntikan dosis pertama dan 8,7 persen untuk penduduk yang mendapatkan suntikan dosis penuh.

Total penduduk Brasil yang terinfeksi virus corona sampai saat ini mencapai 54 juta orang. Mereka yang meninggal dunia karena virus telah mencapai lebih dari 428 ribu orang. Jumlah infeksi masih terus merangkak naik. Salah satu pusat sebaran infeksi tertinggi di negara itu adalah di penjara.

Melansir dari laman VOA, banyak fasilitas penjara yang buruk di Amerika Latin, khususnya Brasil. Lebih dari 2.700 narapidana telah meninggal di fasilitas tersebut sejak Maret 2020, sementara lebih dari 525.000 di antaranya telah terinfeksi. "Jadi, pada dasarnya kami hanya duduk dan menunggu waktu kami sampai kami sakit," kata seorang narapidana."

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Siantita Novaya
EditorSiantita Novaya
Follow Us