Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Militer Sudan dan RSF Sepakat Perpanjang Gencatan Senjata

Kondisi Sudan saat ini. (dok. Twitter @RSFSudan)

Jakarta, IDN Times - Pasukan militer Sudan dan paramiliter Rapid Support Forces (RSF) bakal memperpanjang gencatan senjata selama 72 jam lagi mulai hari ini.

Gencatan senjata selama 72 jam putaran kedua sedianya telah berakhir pada Minggu malam kemarin.

Dilansir dari Al Jazeera, Senin (1/5/2023), dua kali gencatan senjata sebelumnya dinilai tak berpengaruh banyak karena tembakan dan ledakan masih terdengar di ibu kota Khartoum.

1. Saat ini Khartoum dilaporkan tenang

Militer Sudan di kota Khartoum untuk berjaga-jaga terhadap gelombang aksi protes terhadap kudeta yang dilakukan pihak militer. (twitter.com/AJ+)

Sejumlah media melaporkan bahwa ibu kota Khartoum saat ini relatif tenang, setelah adanya bentrokan hebat pada Sabtu malam di dekat pusat kota.

Militer Sudan mengklaim telah menghancurkan konvoi RSF yang bergerak menuju Khartoum dari barat Sudan.

Sementara itu, RSF mengatakan tentara telah menggunakan artileri dan pesawat tempur untuk menyerang posisi mereka di sejumlah wilayah.

2. Pasukan RSF menyebar ke penjuru kota

Kondisi Sudan saat ini, 23 April 2023. (dok. KBRI Khartoum)

Pertempuran di Khartoum sejauh ini dilaporkan membuat pasukan RSF menyebar ke seluruh kota.

Konflik tersebut telah menyebabkan lebih dari 500 orang tewas dan lebih dari 4.200 orang terluka, serta ratusan ribu warga asing dievakuasi.

Menurut Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat (AS), setidaknya hampir 1.000 warga Amerika sudah meninggalkan Sudan. Sementara itu, Indonesia telah berhasil mengevakuasi 897 WNI dari Sudan.

3. Perang saudara antara militer dan RSF

Kedua belah kubu ini mulanya adalah sekutu. Pemimpin militer Sudan Jenderal Abdel Fattah al-Burhan dan pemimpin RSF Jenderal Mohammed Hamdan ‘Hemedti’ Dagalo kini menjadi rival.

Pada Oktober 2021, al-Burhan dan Hemedti mengatur kudeta. Mereka menghentikan pemerintahan transisi pascapenggulingan Omar al-Bashir pada 2019. Al-Burhan merupakan tentara karir dari pemerintahan, sementara Hemedti merupakan pejuang demokrasi dan hak rakyat Sudan.

RSF sendiri dibentuk pada 2013 silam. Awalnya mereka dituding sebagai milisi Janjaweed yang melakukan kejahatan HAM di Darfur, selama konflik tahun 2000-an.

Pemerintah menggunakan Janjaweed untuk membantu militer menghentikan pemberontakan. Pada 2017, UU yang melegitimasi RSF sebagai pasukan keamanan independen disahkan. Meski menjadi sekutu dari Omar al-Bashir, Hemedti juga mengambil bagian ketika menggulingkan al-Bashir dari kursi presiden pada 2019.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Hana Adi Perdana
EditorHana Adi Perdana
Follow Us