Hujan Lebat Banjiri Tenda Pengungsian dan RS di Gaza

- Ribuan tenda pengungsi terendam banjir dan tertiup angin kencang di Gaza
- Rumah-rumah yang rusak terancam runtuh saat hujan lebat, mengancam ratusan ribu warga Palestina
- Lebih dari 90 persen bangunan dan jalan di Jabalia hancur, menyebabkan warga tinggal di tenda-tenda yang rusak
Jakarta, IDN Times - Hujan lebat disertai badai melanda Jalur Gaza sejak Senin (15/12/2025) malam, mengakibatkan ribuan tenda pengungsi terendam banjir dan tertiup angin kencang. Air hujan juga merembes ke beberapa bagian Rumah Sakit Al-Shifa di Kota Gaza, sehingga mengganggu kelancaran operasional rumah sakit.
“Kami terbangun karena suara angin kencang menerpa tenda kami. Kami berusaha mengamankan dan mempertahankannya, tapi angin menumbangkan tenda, dan semua barang-barang kami terbang. Saya berada di luar bersama istri dan anak-anak saya, duduk di tengah hujan. Tidak ada tempat untuk berlindung," kata seorang warga bernama Abdel Aziz kepada Anadolu.
Menghadapi kondisi sulit seperti ini, banyak warga terpaksa berlindung di bawah bagian-bagian bangunan yang hancur akibat serangan Israel, meskipun hal tersebut sangat berbahaya.
1. Rumah-rumah yang rusak terancam runtuh saat hujan lebat
Juru bicara Pertahanan Sipil Gaza Mahmoud Basal memperingatkan bahwa ribuan rumah yang hancur sebagian akibat perang berisiko runtuh setiap saat akibat hujan dan angin kencang.
“Rumah-rumah ini menimbulkan bahaya besar bagi kehidupan ratusan ribu warga Palestina yang tidak menemukan tempat berlindung,” kata Basal. Ia meminta kepada komunitas internasional agar menyediakan rumah mobil dan karavan bagi para pengungsi sebagai pengganti tenda..
Dilansir dari Al Jazeera, Mohammad Nassar dan keluarganya sebelumnya sempat tinggal di sebuah gedung enam lantai yang rusak parah akibat serangan Israel. Pada Jumat (12/12/2025), bangunan itu runtuh, menewaskan kedua anaknya yang berusia 15 dan 18 tahun. Nassar berhasil selamat karena sedang pergi berbelanja saat peristiwa terjadi.
“Saya melihat tangan anak saya menonjol dari bawah tanah. Itu pemandangan yang paling menyakitkan bagi saya. Anak saya tertimbun di bawah tanah dan kami tidak bisa mengeluarkannya,” kata Nassar.
2. Lebih dari 90 persen bangunan dan jalan di Jabalia hancur
Wali Kota Jabalia, Mazen Al-Najjar, mengungkapkan bahwa lebih dari 90 persen bangunan dan jalan di kota tersebut dan wilayah utara Jalur Gaza hancur total, sehingga warga terpaksa tinggal di tenda-tenda yang rusak. Infrastruktur juga hancur akibat serangan Israel, menyebabkan jalan-jalan terendam banjir dan limbah di saluran pembuangan meluap selama cuaca buruk.
Najjar juga memperingatkan warga yang masih tinggal di gedung-gedung yang berisiko runtuh. Ia menjelaskan bahwa bangunan yang rusak parah telah menewaskan dan melukai puluhan orang saat hujan deras sebelumnya.
Menurutnya, upaya pemerintah kota, tim pertahanan sipil, serta organisasi lokal dan internasional belum mampu memenuhi kebutuhan besar masyarakat yang terus meningkat. Ia menyerukan komunitas internasional untuk segera menyediakan rumah mobil sebagai bantuan sementara, membangun kamp-kamp aman, dan merehabilitasi infrastruktur serta jaringan saluran pembuangan.
3. 14 orang meninggal dunia akibat cuaca dingin di Gaza
Sedikitnya 14 orang meninggal dunia akibat badai musim dingin di Gaza pekan lalu. Lebih dari 53 ribu tenda pengungsian terendam banjir, hanyut diterjang arus, atau robek akibat angin kencang. Selain itu, 13 bangunan juga runtuh di berbagai wilayah Gaza.
Saat ini, hampir 250 ribu keluarga tinggal di kamp-kamp pengungsian di seluruh Jalur Gaza, dengan banyak di antaranya menghadapi cuaca dingin dan banjir di dalam tenda-tenda yang rapuh.
Meski gencatan senjata telah berlaku pada Oktober lalu, kondisi kehidupan di Gaza masih belum membaik. Israel masih terus menyerang Gaza setiap hari dan membunuh hampir 400 warga Palestina, serta memblokir aliran bantuan kemanusiaan secara bebas.


















