Ghana Akui Sahara Barat sebagai Teritori Maroko

- Ghana tidak lagi mengakui kemerdekaan Republik Demokratik Arab Sahrawi (RDAS)
- Ghana memperkuat hubungan ekonomi dengan Maroko, termasuk peningkatan perdagangan dan kunjungan presiden
- Kenya mendukung proposal otonomi Sahara Barat di bawah pemerintahan Maroko dan memperbaiki hubungan dengan negara tersebut
Jakarta, IDN Times - Ghana, pada Minggu (8/6/2025), mengumumkan pengakuan otonomi Sahara Barat sebagai di bawah pemerintahan Maroko. Keputusan ini terkait pendekatan Ghana terhadap Maroko dalam beberapa hari terakhir.
“Ini menandai perubahan hubungan diplomatik yang signifikan di lingkup Afrika. Ghana akhirnya mengubah pandangannya soal posisi Sahara Barat menyusul dialog dengan Maroko,” tutur Menteri Luar Negeri (Menlu) Ghana, Samuel Okudzeto Ablakwa. .
Sebelumnya, Inggris sudah mengakui Sahara Barat sebagai wilayah otonomi Maroko. Langkah ini menambah rentetan negara Barat yang mengubah pandangannya, termasuk Spanyol dan Prancis.
1. Tolak pengakuan kepada Republik Demokratik Arab Sahrawi (RDAS)
Ablakwa mengungkapkan bahwa Ghana tidak lagi mengakui kemerdekaan RDAS seperti yang sudah diungkapkan pada 1979. Ia menyebut proposal otonomi dari Maroko yang paling realistis.
“Proposal Sahara Barat di bawah otonomi Maroko saat ini menjadi yang paling realistis untuk mencegah konflik jangka panjang antara Polisario dan Maroko,” tuturnya, dikutip The Africa Report.
Ia mengungkapkan bahwa inisiatif dari Maroko adalah langkah ke depan untuk sebuah kompromi politik. Pernyataan ini membuat Ghana akhirnya menyamakan persepsi dengan sejumlah negara-negara Afrika lainnya.
2. Ghana perkuat hubungan ekonomi dengan Maroko
Tak hanya mengakui otonomi Sahara Barat di bawah Maroko, Accra juga mengumumkan peningkatan hubungan perdagangan dan ekonomi dengan Rabat. Sesuai kesepakatan, Ghana berniat mengimpor produk pertanian asal Maroko.
Ablakwa juga mengapresiasi intelijen dan otoritas Maroko yang ikut dalam aksi melawan terorisme di kawasan Sahel. Kedua negara juga setuju mengaktivasi komisi gabungan dalam koordinasi dengan badan di Afrika.
Ia menyebut, Presiden Ghana John Mahama berencana mengadakan kunjungan ke Maroko dalam waktu dekat. Rencana kunjungan ini menjadi penanda perbaikan hubungan baik Ghana-Maroko.
Di sisi lain, Maroko sudah mengumumkan pembebasan visa bagi warga Ghana yang hendak bepergian ke negaranya menyusul dukungan kepada proposal otonomi Sahara Barat di bawah teritori Maroko.
3. Kenya mendukung rencana Sahara Barat berada di bawah otonomi Maroko
Kementerian Luar Negeri Maroko mengatakan bahwa Kenya menyetujui proposal otonomi Sahara Barat di bawah pemerintah Maroko.
“Republik Kenya melihat rencana otonomi sebagai pendekatan yang keberlanjutan untuk mengakhiri masalah di Sahara Barat dan berniat mendukung negara-negara yang sependapat untuk mewujudkan rencana ini,” ungkapnya, dikutip The East African.
Beberapa tahun terakhir, Kenya terus meningkatkan hubungan dengan Maroko. Pada Desember 2023, Kenya membuka Kantor Kedutaan Besar di Rabat yang menandai perbaikan relasi kedua negara.
Saat Presiden Kenya William Ruto resmi menjabat, langkah pertamanya adalah menutup secara bertahap Kedutaan Besar RDAS di Nairobi. Namun, langkah itu ditolak dan mendukung resolusi kepada Uni Afrika.