Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

PBB: Bencana Kelaparan Ekstrem di Gaza karena Blokade Israel

anak-anak di Gaza berdesakan mengantri makanan. (Ashraf Amra, CC BY-SA 4.0 <https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0>, via Wikimedia Commons)
anak-anak di Gaza berdesakan mengantri makanan. (Ashraf Amra, CC BY-SA 4.0 <https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0>, via Wikimedia Commons)
Intinya sih...
  • Jumlah korban kelaparan diprediksi terus bertambah, dengan proyeksi mencapai 641 ribu jiwa pada akhir September mendatang.
  • Israel membantah adanya kelaparan di Gaza dan menuduh laporan IPC sebagai bagian dari kampanye propaganda Hamas.
  • Seruan gencatan senjata dan penghentian blokade bantuan disuarakan oleh Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, untuk mengatasi krisis kelaparan di Gaza.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Lembaga ahli yang didukung Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Integrated Food Security Phase Classification (IPC), secara resmi mengumumkan kondisi kelaparan di Kota Gaza dan sekitarnya pada Jumat (22/8/2025). Sedikitnya 514 ribu orang, atau hampir seperempat dari populasi di sana, kini menghadapi krisis pangan ekstrem.

Menurut laporan IPC, bencana kelaparan ini sepenuhnya buatan manusia akibat konflik berkepanjangan dan blokade bantuan kemanusiaan oleh Israel. Kondisi ini diperkirakan akan terus memburuk dan menyebar ke wilayah lain jika tidak ada intervensi darurat.

"Waktu untuk berdebat dan ragu-ragu telah berlalu, kelaparan sudah ada dan menyebar dengan cepat. Penundaan lebih lanjut, bahkan hanya beberapa hari akan mengakibatkan peningkatan angka kematian akibat kelaparan yang sama sekali tidak dapat diterima," bunyi laporan IPC.

1. Jumlah korban kelaparan diprediksi terus bertambah

Sebuah wilayah dinyatakan mengalami kelaparan jika memenuhi tiga kriteria teknis yang ketat. Kriteria tersebut adalah setidaknya 20 persen rumah tangga kekurangan pangan ekstrem, 30 persen anak-anak menderita gizi buruk akut, dan dua dari setiap 10 ribu orang meninggal setiap hari karena kelaparan, dilansir NPR.

IPC memproyeksikan angka korban kelaparan di Gaza akan meningkat menjadi 641 ribu jiwa pada akhir September mendatang. Lembaga tersebut juga memperingatkan bahwa kondisi serupa akan segera melanda wilayah tengah dan selatan, seperti Deir al-Balah dan Khan Younis.

Data dari kementerian kesehatan Gaza yang diverifikasi WHO menunjukkan lonjakan tajam angka kematian akibat malnutrisi. Dalam 20 hari pertama bulan Agustus saja, tercatat ada 133 kematian termasuk anak-anak di bawah usia 18 tahun. Kepala Kemanusiaan PBB, Tom Fletcher, menyebut kelaparan ini sebagai tragedi yang seharusnya tidak pernah terjadi.

"Ini adalah kelaparan yang berulang kali kami peringatkan tapi tidak diizinkan untuk diliput oleh media internasional. Ini adalah kelaparan di abad ke-21 yang diawasi oleh drone dan teknologi militer paling canggih dalam sejarah. Ini adalah kelaparan yang ada di bawah pengawasan kita semua, sebuah kelaparan yang akan dan harus menghantui kita semua," ujar Fletcher, dikutip dari The Independent .

2. Israel bantah ada kelaparan di Gaza

Deklarasi PBB ini memicu reaksi keras dari sejumlah negara, termasuk Inggris. Menteri Luar Negeri Inggris, David Lammy, menyebut situasi ini sebagai tragedi mengerikan.

"Konfirmasi kelaparan di Kota Gaza dan sekitarnya benar-benar mengerikan dan sepenuhnya dapat dicegah. Penolakan pemerintah Israel untuk mengizinkan bantuan yang cukup masuk ke Gaza telah menyebabkan bencana buatan manusia ini," ujar Lammy dalam sebuah pernyataan, dikutip dari The Guardian .

Di sisi lain, pemerintah Israel membantah temuan laporan IPC dan menyebutnya tidak berdasar. Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, bahkan mengklaim laporan tersebut sebagai sebuah kebohongan terang-terangan.

COGAT, badan militer Israel yang mengawasi lalu lintas bantuan, juga menuduh laporan IPC bias dan tidak akurat. Menurut mereka, laporan tersebut merupakan bagian dari kampanye propaganda Hamas.

3. Seruan gencatan senjata dan penghentian blokade bantuan

Laporan IPC menyatakan bahwa krisis kelaparan di Gaza sesungguhnya dapat dihentikan dan bahkan dibalikkan. Hal ini karena penyebab utamanya bukanlah bencana alam, melainkan akibat dari tindakan yang bisa dikendalikan.

Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, menyerukan tindakan darurat untuk mengatasi krisis tersebut. Ia mendesak adanya gencatan senjata segera, pembebasan semua sandera, dan akses kemanusiaan tanpa hambatan ke seluruh wilayah Gaza. Sementara, Direktur Jaringan LSM Gaza, Amjad Shawa, menilai kondisi saat ini adalah yang terburuk sepanjang sejarah Gaza.

"Ini adalah tahap terburuk, paling kritis dalam seluruh sejarah Gaza, bukan hanya dalam perang ini. Kami berada dalam situasi yang sangat rumit, kami merasa sangat sakit dan lelah. Kami harus mendapatkan makanan, jika tidak, kami tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi," kata Shawa.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Sonya Michaella
EditorSonya Michaella
Follow Us