Pemerintah Klaim Modifikasi Cuaca Percepat Pemulihan Pascabencana Sumatra

- Operasi modifikasi cuaca menggunakan dua pesawat untuk mempercepat pemulihan pascabencana di Sumatra.
- Cuaca aman diperlukan untuk distribusi logistik melalui jalur udara, terutama di wilayah yang sulit dijangkau darat.
- Koordinasi intensif dengan BMKG dilakukan untuk memantau perkembangan cuaca dan memastikan strategi penanganan bencana sesuai kebutuhan di lapangan.
Jakarta, IDN Times – Pemerintah menegaskan Operasi Modifikasi Cuaca (OMC) dapat mempercepat pemulihan pascabencana hidrometeorologi di Sumatra. Langkah ini diambil guna menekan risiko hujan ekstrem di puncak musim hujan yang dapat menghambat perbaikan infrastruktur dan distribusi bantuan.
“OMC bukan sekadar upaya teknis, tetapi bagian dari strategi besar pemerintah untuk memastikan proses pemulihan pascabencana berjalan tanpa hambatan cuaca. Tujuannya jelas, yaitu melindungi masyarakat, mempercepat pemulihan infrastruktur, dan menjamin distribusi bantuan kemanusiaan,” kata Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Abdul Muhari, dalam keterangan pers, Rabu (17/12/2025).
Muhari menjelaskan operasi tersebut sangat berpengaruh terhadap efektivitas pekerjaan tim darat, khususnya dalam perbaikan dan pemulihan jalan.
1. OMC menggunakan dua pesawat

Saat ini, BNPB masih mengoperasikan dua pesawat OMC di wilayah bencana. Muhari menyebut BNPB membuka peluang untuk opsi penambahan unit pesawat atau peningkatan jam operasi hingga 24 jam. Hal tersebut terus dikaji dengan mempertimbangkan perkembangan cuaca harian serta efektivitas di lapangan.
“Kami tidak menutup kemungkinan menambah unit pesawat atau memperpanjang jam operasi. Semua opsi ini terus dibahas, agar OMC benar-benar memberikan dampak maksimal terhadap penanganan bencana,” jelas dia.
2. Cuaca aman dibutuhkan untuk distribusi logistik melalui jalur udara

Tak hanya itu, Muhari menilai, kondisi cuaca yang kondusif juga menjadi syarat mutlak bagi kelancaran distribusi logistik melalui jalur udara. BNPB masih mengandalkan helikopter untuk menjangkau wilayah-wilayah yang akses daratnya belum pulih, terutama di kawasan Aceh Tengah dan Bireuen.
“Untuk distribusi logistik melalui jalur udara, cuaca yang aman menjadi faktor mutlak. Unit helikopter sangat membutuhkan kondisi cuaca yang kondusif, agar keselamatan penerbangan terjamin dan bantuan bisa sampai tepat waktu,” jelasnya.
Sementara, hingga Senin, 15 Desember 2025 pukul 14.00 WIB, Muhari mengatakan, pemerintah telah menyalurkan logistik melalui 22 sorti penerbangan dengan total muatan 42 ton, serta empat pengiriman jalur darat seberat 4,2 ton. Dengan demikian, total bantuan logistik yang tersalurkan hari ini mencapai 46,34 ton.
“Distribusi udara difokuskan ke kantong-kantong pengungsian dan bandara strategis seperti Rembele, Malikussaleh, dan Alas Leuser, agar bantuan dapat menjangkau masyarakat terdampak secara cepat dan merata,” jelas Muhari.
3. Koordinasi intensif dengan BMKG

Seluruh pelaksanaan OMC dilakukan dengan koordinasi intensif bersama Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), yang berperan sebagai otoritas penyedia analisis dan prakiraan cuaca.
Lebih lanjut, BNPB bersama BMKG terus memantau perkembangan awan hujan, pola angin, dan faktor atmosfer lainnya. Evaluasi dilakukan berkelanjutan agar strategi yang diterapkan sesuai dengan kebutuhan di lapangan.
Sebelumnya, BNPB memperbaharui jumlah korban meninggal dunia dalam bencana banjir bandang yang melanda Aceh, Sumatra Utara (Sumut), dan Sumatra Barat (Sumbar). Total ada 1.053 korban jiwa yang dinyatakan meninggal dunia hingga Selasa, 16 Desember 2025.
Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari mengatakan, jumlah ini bertambah dibandingan data kemarin yang mencapai 1.030 jiwa. Adapun, rinciannya, Aceh sebanyak 449 jiwa 360 di Sumut 360 dan 244 di Sumbar.
















