Peringati Natal Ortodoks, Putin Perintahkan 3 Hari Gencatan Senjata

Jakarta, IDN Times - Presiden Rusia Vladimir Putin, pada Kamis (5/1/2023), memerintahkan angkatan bersenjata Moskow untuk melakukan gencatan senjata selama 36 jam di Ukraina mulai tanggal 6 Januari. Peringatan itu disampaikan dalam rangka merayakan Hari Natal Kristen Ortodoks.
Ini adalah pertama kalinya Putin memerintahkan gencatan senjata di seluruh Ukraina selama hampir 11 bulan berperang. Sebelumnya, pemimpin Rusia tersebut hanya memerintahkan gencatan senjata terbatas dan lokal, untuk mengevakuasi warga sipil atau tujuan kemanusiaan lainnya.
1. Kepala gereja ortodoks imbau gencatan senjata
Melansir Reuters, perintah gencatan senjata dibuat oleh Putin berdasarkan saran dari Kepala Gereja Ortodoks Rusia, Patriarch Kirill. Sebelumnya, Kirill meminta kedua negara yang berseteru agar dapat menghentikan baku tembak sementara dalam rangka memperingati Natal.
Para penganut Kristen Ortodoks, baik di Rusia dan Ukraina, akan merayakan hari besar agama mereka pada tanggal 6-7 Januari.
"Dengan mempertimbangkan seruan Yang Mulia Patriark Kirill, saya menginstruksikan Menteri Pertahanan Federasi Rusia untuk menjalankan gencatan senjata di sepanjang garis kontak para pihak di Ukraina dari pukul 12.00 pada 6 Januari 2023 hingga pukul 24.00 pada 7 Januari 2023," kata Putin dalam perintah tersebut.
2. Ukraina sebut seruan gencatan senjata hanya jebakan dan propaganda

Seruan gencatan senjata dari Kyrill tidak disambut postif oleh Ukraina.
Penasihat presiden Ukraina, Mykhailo PodolyakIa, menyebut seruan kepala gereja sebagai propaganda perang, yang telah menghasut pembunuhan massal rakyat Ukraina dan memililterisasi Rusia.
"Pernyataan Gereja Ortodoks Rusia tentang 'Gencatan Senjata Natal' adalah jebakan sinis dan unsur propaganda," kata Podolyak.
Mengutip AP, Kirill sebelumnya pernah menjustifikasi perang Rusia-Ukraina sebagai bagian dari perjuangan metafisik untuk mencegah penyebaran ideologis liberal dari Barat.
3. Turki siap jadi penengah Rusia-Ukraina

Langkah gencatan senjata mulai tanggal 6 Januari ini diharapkan banyak pihak menjadi terobosan awal untuk terwujudnya upaya diplomatik antara Rusia dan Ukraina.
Putin telah berbicara dengan Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, via telepon pada Kamis (5/1/2023). Menurut pernyataan dari kantor kepresidenan Turki, Erdogan mendesak Putin untuk menerapkan gencatan senjata sepihak.
Erdogan juga menelepon Zelenskyy dan mengatakan siap menengahi perdamaian antara dua negara tersebut.
Rusia juga mengatakan, Putin terbuka untuk dialog serius dengan pihak Ukraina, namun dengan prasyarat sebelumnya, yakni Ukraina mau memenuhi sejumlah tuntutan termasuk mengakui Krimea sebagai bagian dari Rusia.