Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Otoritas Gaza Mulai Operasi Pencarian Jasad di Bawah Reruntuhan

kehancuran di Jalur Gaza akibat serangan militer Israel
kehancuran di Jalur Gaza akibat serangan militer Israel (Jaber Jehad Badwan, CC BY-SA 4.0 <https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0>, via Wikimedia Commons)
Intinya sih...
  • Tim pertahanan sipil Gaza bekerja dengan sumber daya terbatas, menghambat proses pencarian jenazah.
  • Hampir 100 orang terkubur di rumah Abu Ramadan, keluarga masih menunggu bantuan internasional untuk evakuasi.
  • Israel melanggar ketentuan gencatan senjata dengan terus menyerang Gaza dan membatasi masuknya bantuan kemanusiaan.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Direktorat Jenderal Pertahanan Sipil di Jalur Gaza, pada Senin (15/12/2025), memulai tahap pertama operasi pencarian jenazah warga Palestina yang terkubur di bawah reruntuhan. Operasi ini dilakukan bekerja sama dengan Komite Internasional Palang Merah (ICRC).

Juru bicara Pertahanan Sipil, Mahmoud Basal, mengatakan bahwa tahap awal operasi difokuskan pada rumah-rumah yang menjadi sasaran serangan Israel pada bulan-bulan pertama perang. Operasi kemanusiaan tersebut dimulai di rumah keluarga Abu Ramadan di pusat Kota Gaza, yang hancur akibat pengeboman yang intens.

1. Tim pertahanan sipil bekerja dengan sumber daya terbatas

Menurut pihak berwenang Gaza, sekitar 9 ribu jenazah diperkirakan masih terkubur di bahwa reruntuhan akibat pengeboman Israel selama lebih dari 2 tahun terakhir. Namun, keterbatasan peralatan, struktur bangunan yang tidak stabil, ditambah dengan kondisi hujan, menghambat proses pencarian.

Dalam konferensi pers, Basal mengatakan bahwa tim pertahanan sipil akan terus melakukan pencarian jenazah dengan sumber daya terbatas yang saat ini tersedia, sembari menunggu pihak lain menyediakan alat berat. Menurutnya, dibutuhkan sedikitnya 20 buldoser dan 20 ekskavator untuk mengevakuasi ribuan jenazah, agar keluarga dapat menguburkan orang-orang yang mereka cintai secara bermartabat sesuai dengan prinsip agama dan kemanusiaan.

Meski di tengah keterbatasan, tim pertahanan sipil berhasil mengevakuasi 20 jenazah pada Senin, dilansir dari Al Jazeera.

2. Hampir 100 orang terkubur di rumah Abu Ramadan

Abu Ibrahim Salem dari Beit Lahia di Gaza utara menceritakan bahwa ia dan keluarganya mencari perlindungan di Kota Gaza, daerah yang mereka yakini aman dari serangan Israel, pada Desember 2023. Menurut penuturannya, ada sekitar 113 kerabat yang berlindung di rumah keluarga Abu Ramadan, yang masih memiliki hubungan kekerabatan dengannya.

“Rumah itu dibom saat semua orang masih berada di dalam—para lansia, anak-anak, dan perempuan—tanpa peringatan apa pun sebelumnya. Hanya 13 orang yang selamat, dengan berbagai tingkat luka,” ujarnya, dikutip dari The New Arab.

Ia mengungkapkan bahwa 97 orang masih terkubur di bawah reruntuhan meskipun telah berulang kali mengajukan permohonan kepada badan-badan internasional, lokal dan resmi.

“Respons yang kami terima selalu negatif hingga hari ini, ketika langkah penting ini akhirnya diambil, sehingga kami akhirnya dapat berpamitan dengan keluarga kami dan menguburkan mereka dengan cara yang menghormati martabat kemanusiaan,” tambahnya.

3. Israel terus melanggar ketentuan dalam perjanjian gencatan senjata

Meski gencatan senjata telah diberlakukan sejak Oktober lalu, pihak berwenang di Gaza mengatakan bahwa Israel terus menyerang wilayah tersebut setiap hari. Tel Aviv dituding melancarkan hampir 800 serangan sejak gencatan senjata berlaku, yang menewaskan hampir 400 warga Palestina, sekaligus menghambat masuknya bantuan kemanusiaan secara bebas.

Menurut kesepakatan, sedikitnya 600 truk bantuan harus memasuki Gaza setiap hari. Namun, Ismail Al-Thawabteh, kepala Kantor Media Pemerintah Gaza, mengatakan bahwa Israel hanya mengizinkan kurang dari sepertiga pasokan bantuan yang dibutuhkan untuk 2,4 juta penduduk Gaza.

Selain itu, Israel juga terus melarang masuknya mesin dan peralatan berat yang dibutuhkan tim pertahanan sipil untuk mengevakuasi jenazah para korban dari bawah reruntuhan. Tindakan tersebut, menurut Al-Thawabteh, merupakan pelanggaran mencolok terhadap seluruh hukum kemanusiaan, dilansir dari Anadolu.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Sonya Michaella
EditorSonya Michaella
Follow Us

Latest in News

See More

Penjelasan BMKG soal Penyebab Angin Kencang di Jabodetabek

17 Des 2025, 15:04 WIBNews