Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Pembakaran Pohon Natal di Suriah Picu Demonstrasi Jelang Natal

Pohon Natal ditengah kota. (pexels.com/Elina Fairytale)

Jakarta, IDN Times - Pembakaran pohon Natal di Suqaylabiyah, kota mayoritas Kristen di Provinsi Hama, Suriah, pada Senin (23/12/2024) memicu protes besar di seluruh negeri. Ini terjadi sehari sebelum umat Kristen merayakan Malam Natal, memunculkan tuntutan kepada pemerintah baru yang dipimpin Hayat Tahrir al-Sham (HTS) untuk memberikan perlindungan bagi minoritas.

HTS, pemberontak yang memimpin Suriah setelah menggulingkan Presiden Bashar al-Assad, menyatakan bahwa pelaku pembakaran adalah pejuang asing. Mereka berjanji untuk membawa pelaku ke pengadilan dan memastikan pohon tersebut diperbaiki sebelum pagi berikutnya.

Namun, insiden ini semakin mempertegas tantangan yang dihadapi pemerintah baru dalam menjamin keamanan dan stabilitas.

1. Protes merebak setelah pohon Natal dibakar

Dilansir dari BBC, video yang menunjukkan dua pria bertopeng membakar pohon Natal di Suqaylabiyah menjadi pemicu protes di berbagai kota, termasuk Damaskus. Demonstran di Suqaylabiyah membawa salib dan menuntut perlindungan atas hak-hak mereka sebagai minoritas.

Di Damaskus, demonstrasi berlangsung di kawasan Bab Touma dan Kassa, di mana warga Kristen mengecam kehadiran kelompok bersenjata asing.

“Suriah adalah milik kami, orang asing harus pergi,” seru para demonstran.

“Jika kami tidak bisa hidup dalam iman Kristen seperti sebelumnya, maka kami tidak lagi memiliki tempat di sini,” ujar Georges, salah satu demonstran kepada AFP News Agency.

Pemimpin agama lokal dari HTS hadir di Suqaylabiyah untuk meredakan ketegangan. Dalam aksi yang tidak biasa, ia mengangkat salib sebagai simbol solidaritas dengan komunitas Kristen, sebuah langkah yang jarang dilakukan oleh pemimpin Islamis.

2. Minoritas Kristen menuntut keamanan

Warga Kristen Suriah masih merasa khawatir, meskipun HTS telah memberikan jaminan keselamatan.

“Kami hanya ingin hidup dalam damai dan keamanan. Orang-orang sudah lelah,” ungkap Hilda Haskour, seorang warga Aleppo, dikutip dari CNN.

Banyak keluarga memilih untuk membatasi perayaan Natal mereka tahun ini karena takut dengan ancaman dari kelompok bersenjata yang tidak terkontrol.

HTS menetapkan tanggal 25 dan 26 Desember 2024 sebagai hari libur nasional untuk menghormati Natal, tetapi beberapa warga menilai langkah ini belum cukup.

“Kami membutuhkan keamanan yang lebih terorganisir, bukan hanya janji,” kata George.

3. Tantangan baru pemerintah HTS

Insiden ini mencerminkan tantangan besar bagi HTS dalam menjaga stabilitas di tengah transisi kekuasaan. Ahmed al-Sharaa, pemimpin HTS, telah membubarkan berbagai faksi bersenjata untuk disatukan di bawah Kementerian Pertahanan, tetapi ancaman dari kelompok ekstremis dan pejuang asing tetap menjadi hambatan.

Dilansir dari The Guardian, lebih dari 25 ribu pengungsi Suriah dilaporkan kembali dari Turki sejak jatuhnya rezim Assad. Dengan meningkatnya jumlah pengungsi yang kembali, pemerintah HTS menghadapi tekanan untuk menyediakan keamanan dan layanan dasar di wilayah-wilayah yang baru mereka kuasai.

Meskipun situasi keamanan masih rawan, perayaan Natal tetap berlangsung dengan sederhana di berbagai wilayah Kristen. Pohon Natal yang sempat dibakar di Suqaylabiyah telah diperbaiki, sebagai simbol harapan dan solidaritas.

Insiden ini menunjukkan bahwa pemerintahan baru Suriah harus bekerja keras untuk memenuhi janji mereka membangun negara yang inklusif. Dengan sorotan internasional yang terus tertuju pada mereka, HTS harus segera membuktikan bahwa Suriah bisa menjadi tempat yang aman bagi semua kelompok agama dan etnis.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Bagus Samudro
EditorBagus Samudro
Follow Us