Media Asing Soroti Proses Evakuasi Korban Tewas di Pesantren Al Khoziny

- 37 orang tewas setelah mushala pondok pesantren di Sidoarjo roboh, 23 jenazah ditemukan selama pencarian akhir pekan.
- 95 orang dirawat karena berbagai cedera dan diperbolehkan pulang, 8 lainnya menderita luka serius dan masih dirawat di rumah sakit.
- Tim penyelamat dengan tekun membersihkan puing-puing dalam upaya menemukan 26 siswa yang hilang, sebagian besar anak laki-laki berusia antara 12 dan 19 tahun.
Jakarta, IDN Times - Media asing turut menyorot peristiwa robohnya musala Pondok Pesantren Al Khoziny di Sidoarjo, Jawa Timur. Sebanyak 37 orang dilaporkan tewas usai 23 jenazah ditemukan selama pencarian di akhir pekan.
Tim evakuasi sedang mencari santri yang hilang pada Minggu (5/10/2025), setelah sebuah musala di sebuah pesantren runtuh seminggu yang lalu. Mereka telah menemukan 23 jenazah selama pencarian akhir pekan, sehingga jumlah korban tewas menjadi 37 orang.
The Korea Times mengutip pihak berwenang, mengatakan hanya satu siswa yang selamat tanpa cedera. Mereka melaporkan, 95 orang dirawat karena berbagai cedera dan diperbolehkan pulang.
“Delapan lainnya menderita luka serius dan masih dirawat di rumah sakit pada Minggu,” imbuh mereka.
Sementara itu, laman The Japan Times menyebutkan, penyelamat menggali terowongan di reruntuhan bangunan, memanggil nama-nama anak laki-laki dan menggunakan sensor untuk mendeteksi pergerakan, tetapi tidak menemukan tanda-tanda kehidupan.
Sedangkan Al Jazeera menceritakan kisah Dewi Ajeng yang putranya menjadi korban. Mereka melaporkan, Dewi sedang berada di rumahnya di Probolinggo, ketika ia menerima pesan yang mengerikan di grup obrolan sekolah putranya di Sidoarjo, yang terletak sekitar dua jam perjalanan.
“Telah terjadi sebuah insiden,” tulis pesan tersebut.
Putra Dewi yang berusia 13 tahun, Selendra Haikal Rakaditya, termasuk di antara mereka yang terkubur di bawah reruntuhan.
“Saya merasakan berbagai macam emosi yang campur aduk. Saya sedih, panik, dan menangis. Kemudian suami saya mengirim pesan untuk mengonfirmasi kabar tersebut,” ujarnya kepada Al Jazeera.
“Saya menelepon teman saya di Sidoarjo dan memintanya untuk pergi ke sekolah dan mencarinya, dan saya sedang dalam perjalanan,” lanjut dia.
Menggunakan palu godam, gergaji bundar, dan terkadang tangan kosong, tim penyelamat dengan tekun membersihkan puing-puing dalam upaya menemukan 26 siswa yang hilang. Bangunan tersebut runtuh menimpa ratusan siswa, sebagian besar anak laki-laki berusia antara 12 dan 19 tahun, pada 30 September di Pondok Pesantren Al Khoziny yang berusia seabad di Sidoarjo, Jawa Timur.
Al Khoziny merupakan salah satu pesantren yang ada di Jawa Timur. Menurut data Kementerian Agama, ada sekitar 42.000 pesantren di Indonesia dengan jumlah santri 7 juta orang. Indonesia sendiri merupakan negara berpenduduk mayoritas Muslim yang terbesar di dunia.