Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Netanyahu Batal Gabung KTT Gaza karena Ancaman Turki dan Irak

Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu (Ron Przysucha / U.S. Department of State from United States, Public domain, via Wikimedia Commons)
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu (Ron Przysucha / U.S. Department of State from United States, Public domain, via Wikimedia Commons)
Intinya sih...
  • Netanyahu mendapat tekanan dalam negeri untuk tidak hadir, terutama dari basis politik dan koalisi sayap kanannya.
  • Erdogan mengancam batal mendarat jika Netanyahu hadir, disertai dengan ancaman boikot dari delegasi Irak dan beberapa negara lain.
  • KTT bertujuan memajukan rencana perdamaian AS untuk Gaza dan kawasan, serta membahas masa depan Gaza setelah perang.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu batal menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) di Sharm el-Sheikh, Mesir, pada hari Senin (13/10/2025). KTT ini bertujuan memajukan rencana perdamaian Amerika Serikat (AS) untuk Gaza dan kawasan, yang dipimpin bersama oleh Presiden AS Donald Trump dan Presiden Mesir Abdel Fattah el-Sisi.

KTT tersebut dihadiri 30 pemimpin dunia, termasuk Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, Presiden Otoritas Palestina (PA) Mahmoud Abbas, serta Presiden Indonesia Prabowo Subianto. Meskipun diundang langsung oleh Trump, Netanyahu mendadak membatalkan kehadirannya setelah undangan itu sempat dikonfirmasi oleh pihak Mesir. Walaupun alasan resmi adalah bentrokan jadwal dengan hari raya Yahudi, sumber diplomatik anonim mengungkap adanya tekanan politik di balik layar, dilansir The Guardian.

1. Netanyahu mendapat tekanan dalam negeri untuk tidak hadir

Netanyahu awalnya diundang langsung oleh Trump yang mendesaknya untuk berpartisipasi dalam KTT Gaza. Undangan ini diatur saat keduanya berada dalam satu mobil dari bandara menuju Knesset, dan PM Israel tersebut dilaporkan sempat setuju. Atas permintaan Trump, Mesir kemudian mengirimkan undangan formal, meskipun hubungan keduanya sedang tegang.

Mesir sempat mengonfirmasi partisipasi Netanyahu dalam KTT. Namun, sekitar 40 menit kemudian, kantor Netanyahu mengeluarkan pernyataan resmi menolak hadir, beralasan acara bertepatan dengan hari raya Yahudi Simchat Torah. Pemimpin Israel biasanya memang menghindari perjalanan pada hari raya keagamaan kecuali ada keadaan luar biasa.

Laporan dari media Israel, Channel 12, menyebut Netanyahu mundur karena khawatir akan mendapat reaksi keras dari basis politik dan koalisi sayap kanannya. Netanyahu tidak ingin terlihat dalam pertemuan bersama pemimpin Arab dan Muslim seperti Abbas dan Erdogan. Ia juga khawatir perjalanan pada hari raya Yahudi akan memicu perselisihan internal koalisi, meskipun partai ultra-Ortodoks membantah mengajukan keberatan.

“Perdana Menteri berterima kasih kepada Presiden Trump atas upaya beliau untuk memperluas lingkaran perdamaian melalui kekuatan,” ujar kantor Netanyahu menanggapi undangan Trump, dilansir The Times of Israel.

2. Erdogan ancam batal mendarat jika Netanyahu hadir

Turki dan beberapa negara lain dilaporkan menolak kehadiran Netanyahu di Mesir. Kehadiran Netanyahu dikhawatirkan dapat menimbulkan masalah bagi banyak pejabat negara Arab yang tidak mengakui negara Israel.

Laporan media Turki menyebut pesawat Erdogan sempat berputar di atas Laut Merah, menolak mendarat di Sharm el-Sheikh sampai dipastikan Netanyahu tidak hadir. Bagi Erdogan, terlihat berjabat tangan atau berfoto dengan Netanyahu akan merusak citranya di dalam negeri. Ancaman boikot juga datang dari delegasi Irak.

"Delegasi Irak memberi tahu pihak Mesir bahwa mereka tidak siap untuk berpartisipasi dalam KTT ini jika Netanyahu hadir," kata penasihat perdana menteri Irak, Ali al-Mousawi, dilansir The Straits Times.

Sumber diplomatik anonim mengungkap beberapa negara lain ikut panik dan tidak mau difoto bersama Netanyahu di KTT. Setelah menerima keberatan dari berbagai negara, Kairo kemudian memberi tahu Netanyahu bahwa kehadirannya tidak dapat diterima pada KTT tersebut.

3. KTT untuk membahas masa depan Gaza setelah perang

pemandangan reruntuhan di Gaza. (pixabay.com/hosnysalah)
pemandangan reruntuhan di Gaza. (pixabay.com/hosnysalah)

KTT Sharm el-Sheikh diselenggarakan untuk menyelesaikan kesepakatan gencatan senjata di Gaza dan membangun dukungan bagi fase kedua rencana perdamaian Trump. Rencana ini secara umum berupaya melucuti Hamas dan membentuk badan pemerintahan baru di Jalur Gaza.

Kehadiran Abbas sempat memicu kontroversi, mengingat Netanyahu sebelumnya menentang keterlibatan PA dalam manajemen pasca-perang Gaza. Netanyahu telah berulang kali menyamakan Ramallah, yang mendukung solusi dua negara, dengan kelompok Hamas.

Di tengah KTT tersebut, sempat juga muncul laporan tentang rencana kunjungan kontroversial Presiden Prabowo ke Israel setelah KTT, meskipun kedua negara tidak memiliki hubungan formal. Indonesia dengan cepat membantah laporan tersebut, menyebut Presiden Prabowo akan kembali ke Tanah Air setelah acara di Mesir selesai.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Anata Siregar
EditorAnata Siregar
Follow Us

Latest in News

See More

Alasan Pasangan Suami Istri di Bekasi Curi Motor untuk Berobat Anaknya

14 Okt 2025, 19:57 WIBNews