Maroko Dituding Bunuh 3 Juta Anjing Jelang Piala Dunia 2030

Jakarta, IDN Times - Maroko menjadi perhatian dunia setelah laporan menyebutkan rencana untuk membunuh 3 juta anjing liar menjelang Piala Dunia 2030. Langkah ini diduga dilakukan demi memperbaiki citra negara di mata wisatawan sepak bola. Namun, rencana tersebut memicu kecaman dari aktivis hak hewan.
Maroko dilaporkan telah memulai persiapan besar-besaran untuk turnamen ini, termasuk perbaikan stadion dan infrastruktur transportasi. Namun, dugaan pembunuhan massal anjing liar dengan cara yang dianggap tidak manusiawi menjadi sorotan tajam.
Kontroversi ini mencuat setelah International Animal Coalition (IAWPC) mengungkap bahwa praktik tersebut masih terjadi, meskipun pemerintah Maroko mengklaim telah menghentikannya sejak 2024. Tekanan terhadap FIFA agar bertindak semakin meningkat.
1. Maroko disebut gunakan metode berbahaya

Laporan dari IAWPC mengungkap bahwa Maroko menggunakan zat beracun bernama strychnine untuk membunuh anjing liar. Bahan kimia ini sering digunakan sebagai pestisida dan menyebabkan kematian yang sangat menyakitkan pada hewan.
Selain itu, banyak anjing liar yang ditembak langsung di jalan atau dibawa ke fasilitas khusus untuk dibunuh. Metode ini menuai kritik karena dianggap melanggar standar internasional tentang perlindungan hewan.
Dilansir dari The Times of India, data menunjukkan bahwa sekitar 300 ribu anjing dibunuh setiap tahun di Maroko. Jumlah ini disebut meningkat sejak FIFA mengumumkan pada 2023 bahwa Maroko akan menjadi salah satu tuan rumah Piala Dunia 2030.
IAWPC dan organisasi lain mendesak penghentian segera atas praktik ini. Mereka menilai tindakan tersebut mencoreng upaya Maroko untuk menciptakan citra positif sebagai tuan rumah turnamen internasional.
2. Jane Goodall desak FIFA hentikan pembunuhan
Aktivis hak hewan terkenal, Jane Goodall, ikut mengkritik tindakan Maroko. Dalam surat kepada Sekretaris Jenderal FIFA, Mattias Grafström, Goodall meminta FIFA segera menghentikan pembunuhan yang ia sebut sebagai “tindakan biadab.”
Goodall mengatakan dirinya terkejut dengan laporan pembunuhan massal ini, yang disebut dilakukan dengan cara brutal. Ia juga mengkritik FIFA karena tidak bertindak meskipun sudah menerima laporan terperinci dari IAWPC.
“Tindakan ini sangat kejam dan tidak bisa diterima,” tulisnya.
Ia juga khawatir bagaimana pecinta sepak bola di seluruh dunia akan bereaksi jika tahu tentang kekejaman ini.
“Anda pasti tahu bahwa banyak penggemar sepak bola juga pecinta hewan. Apa yang akan mereka pikirkan?” tambahnya, dilansir dari The Sun.
Goodall mendesak FIFA mempertimbangkan sanksi kepada Maroko jika pembunuhan tidak dihentikan.
3. FIFA belum berikan tanggapan

Dilansir dari NDTV, hingga kini, FIFA belum memberikan pernyataan resmi terkait tuduhan pembunuhan massal anjing liar di Maroko. Sebagai penyelenggara Piala Dunia, FIFA menghadapi tekanan untuk memastikan bahwa tuan rumah turnamen mematuhi prinsip etika.
Piala Dunia 2030 menjadi momen istimewa karena menandai 100 tahun sejak pertama kali turnamen ini digelar. Acara ini akan berlangsung di tiga negara, yaitu Maroko, Spanyol, dan Portugal. Namun, isu kontroversial ini dapat mengganggu persiapan dan antusiasme yang seharusnya tercipta.
Beberapa kelompok juga mendorong FIFA memberlakukan aturan tegas terhadap negara tuan rumah yang melanggar standar kemanusiaan. Tindakan ini dianggap penting untuk menjaga reputasi turnamen di mata publik.
Para aktivis menyarankan solusi yang lebih manusiawi, seperti program sterilisasi massal dan adopsi hewan. Langkah ini dinilai lebih berkelanjutan dalam mengendalikan populasi anjing liar tanpa kekerasan.