Mantan Paus Benediktus XVI Sakit Keras Usai Kembali dari Jerman

Jakarta, IDN Times - Mantan Paus Benediktus XVI sakit parah usai kembali dari Jerman. Hal itu disampaikan oleh penulis biografi Benedictus, Peter Seewald, ke harian Jerman, Passaeur Neue Presse, Senin (3/8/2020).
Benediktus datang ke Jerman untuk mengunjungi saudaranya yang sedang sakit, Georg Ratzinger. Ratzinger yang berusia 96 tahun kemudian meninggal tak lama setelah kunjungan tersebut.
Seewald mengaku terkejut karena kondisi Benediktus memburuk usai pertemuan itu. Sebab, ketika bertemu, Benediktus terlihat optimistis dan mengaku akan menulis lagi bila sudah kuat.
Apa saja kenangan dari kepemimpinan Benediktus selama menjabat sebagai Paus?
1. Benediktus jadi Paus pertama dalam 600 tahun yang memutuskan mundur

Laman VOA News pada 5 Maret 2013 menulis, pria kelahiran Jerman itu bernama Cardinal Joseph Ratzinger dan ditunjuk menjadi pemimpin tertinggi umat Katolik pada 19 April 2005. Kepausannya berlangsung selama hampir delapan tahun.
Namun, Benediktus memutuskan untuk mundur dan meletakan tahta kepausan. Ia menjadi paus pertama yang melakukan hal itu dalam 600 tahun terakhir.
Salah satu penulis biografi mengenai Benediktus, Brennan Pursell, mengatakan ia akan dikenang sebagai seorang guru.
"Warisannya sebagai Paus akan terus hidup dalam tulisan-tulisannya. Di atas segalanya dan katekese (pengajaran agama/agama) dan beragam dokumen yang dihasilkannya (bisa dijadikan bahan pembelajaran)," tutur Pursell.
2. Benediktus sempat dituding sebagai Paus dengan pola pikir konvensional

Beberapa pakar sempat melabeli Paus Benediktus sebagai orang yang konservatif dalam memandang beberapa isu, antara lain mengenai kontrasepsi, pernikahan sejenis, pendeta yang menikah, dan penelitian stem sel. Tetapi, bagi Pastor Robert Barron, tidak pas bila ada penggunaan label-label politik terhadap Paus Benediktus XVI.
"Isu-isu semacam ini tidak bisa diubah-ubah dan tergantung sudut pandang Paus yang tengah memimpin. Tidak bisa kita mengatakan bahwa saat ini kita memiliki Paus yang liberal yang mengatakan hal ini dan yang konservatif mengatakan itu," kata Pastor Barron.
3. Paus Benediktus XVI menjawab secara terbuka soal skandal pelecehan seksual yang dilakukan gereja kepada anak

Dikutip dari laman Global News, 11 April 2019, Paus Benediktus XVI memberikan responsnya soal fenomena pelecehan seksual yang dilakukan oleh gereja kepada jemaat anak. Pelecehan seksual itu akhirnya terungkap tidak hanya terjadi di gereja di satu negara saja, tetapi menyebar ke beberapa wilayah seperti Irlandia, Kanada, Chile, Australia, Prancis, Amerika Serikat, Polandia, dan Jerman.
Akibatnya, gereja harus membayar miliaran dolar sebagai bentuk kompensasi kepada korban. Selain itu, paroki di wilayah tersebut harus ditutup. Kompensasi tetap diberikan meski peristiwa pelecehan itu terjadi pada 1960-an.
Dalam sebuah tulisan essay, Paus Benediktus menyebut terjadinya pelecehan seksual karena adanya pola pikir mengenai seksual yang berevolusi. Akhirnya, sebagian mempercayai bila pornografi dan pedofilia diterima oleh kalangan masyarakat umum.
"Salah satu kebebasan yang diperjuangkan di revolusi tahun 1968 yaitu kebebasan penuh terhadap isu seksual. Akhirnya, kebebasan itu tidak lagi mengacu kepada norma apapun," demikian ditulis Paus Benediktus XVI ketika itu.