Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

PBB: Myanmar Jadi Produsen Opium Terbesar di Dunia pada 2023

bunga opium (unsplash.com/Alex Belogub)
bunga opium (unsplash.com/Alex Belogub)

Jakarta, IDN Times - Badan Perserikatan Bangsa (PBB) melaporkan bahwa Myanmar telah melampaui Afghanistan sebagai produsen opium terbesar di dunia pada 2023. Hal ini terjadi menyusul tindakan keras pemerintah Taliban terhadap perdagangan narkotika tahun lalu.

Menurut laporan Kantor Narkoba dan Kejahatan PBB (UNODC), penurunan budidaya opium hingga 95 persen di Afghanistan telah menyebabkan pasokan global beralih ke Myanmar. Adapun negara Asia Tenggara tersebut memproduksi sekitar 1.080 metrik ton opium pada tahun ini.

1. Ketidakstabilan di dalam negeri mendorong banyak orang menanam opium

UNODC mengatakan, ketidakstabilan politik, sosial, dan ekonomi akibat kudeta militer pada 2021 telah mendorong banyak petani di Myanmar untuk menanam opium.

“Gangguan ekonomi, keamanan, dan pemerintahan yang terjadi setelah pengambilalihan kekuasaan oleh militer pada Februari 2021 terus mendorong para petani di daerah terpencil untuk membudidayakan opium untuk mencari nafkah,” kata Perwakilan Regional UNODC Jeremy Douglas, dikutip Reuters.

Ia menambahkan, meningkatnya pertempuran antara militer Myanmar dan etnis minoritas bersenjata kemungkinan besar akan mempercepat perluasan penanaman opium.

2. Petani dapat keuntungan 75 persen lebih banyak

Laporan UNODC mengungkapkan, petani Myanmar kini memperoleh penghasilan sekitar 75 persen lebih banyak dari hasil budidaya opium. Adapun harga rata-rata bunga opium telah mencapai sekitar 355 dolar (sekitar Rp5,5 juta) per kilogram.

Area budidaya juga telah meningkat sebesar 18 persen dari tahun ke tahun, dari 40.100 menjadi 47 ribu hektar. Selain itu, hasil panen meningkat sebesar 16 persen menjadi 22,9 kilogram per hektare berkat praktik pertanian yang lebih canggih.

PBB juga memperkirakan, produksi opium pada 2022-2023 berada pada tingkat tertinggi selama lebih dari 20 tahun terakhir.

3. Junta dinilai tidak serius mengakhiri perdagangan narkoba di Myanmar

Kawasan budidaya opium didominasi di wilayah perbatasan Myanmar di Negara Bagian Shan bagian utara, diikuti oleh negara bagian Chin dan Kachin.

Dilansir France24, para analis mengatakan bahwa militer tidak serius mengakhiri perdagangan bernilai miliaran dolar tersebut.

Awal tahun ini, ketua Komite Sentral Pengendalian Penyalahgunaan Narkoba Myanmar mengaku bahwa upayanya untuk menghancurkan perdagangan narkoba tidak memberikan dampak berarti.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Fatimah
EditorFatimah
Follow Us