PBB: Layanan Kesehatan Haiti Hampir Runtuh akibat Geng Kriminal

Jakarta, IDN Times - Badan PBB mengatakan bahwa sistem layanan kesehatan di Haiti hampir runtuh akibat kekerasan geng dan kurangnya staf, peralatan medis dan obat-obatan.
Hôpital Universitaire la Paix, satu-satunya rumah sakit umum yang masih beroperasi di Port-au-Prince, telah menerima hampir 70 pasien dengan luka tembak sejak akhir pekan. Beberapa pusat kesehatan lainnya di negara tersebut telah terbakar dalam beberapa hari terakhir.
“Tidak ada oksigen yang tersedia, tidak ada air untuk melayani rumah sakit karena matinya pompa untuk menyediakan air bagi masyarakat. Sebagian besar rumah sakit di jantung ibu kota telah menutup pintunya,” kata Ronald Laroche, seorang dokter yang menjalankan jaringan rumah sakit swasta kepada CNN.
1. Pemerintah perpanjang status darurat
Akibat kekerasan yang tidak kunjung mereda, pemerintah Haiti pada Kamis (7/3/2024) mengumumkan perpanjangan status darurat di sekitar Port-au-Prince hingga 3 April, dan jam malam diperpanjang hingga 10 Maret.
Status darurat pertama kali diumumkan pada Minggu (3/3/2024) setelah meningkatnya pertempuran, yang mengakibatkan ribuan narapidana dikeluarkan dari penjara oleh geng bersenjata dan puluhan ribu warga mengungsi.
Situasi ini terjadi saat Perdana Menteri Ariel Henry berada di Kenya untuk membahas pengiriman pasukan keamanan multinasional ke Haiti. Pemimpin geng Jimmy Cherizier, seorang mantan polisi, menyerukan kelompok kriminal untuk bersatu dan menggulingkan Henry.
Di Port-au-Prince pada Kamis, api membakar gudang makanan yang telah dijarah dan mobil-mobil di jalan. Akibat ditutupnya pom bensin, masyarakat membeli bahan bakar untuk kendaraan mereka dari pedagang kaki lima dengan wadah plastik.
“Situasi di negara ini kritis. Masyarakat tidak bisa lagi menjalankan bisnisnya. Anak-anak kami tidak bisa lagi bersekolah. Pedagang tidak bisa pergi ke pasar. Kami punya perdana menteri, kami tidak tahu apakah dia sudah mati atau masih hidup, karena dia tersesat dalam Alam liar," kata seorang pria bernama Marckenson, dikutip Reuters.
2. WFP terpaksa hentikan layanan transportasi laut untuk mengirimkan bantuan
Gelombang kekerasan juga berdampak terhadap distribusi bantuan. Program Pangan Dunia (WFP) telah menghentikan layanan transportasi lautnya di Port-au-Prince akibat situasi yang tidak aman. Padahal, layanan ini merupakan satu-satunya sarana untuk mendistribusikan bantuan ke seluruh Haiti.
Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (OCHA) juga mengatakan bahwa dua lusin truk bantuan, yang berisi makanan, pasokan medis, dan peralatan penting, telah tertahan di pelabuhan di Port-au-Prince.
Media lokal melaporkan bahwa orang-orang bersenjata telah masuk ke pelabuhan kargo utama ibu kota, CPS, dan menjarah kontainer.
Dalam sebuah pernyataan, CPS mengatakan bahwa pihaknya telah menjadi sasaran sabotase dan vandalisme, yang memaksa mereka untuk menghentikan layanannya.
Sementara itu, kelompok bantuan Medecins Sans Frontieres (MSF) pada Kamis memperkirakan sedikitnya 2.300 orang telah terbunuh dalam kekerasan pada 2023 di lingkungan Port-au-Prince di Cite Soleil saja, yang merupakan rumah bagi 9 persen dari total populasi di ibu kota.
“Kemungkinan besar skala kekerasan yang sebenarnya jauh lebih tinggi,” kata MSF.
Kelompok bantuan tersebut sehari sebelumnya telah membuka kembali klinik darurat di ibu kota, yang sempat ditutup setelah geng bersenjata mencegat ambulans dan membunuh seorang pasien di jalan.
3. AS minta Henry mempercepat transisi politik di Haiti
Amerika Serikat (AS) telah mendesak PM Henry untuk membuka jalan bagi transisi politik di Haiti, yang menurut para pejabat Haiti dapat disusun dengan penunjukan awal dewan transisi beranggotakan tiga orang yang akan memilih presiden sementara untuk memimpin negara tersebut.
Henry, yang berkuasa setelah pembunuhan mantan Presiden Jovenel Moise pada 2021, telah berulang kali menunda pemilu, dengan mengatakan bahwa keamanan harus dibangun terlebih dahulu untuk menyelenggarakan pemilu yang bebas dan adil.
Perdana menteri itu mengalami kesulitan untuk kembali ke Haiti pekan ini. Pesawatnya dialihkan ke ke Puerto Rico setelah Republik Dominika, yang berbagi pulau Hispaniola di Karibia dengan Haiti, menolak untuk mengizinkannya mendarat.
Geng-geng kriminal telah memperluas pengaruh dan wilayah mereka secara besar-besaran selama bertahun-tahun sejak kematian Moise. Mereka melakukan penculikan untuk meminta uang tebusan dan sejumlah besar senjata api, yang menurut PBB sebagian besar diselundupkan dari AS.