Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Penasihat Pemimpin Iran Ayatollah Khamenei Meninggal karena COVID-19

Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei tiba untuk memberikan suara di tempat pemungutan suara dalam pemilihan parlemen di Tehran, Iran, pada 21 Februari 2020. ANTARA FOTO/Official Khamenei website/Handout via REUTERS

Tehran, IDN Times - Seorang anggota dewan penasihat Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Khamenei meninggal dunia akibat virus corona baru atau COVID-19 pada Senin (2/3). Dikutip Time, Mohammad Mirmohammadi mengembuskan napas terakhirnya di rumah sakit di Tehran di usia 71 tahun.

Ia menjadi pejabat tinggi pertama Iran yang tewas karena virus yang bermula di Wuhan, Provinsi Hubei, Tiongkok. Dewan penasihat tersebut bertanggung jawab untuk memberikan masukan kepada Khamenei serta menyelesaikan perselisihan antara sang pemimpin tertinggi dengan parlemen.

1. Beberapa pejabat Iran sudah terinfeksi COVID-19

Wisatawan memakai masker pelindung saat berjalan di wilayah Venesia, saat negara tersebut berjuang melawan virus corona di Venesia, Italia, pada 27 Februari 2020. ANTARA FOTO/REUTERS/Manuel Silvestri

Sebelumnya, Wakil Presiden Iran Masoumeh Ebtekar dilaporkan positif terinfeksi COVID-19. Kabar tersebut dianggap cukup menggemparkan mengingat Ebtekar merupakan salah satu tokoh penting ketika Kedutaan Besar Amerika Serikat di Tehran diserbu warga dan pelajar pada 1979 yang berakhir dengan penyanderaan perwakilan diplomat selama 444 hari.

Selain Ebtekar, Wakil Menteri Kesehatan Iran sekaligus kepala satuan tugas pemerintah yang mengurusi COVID-19, Iraj Harirchi, juga jatuh sakit. Harirchi sendiri sempat dianggap meremehkan wabah di Iran dengan menyebut karantina adalah metode Zaman Batu. Ia memperlihatkan gejala demam saat memberikan konferensi pers pada akhir Februari lalu.

2. Infeksi di Iran adalah yang terbesar di luar Tiongkok

Seorang pekerja komunitas memeriksa suhu badan seorang pria saat polisi memeriksa dokumennya di pos pemeriksaan yang dibuat di jalur masuk ke jalan di Wuhan, pusat terjadinya penularan virus corona baru, provinsi Hubei, Tiongkok, pada 20 Februari 2020. ANTARA FOTO/China Daily via REUTERS

Hingga kini, Iran telah melaporkan adanya 978 orang yang positif terinfeksi COVID-19 dan 54 lainnya telah meninggal dunia. Jumlah kasus di negara itu adalah yang terbesar di luar Tiongkok dengan lonjakan lebih dari separuh dalam kurun waktu semalam.

Salah satu pakar kesehatan Iran, Ali Reza Jalali, mengatakan lewat wawancara dengan stasiun TV setempat bahwa negaranya sedang "melalui waktu yang sulit dan periode yang berbahaya". Tak hanya virus itu sendiri, misinformasi juga beredar luas di Iran yang membingungkan warga.

Dilansir BBC, sebuah potongan audio memperdengarkan suara laki-laki yang mirip Harirchi. Ia seolah mengatakan ada lebih 10.000 kasus dan 1.400 kematian di Iran akibat COVID-19. Pemerintah pun menegaskan bahwa klip tersebut adalah rekayasa.

3. Banyak yang mengaku sulit percaya dengan laporan pemerintah Iran

Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei menghadiri pertemuan umum menjelang peringatan ke-41 revolusi Islam, di Teheran, Iran, pada 5 Februari 2020. ANTARA FOTO/Official Khamenei website/Handout via REUTERS

Sementara itu, berbeda dengan laporan pemerintah, BBC yang berada di Iran mengatakan jumlah pasien tewas adalah 210 jiwa. Angka itu diperoleh dari sumber-sumber di rumah sakit. Kementerian Kesehatan Iran sendiri membantah pemberitaan tersebut.

Sedangkan dikutip AFP, enam pakar dari Kanada mengalkulasi bahwa kemungkinan besar jumlah kasus di Iran lebih dari 18.000. Belum diverifikasi, perhitungan mereka berdasarkan kasus di negara lain yang bermula dari Iran.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Anata Siregar
EditorAnata Siregar
Follow Us