Parlemen Timor Leste Batalkan Mobil Mewah dan Tunjangan Pensiun

- Ketimpangan sosial memicu kemarahan warga Timor Leste
- Parlemen membatalkan pembelian 65 unit Toyota Prado
- Gelombang protes di Timor Leste mencerminkan tren regional
Jakarta, IDN Times - Parlemen Timor Leste resmi membatalkan rencana pembelian mobil dinas mewah untuk anggotanya setelah gelombang unjuk rasa besar-besaran melanda ibu kota Dili. Selain itu, lembaga legislatif tersebut juga mencabut skema tunjangan pensiun seumur hidup bagi anggota parlemen, yang menjadi salah satu tuntutan utama massa.
Ketegangan sempat memuncak pada Selasa (16/9/2025) ketika ribuan warga menutup jalan, membakar ban serta sebuah kendaraan pemerintah. Aparat keamanan pun menembakkan gas air mata untuk menghalau kerumunan. Namun, hanya beberapa jam setelah insiden tersebut, parlemen akhirnya menyerah pada desakan publik dan mencabut rencana kontroversial itu.
Meski keputusan sudah diambil, protes tidak langsung surut. Seorang mahasiswa yang mengikuti aksi mengatakan kepada BBC bahwa sekitar 2.000 orang masih memadati jalanan Dili pada Rabu.
1. Ketimpangan sosial jadi pemicu

Kemarahan warga Timor Leste tidak lepas dari jurang ketimpangan ekonomi. Berdasarkan laporan resmi, anggota parlemen memperoleh gaji tahunan sekitar 36 ribu dolar Amerika Serikat (AS), lebih dari sepuluh kali lipat rata-rata pendapatan warga yang hanya berkisar 3 ribu dolar AS.
Rencana pengadaan mobil dinas sendiri bukanlah isu baru. Sejak awal 2000-an, kebijakan serupa sudah berulang kali menimbulkan penolakan. Pada 2008, sejumlah mahasiswa bahkan sempat ditangkap polisi ketika menentang anggaran 1 juta dolar AS untuk kendaraan baru parlemen.
Cezario Cesar, mahasiswa yang menjadi salah satu penggerak aksi, menegaskan bahwa protes kali ini membesar karena akumulasi rasa frustrasi rakyat.
“Kami kekurangan akses pendidikan, air bersih, sanitasi, dan fasilitas dasar. Tapi para wakil rakyat justru terus membuat aturan untuk menguntungkan diri mereka sendiri. Itu ketidakadilan,” katanya seperti dikutip BBC, Kamis (18/9/2025).
2. Pembelian 65 unit Toyota Prado batal
Dalam rapat resmi, parlemen akhirnya memutuskan secara bulat membatalkan pembelian 65 unit Toyota Prado. Namun, sebagian warga menilai keputusan itu belum cukup. Demonstran tetap menekan agar aturan mengenai pensiun seumur hidup bagi anggota parlemen juga dihapuskan.
Lebih dari 70 persen populasi Timor Leste berusia di bawah 35 tahun. Negara ini sering disebut sebagai salah satu demokrasi paling dinamis di Asia Tenggara, meski tetap menjadi salah satu negara termiskin di kawasan.
Mantan menteri sekaligus Presiden Institut Politik dan Urusan Internasional Timor Leste, Fidelis Leite Magalhães, menilai demonstrasi sebagai bagian dari tradisi politik negeri itu.
"Kehidupan berjalan normal di Dili, meski ini salah satu aksi terbesar dalam beberapa tahun terakhir," bebernya.
3. Cerminan tren regional
Gelombang protes di Timor Leste menunjukkan tren serupa di negara lain. Di Nepal, aksi demonstrasi generasi muda pekan lalu bahkan mengguncang pemerintahan hingga jatuh hanya dalam dua hari.
Sementara di Indonesia, aksi jalanan kian meluas dipicu kenaikan harga kebutuhan pokok dan kemarahan terhadap elite politik, terutama setelah seorang pengemudi ojek online (ojol) tewas terlindas kendaraan polisi.
Sebelumnya, demonstrasi besar terjadi di Parlemen Nasional Dili, Timor Leste, pada Senin (15/9). Lebih dari 1.000 orang, yang mayoritas mahasiswa, turun ke jalan demi memprotes kebijakan pembelian mobil dinas baru bagi 65 anggota parlemen.
Para demonstran marah karena kebijakan pembelian mobil baru itu dianggap tak sesuai dengan fakta yang terjadi di lapangan, ketika data dari Bank Dunia menyebutkan 40 persen penduduk Timor Leste masih hidup di bawah garis kemiskinan.
"Kami meminta anggota parlemen untuk membatalkan keputusan pembelian (Toyota) Prado demi perbaikan diri. Jika tidak, kami tetap berdiri di sini," kata Leonito Carvalho, seorang mahasiswa dari universitas swasta Universidade da Paz yang berbasis di Dili, dilansir The Manila, Senin (15/9).
Demonstrasi sebenarnya dimulai dengan damai, tetapi polisi terpaksa menembakkan gas air mata setelah beberapa pengunjuk rasa melemparkan batu ke arah parlemen, merusak beberapa mobil. Gas air mata melukai setidaknya empat pengunjuk rasa, yang kemudian dibawa ke fasilitas kesehatan terdekat.
Pejabat Kepolisian Nasional, Justino Menezes, mengatakan pihak berwenang akan memanggil koordinator protes untuk menuntut pertanggungjawaban atas kerusakan tersebut.
Beberapa partai politik Timor Leste yang tahun lalu menyetujui anggaran 2025 untuk membeli mobil-mobil tersebut mengatakan mereka akan meminta parlemen untuk membatalkan pembelian tersebut. Dalam pernyataan bersama, Kongres Nasional untuk Rekonstruksi Timor, Partai Demokrat, dan Perkaya Persatuan Nasional Putra-Putra Timor, mengatakan rencana itu tidak mencerminkan kepentingan publik.
Bekas jajahan Portugal ini, yang baru lepas dari Indonesia pada 2002 lalu, bergulat dengan tingkat ketimpangan yang tinggi, kekurangan gizi, dan pengangguran, serta masih sangat bergantung pada minyak, dengan sedikit diversifikasi ke sektor lain.