Lengket ke Rusia, India Dirayu Inggris Mampu Bikin Jet Tempur Sendiri

Jakarta, IDN Times - Perdana Menteri (PM) Inggris Boris Johnson berkunjung ke India pada Jumat (22/4/22) untuk menawarkan kerja sama. Salah satu tawaran kerja sama itu, Inggris akan mendorong India mampu membuat jet tempurnya sendiri.
Kerja sama lain yang ditawarkan oleh Inggris adalah perjanjian perdagangan bebas dengan India, yang bisa memberi kesempatan negara Hindustan itu mengekspor lebih banyak beras dan tekstilnya ke London.
Sebagai bekas negeri jajahan Inggris, India saat ini lebih condong ke Rusia khususnya dalam teknologi pertahanan. Hampir separuh impor senjata India didapat dari Rusia. Moskow kerap memberi harga yang lebih murah dibandingkan negara Barat seperti Amerika Serikat (AS), Inggris atau Prancis.
1. Berbagi gagasan tentang perang Rusia-Ukraina
Johnson yang diterima PM Narendra Modi, mengaku dia bahagia datang ke India karena disambut dengan meriah dan fotonya terpasang di mana-mana. Kedua pemimpin itu melakukan pembicaraan berbagai persoalan seperti situasi perang Rusia-Ukraina, kerja sama pertahanan dan kerja sama perdagangan.
Dikutip dari Reuters, Menteri Luar Negeri India Harsh Vardhan Shringla memberikan penjelasan tentang pertemuan tersebut, terkait pembahasan persoalan perang Rusia-Ukraina.
"PM Johnson berbagi perspektifnya tentang hal itu, PM Modi berbagi pandangan kami-yaitu bahwa perang Rusia-Ukraina harus segera diakhiri." Shringla juga menegaskan bahwa Johnson tidak memberi tekanan apapun kepada PM Modi.
Sejauh ini, sikap India tentang perang Rusia-Ukraina dinilai agak condong mendukung Rusia. India abstain dari voting PBB yang mengutuk invasi Rusia ke Ukraina. India juga tidak seperti negara-negara Barat, termasuk Inggris, yang memberlakukan berbagai sanksi terhadap Moskow.
2. Inggris tawarkan bantuan India bisa membuat jet tempur sendiri
Selain membahas tentang situasi perang Rusia-Ukraina, PM Johnson juga berupaya meningkatkan kerja sama secara meluas dengan India, termasuk di sektor pertahanan. India adalah salah satu konsumen besar industri pertahanan dan pemasok utama berasal dari Rusia.
Menurut Times of India, impor industri pertahanan New Delhi dari Moskow mencapai 49 persen dari total keseluruhan. Prancis berada di posisi kedua dengan 18 persen, sedangkan AS dan Israel berada di posisi ketiga dan keempat dengan 13 persen.
Johnson datang ke India untuk meningkatkan kerja sama di bidang pertahanan ini, dan kedua pihak sepakat untuk memperluas kerja sama yang sudah ada. Tawaran kerja sama pertahanan dari Inggris itu adalah kolaborasi di lima sektor, yakni sistem udara, darat, laut, luar angkasa dan dunia maya.
Johnson bahkan mengatakan Inggris akan mendukung tujuan India untuk dapat membangun jet tempurnya sendiri, dan akan mengurangi impor peralatan militer yang berharga mahal. Dengan tawaran itu, ada harapan bahwa India akan menjauh dari Rusia yang selama ini telah menjadi pemasok utama New Delhi.
Jet tempur yang dimiliki India saat ini berasal dari tiga negara luar yakni Rusia, Prancis dan AS. India juga sudah memiliki beberapa jet tempur sendiri yang dibuat dari kerja sama dengan Rusia.
3. Rusia akan tetap jadi pilihan utama India

India telah memiliki posisi yang diperebutkan saat perang Rusia-Ukraina semakin meningkat. Presiden AS Joe Biden baru-baru ini menilai posisi India agak goyah dalam tanggapannya terkait perang tersebut.
Ada upaya negara-negara Barat mendekati India agar menjauh dari Rusia. Tapi dalam hal kerja sama pertahanan, sepertinya itu akan sulit. India telah lama memiliki ketergantungan dengan Moskow.
Dikutip dari Hindustan Times, Mohan Guruswamy, direktur Pusat Alternatif Kebijakan di New Delhi menjelaskan beberapa faktor yang membuat India sulit menjauh dari Rusia. Dua di antaranya adalah karena Moskow menawarkan harga yang lebih murah dan bersedia membuka lemarinya dengan lebar untuk memberi kebutuhan apa pun yang diinginkan India.
"Penawaran Rusia ke India selalu bahwa 'lemari kami terbuka', (tetapi) Inggris tidak menawarkan semua yang diinginkan India dan apa yang disediakannya biasanya lebih mahal," kata Guruswamy.