Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Nestapa Warga Gaza, Makan Rumput Liar demi Bertahan Hidup 

Seorang anak perempuan di Gaza sedang menyantap makanan di tenga krisis akibat konflik Israel dan Hamas. (twitter.com/@WFP)
Seorang anak perempuan di Gaza sedang menyantap makanan di tenga krisis akibat konflik Israel dan Hamas. (twitter.com/@WFP)

Jakarta, IDN Times – Resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), pada Senin (25/3/2024), memunculkan secercah harapan bagi warga Gaza. Mereka selama ini telah hidup dalam bayang-bayang kelaparan. Mereka bahkan rela makan rumput liar demi bertahan hidup.

Maryam Al Attar, seorang warga Gaza, mengisahkan bagaimana kehidupannya di Gaza kini. Ia dan anak-anaknya harus mengonsumsi Khobizah atau tanaman hijau liar sebagai pilihan santapan terakhir.

“Sepanjang hidup kami, bahkan melalui perang (sebelumnya), kami belum pernah makan Khobiza. Putri saya bilang, 'Kami ingin makan roti, Bu.' Hatiku hancur untuk mereka,” bebernya kepada Reuters.

Maryam kini pasrah karena mustahil untuk mendapatkan roti di tengah konflik yang semakin berkecamuk. Di sisi lain, ia juga khawatir khobizah yang mereka konsumsi akan habis dalam beberapa waktu ke depan, sehingga tidak akan ada lagi yang bisa mereka konsumsi.

”Kami telah menemukan khobiza untuk saat ini, tetapi di masa depan, dari mana kami akan mendapatkannya? Khobiza akan habis. Ke mana kita harus berpaling?” tuturnya.

1. Kelaparan parah di bulan Ramadan

Pendistribusian bantuan kemanusiaan kepada warga Gaza di tengah konflik Hamas dan Israel. (twitter.com/@UNRWA)
Pendistribusian bantuan kemanusiaan kepada warga Gaza di tengah konflik Hamas dan Israel. (twitter.com/@UNRWA)

Warga Palestina menderita akibat kelaparan di tengah Ramadan. Bulan yang seharusnya menjadi momen untuk berkumpul bersama keluarga, kini hanya menjadi mimpi bagi warga Palestina.

“Kami telah termakan kelaparan. Kami tidak punya apa-apa untuk dimakan. Kami mendambakan sayuran, ikan, dan daging. Kami pusing karena kelaparan. Tidak ada yang bisa membantu tubuh melawan,” kata Ummu Mohamed, warga Gaza lainnya.

Puncak bencana kelaparan diperkirakan terjadi pada Mei di bagian utara Gaza dan berpotensi untuk menyebar ke berbagai wilayah lainnya.

Kekhawatiran bahwa khobizah hanya menjadi bantuan sementara semakin meningkat di tengah ketidakpastian penyaluran bantuan ke wilayah Gaza. Pada Senin, Juru Bicara Israel mengatakan pihaknya akan berhenti bekerja sama dengan Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB atau UNRWA di Jalur Gaza.

Pada Januari, Israel menuduh 12 dari 13 ribu staf UNRWA di Gaza terlibat dalam serangan 7 Oktober tersebut. Tuduhan tersebut menyebabkan beberapa negara donor menunda pendanaan.

2. Dewan Keamanan PBB berhasil adopsi resolusi

Rapat DK PBB pada Jumat 8 Desember 2023 (twitter.com/@antonioguterres)
Rapat DK PBB pada Jumat 8 Desember 2023 (twitter.com/@antonioguterres)

Di Markas Dewan Keamanan PBB di New York, riuh-riuh tepuk tangan menyambut ketika 14 dari 15 negara di Dewan Keamanan sepakat meloloskan resolusi untuk Gaza. AS abstain dalam pemilihan tersebut.

Resolusi tersebut paling tidak menyerukan diadakannya gencatan senjata di Gaza. Resolusi juga menuntut pembebasan segera dan tanpa syarat seluruh sandera, serta menjamin akses kemanusiaan untuk memenuhi kebutuhan medis dan kebutuhan kemanusiaan lainnya.

Berbagai negara menyambut baik langkah positif tersebut. Presiden Palestina Mahmoud Abbas menekankan pentingnya penerapan dengan baik dari resolusi tersebut.

”Kepresidenan memuji posisi negara-negara yang mengajukan dan mendukung resolusi ini yang sejalan dengan hukum internasional dan mencerminkan konsensus internasional yang menyerukan diakhirinya agresi dan perang genosida yang dilakukan oleh pasukan pendudukan terhadap rakyat Palestina,” lapor Kantor Berita WAFA.

Sementara itu, Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres juga menyerukan agar resolusi Dewan Keamanan PBB bisa dilaksanakan dengan baik. Menurutnya, kegagalan implementasi resolusi tersebut tidak akan dapat dimaafkan.

“Resolusi ini harus dilaksanakan. Kegagalan tidak bisa dimaafkan,” tulis Guterres di X, dilansir Anadolu, Senin (25/3/2024).

Kendati demikian, pengesahan resolusi tersebut mendapat tanggapan negatif dari Israel. Menteri Luar Negeri Israel, Israel Katz, tak lama setelah resolusi disahkan mengatakan tidak akan mematuhi resolusi tersebut.

3. Perang dan krisis masih terus berlangsung

Anak-anak di Gaza. (twitter.com/@UNICEF)
Anak-anak di Gaza. (twitter.com/@UNICEF)

Hingga saat ini, krisis di Jalur Gaza masih terus berlangsung. Lebih dari 32 ribu warga Gaza telah tewas, sementara 74 ribu lainnya mengalami luka-luka.

Perang Israel dan Hamas juga telah mendorong warga Gaza ke dalam jurang kelaparan.

Menurut PBB, Perang telah menyebabkan 85 persen penduduk Gaza mengungsi di tengah kekurangan makanan, air bersih dan obat-obatan. Sementara 60 persen infrastruktur di wilayah kantong tersebut telah rusak atau hancur.

Israel dituduh melakukan genosida di Mahkamah Internasional. Keputusan sementara pada bulan Januari memerintahkan Tel Aviv untuk menghentikan tindakan genosida dan mengambil tindakan untuk menjamin bahwa bantuan kemanusiaan diberikan kepada warga sipil di Gaza.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Vanny El Rahman
EditorVanny El Rahman
Follow Us