Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Menlu AS: Gencatan Senjata di Gaza Tergantung Keputusan Hamas

Pertemuan Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken dengan Perdana Menteri sekaligus Menlu Qatar, Selasa 5 Maret 2024 di Washington AS. (twitter.com/@SecBlinken)

Jakarta, IDN Times - Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS), Antony Blinken, bertemu dengan Menlu Qatar Sheikh Mohammed bin Abdulrahman Al-Thani pada Selasa (5/3/2024). Pertemuan dilakukan di tengah upaya untuk mencapai gencatan senjata enam minggu antara Israel dan Hamas dengan kesepakatan melepaskan pada sandera. 

”Ada peluang untuk gencatan senjata segera yang dapat memulangkan para sandera, yang secara dramatis dapat meningkatkan jumlah bantuan kemanusiaan yang diterima warga Palestina. Mereka sangat membutuhkannya, dan juga dapat menetapkan kondisi untuk resolusi yang langgeng," kata Blinken menjelang pertemuannya dengan Al-Thani, dilansir Anadolu.

Menurutnya, Hamas harus mengambil keputusan apakah mereka siap untuk terlibat dalam gencatan senjata tersebut.

1. Keduanya bertekad mengakhiri penderitaan di Gaza

Seorang anak perempuan di Gaza sedang menyantap makanan di tenga krisis akibat konflik Israel dan Hamas. (twitter.com/@WFP)

Pertemuan yang berlangsung di Washington itu mencatat, AS akan terus menekan Israel untuk memaksimalkan segala cara yang memungkinkan untuk memasukkan bantuan kemanusiaan ke Gaza. Ia juga memastikan bantuan tersebut dapat sampai ke orang-orang yang membutuhkannya.

Al-Thani, yang merupakan Perdana Menteri dan Menteri Luar Negeri Qatar, mengatakan negaranya akan terus bekerja sama dengan mitranya untuk mewujudkan perjanjian gencatan senjata.

“Kami ingin mengakhiri penderitaan kemanusiaan. Kami ingin melihat para sandera kembali ke keluarga mereka,” katanya.

2. AS dan Qatar menjadi mediator Hamas dan Israel

Aksi protes warga AS di San Fransisco terhadap Israel dan AS dalam konflik Palestina pada 2021. (unsplash.com/Patrick Perkins)

Dalam pernyataan bersama, kedua negara mengatakan Blinken dan Al-Thani bertemu sebagai bagian dari Dialog Strategis ke-6 AS-Qatar. Kedua pihak membahas berbagai topik mulai dari kerja sama ekonomi dan keamanan hingga teknologi.

Blinken mengapresiasi upaya mediasi Qatar untuk memfasilitasi bantuan kemanusiaan kepada warga sipil di Gaza dan menjamin pembebasan sandera, termasuk warga AS, yang ditahan oleh Hamas.

AS, Qatar, dan Mesir telah bekerja selama berminggu-minggu untuk mencapai kesepakatan di mana Hamas akan membebaskan hingga 40 sandera dan Israel akan membebaskan beberapa tahanan Palestina sebagai imbalan atas gencatan senjata selama enam minggu.

Presiden AS Joe Biden mengatakan pada Selasa, keputusan sekarang ada di tangan Hamas mengenai kemungkinan kesepakatan gencatan senjata.

3. Israel selalu menolak tuntutan Hamas

Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu. (Twitter.com/Prime Minister of Israel)

Juru bicara Hamas, Jihad Taha, mengatakan bahwa keputusan justru ada di tangan Israel. Menurutnya, Hamas terbuka terhadap proposal dan inisiatif yang konsisten dengan posisinya yang menyerukan gencatan senjata, penarikan pasukan, pemulangan pengungsi, dan masuknya konvoi bantuan, dan rekontruksi.

Dia mengatakan Israel sejauh ini menolak tuntutan Hamas agar orang-orang yang meninggalkan Gaza utara diizinkan kembali dan jaminan gencatan senjata jangka panjang dan penarikan penuh Israel dari Gaza.

Israel telah melancarkan serangan mematikan di Jalur Gaza menyusul serangan lintas batas oleh kelompok Palestina Hamas pada 7 Oktober 2023. Pemboman Israel yang terjadi kemudian telah menewaskan sedikitnya 30.631 orang dan melukai 72.043 lainnya, dengan kehancuran massal dan kekurangan bahan-bahan kebutuhan pokok.

Dilansir Al Jazeera, Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan 15 anak meninggal karena kekurangan gizi di Rumah Sakit Kamal Adwan di kota Beit Lahiya di Gaza utara dalam beberapa hari terakhir.

Perang Israel telah menyebabkan 85 persen penduduk Gaza mengungsi di tengah kekurangan makanan, air bersih dan obat-obatan. Sementara 60 persen infrastruktur di wilayah kantong tersebut telah rusak atau hancur.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Zidan Patrio
EditorZidan Patrio
Follow Us