PBB Tolak Permohonan Rusia soal Voting Rahasia

Jakarta, IDN Times - Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memutuskan untuk menolak permintaan Rusia agar sidang pemungutan suara dihelat secara rahasia akhir pekan ini.
Rusia memang meminta pemungutan suara digelar rahasia agar para anggota negara tidak mengutuk terkait pencaplokan empat wilayah Ukraina.
1. 107 negara mendukung pemungutan suara terbuka

Dilansir dari Channel News Asia, Selasa (11/10/2022), setidaknya 107 negara anggota mendukung agar pemungutan suara tersebut digelar secara terbuka.
Pemungutan suara ini berdasarkan rancangan resolusi yang akan mengutuk pencaplokan ilegal Rusia terhadap Kherson, Zaphorizhzhia, Donetsk, dan Luhansk.
Pemungutan suara terbuka ini direncanakan akan digelar pada Rabu (12/10/2022) besok. Dalam voting pemilihan sidang terbuka atau tertutup ini, 13 negara menentang pemungutan suara terbuka dan 39 negara abstain.
2. AS minta Rusia hormati prinsip piagam PBB

Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Antony Blinken, menekan komunitas internasional untuk mendesak tindakan Presiden Rusia Vladimir Putin tidak dapat dibenarkan sama sekali.
"Sekarang waktunya untuk berbicara soal dukungan Ukraina. Ini bukan waktunya untuk abstain atau dalih di bawah klaim netralitas. Prinsip inti Piagam PBB dipertaruhkan," kata Blinken.
Sejumlah negara sekutu Ukraina dan AS juga mengutuk Putin habis-habisan terkait serangan rudal Rusia yang baru saja menghantam delapan wilayah Ukraina, termasuk ibu kota Kiev.
3. Sekjen PBB mengecam pencaplokan Rusia terhadap empat wilayah Ukraina

Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres juga secara tegas mengecam pencaplokan tersebut sebagai perlawanan yang diperjuangkan komunitas internasional.
"Ini tidak bisa diterima," tegas Guterres.
Selama pemungutan suara Dewan Keamanan PBB, di mana Rusia merupakan anggota tetap, Negara Beruang Merah tersebut memveto resolusi terkait kecaman aneksasi empat wilayah Ukraina.
Akibat diveto Rusia, resolusi ini pun gagal diadopsi. Sementara, empat negara yang memilih abstain kala itu adalah China, Brasil, India dan Gabon.