Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Pemimpin Oposisi Mozambik Klaim Selamat dari Upaya Pembunuhan

bendera Mozambik (unsplash.com/themisterpaps)

Jakarta, IDN Times - Pemimpin oposisi Mozambik Venancio Mondlane, pada Senin (4/11/2024), mengaku berhasil lolos dari upaya pembunuhan ketika berada di Afrika Selatan. Ia diketahui sempat melarikan diri ke Afrika Selatan di tengah keributan usai pemilu di negaranya. 

Setelah pengumuman pilpres yang dimenangkan calon dari Partai Frelimo, Mondlane  menyerukan demonstrasi akbar untuk menolak hasil tersebut. Pemerintah Mozambik diklaim sudah membatasi akses media sosial dan memperingatkan warga tidak ikut demonstrasi. 

1. Klaim pembunuh bayaran datangi kediamannya di Afrika Selatan

Mondlane mengatakan, rencana pembunuhan sudah dilakukan di depan kediamannya sendiri ketika mengungsi di Afrika Selatan. 

"Ketika saya berada di Afrika Selatan, seorang pembunuh bayaran datang di depan pintu rumah untuk membunuh saya. Saya harus melompat ke belakang pintu dan menyelinap melewati salon dan lari bersama keluarga saya," terangnya, dikutip RFI

Ia mengaku sempat menetap di Sandton, yang dikenal sebagai salah satu kompleks permukiman elite di Johannesburg. Ia mengatakan kepergiannya ke Afrika Selatan ini untuk mengamankan diri usai pembunuhan anggota partai opisisi, Podemos dan pengacaranya.

Menanggapi keterangan ini, pemerintah Afrika Selatan mengatakan seharusnya Mondlane melaporkan kasus ini kepada polisi. Namun, Mondlane tidak mengungkapkan secara detail siapa pelaku di balik rencana pembunuhan ini. 

2. Tuduh Rwanda terlibat kekerasan pada demonstran di Mozambik

Tentara Rwanda. (twitter.com/RwandaMoD)

Pekan lalu, demonstrasi anti-pemerintah di Mozambik sempat berakhir dengan kericuhan antara petugas dan demonstran. Polisi disebut melakukan kekerasan untuk membubarkan massa hingga menyebabkan 11 orang tewas dan puluhan orang mengalami luka-luka. 

Sepanjang akhir pekan, muncul rumor bahwa tentara Rwanda yang diterjunkan ke Cabo Delgado, untuk melawan teroris, ikut membantu polisi membubarkan massa di Maputo dengan kekerasan. Dugaan tersebut disampaikan oleh partai pendukung Mondlane, Democratic Alliance Coalition (DAC). 

Melansir News24, Juru Bicara Pemerintah Rwanda Yolande Makolo membantah tudingan dari oposisi Mozambik. Ia menyebut tentara Rwanda hanya diterjunkan di Provinsi Cabo Delgado dan melakukan operasi gabungan bersama tentara Mozambik untuk melawan teroris. 

Sebagai informasi, tentara Rwanda sudah tiba di Mozambik sejak Juli 2021. Mereka diterjunkan sebulan setelah kedatangan tentara Southern African Development Community Mission in Mozambique (SAMIM) untuk mengatasi krisis keamanan imbas aktivitas kelompok jihadis. 

3. Demonstran blokir jalan akses Mozambik-Afrika Selatan

Pada hari yang sama, demonstran sudah memblokir jalan di kota perbatasan Mozambik-Afrika Selatan, Ressano Garcia. Massa juga menghalangi operasional truk dan bus di jalan raya, serta memaksa penumpang turun dari kendaraan. 

Sementara itu, demonstrasi juga masih terjadi di ibu kota Maputo. Kali ini, demonstran membakar ban bekas dekat pintu tol di pinggiran Maputo untuk memaksa seluruh warga tidak bepergian dan ikut aksi mogok massal, dikutip Bloomberg.

Demonstrasi ini sebagai lanjutan penolakan hasil pilpres yang dimenangkan calon dari Partai Frelimo, Daniel Chapo dengan perolehan suara 71 persen. Pilpres tahun ini diduga diliputi oleh kecurangan besar Frelimo untuk melanggengkan kekuasaannya sejak 1975. 

Organisasi non-profit anti-korupsi di Mozambik, Center for Public Integrity mengatakan bahwa pemilu kali ini menjadi yang paling banyak diliputi kecurangan dalam 25 tahun terakhir. 

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Brahm
EditorBrahm
Follow Us