Hadiri Jambore Kepala Desa Sulsel, Menhut Singgung Keseimbangan Alam

- Menhut ingatkan pentingnya perlindungan DAS
- Sulawesi Selatan memiliki 1.058 DAS, dengan sembilan di antaranya masuk kategori rawan banjir yang tersebar di 24 kabupaten atau kota dan 456 desa.
- Raja Antoni mengajak kepala desa untuk memperkuat kolaborasi antara pemerintah pusat, daerah, masyarakat adat, dan dunia usaha.
- Menhut soroti perlindungan keanekaragaman hayati
- Kekayaan keanekaragaman hayati Sulawesi Selatan menjadi tanggung jawab bersama, mulai dari fauna endemik seperti Anoa, Tarsius dan Yaki hingga flora khas seperti eboni.
Jakarta, IDN Times - Menteri Kehutanan (Menhut) Raja Juli Antoni menghadiri Jambore Kepala Desa Tingkat Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2025 di Gowa, Sabtu (13/12/2025). Jambore tersebut merupakan agenda pertemuan yang dihadiri 2.255 kepala desa.
Dalam sambutannya, Menhut singgung nilai kearifan lokal Bugis–Makassar yakni ‘Sulapa Eppa Walasuji’, sebagai filosofi keseimbangan alam yang relevan dengan kebijakan kehutanan nasional. Ketidakseimbangan unsur alam di antaranya bumi, air, api, dan angin dapat berdampak langsung pada kehidupan manusia.
"Ketidakseimbangan salah satu unsur akan membawa petaka tidak hanya bagi alam, tetapi juga bagi kehidupan manusia yang menjadi bagian esensial dari sistem itu sendiri," ujar Menhut dalam keterangan tertulisnya, Senin (15/12/2025).
1. Menhut ingatkan pentingnya perlindungan DAS

Menhut juga mengingatkan pentingnya perlindungan daerah aliran sungai (DAS) sebagai bagian tak terpisahkan dari pengelolaan hutan. Sulawesi Selatan memiliki 1.058 DAS, dengan sembilan di antaranya masuk kategori rawan banjir yang tersebar di 24 kabupaten atau kota dan 456 desa.
Raja Antoni lantas mengajak seluruh kepala desa untuk memperkuat kolaborasi antara pemerintah pusat, daerah, masyarakat adat, dan dunia usaha. Ia berharap semangat ‘Sulapa Eppa Walasuji’ terus menjadi roh dalam setiap kebijakan dan tindakan pembangunan desa yang berkelanjutan.
"Kita tidak sekadar mengelola hutan. Kita menjaga kehidupan dari air yang mengalir, tanah yang menyuburkan padi, sampai udara yang sehat di ladang dan rumah kita. Bersama-sama, kita adalah penjaga bumi dan pembawa harapan bagi generasi yang akan datang,” ujarnya.
2. Menhut soroti perlindungan keanekaragaman hayati

Ia menyoroti kekayaan keanekaragaman hayati Sulawesi Selatan yang menjadi tanggung jawab bersama, mulai dari fauna endemik seperti Anoa, Tarsius, dan Yaki (monyet hitam Sulawesi) hingga flora khas seperti eboni.
“Perlindungan keanekaragaman hayati harus berjalan seiring dengan penguatan perhutanan sosial, pengelolaan DAS, dan perlindungan kawasan hutan secara berkelanjutan,” ujarnya.
3. Menhut beberkan capaian Perhutanan Sosial

Menhut pun membeberkan capaian Perhutanan Sosial yang secara nasional telah menjangkau 8,3 juta hektar dan melibatkan 1,4 juta kepala keluarga.
“Khusus Sulawesi Selatan, perhutanan sosial telah diberikan pada 423 ribu hektar melalui 805 unit SK dan berdampak langsung pada sekitar 81 ribu KK,” kata dia.


















