Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Perwakilan RI-Malaysia Segera Bahas Peraturan Deforestasi Uni Eropa

Bendera Uni Eropa dan beberapa bendera anggota dari Uni Eropa. (Pixabay.com/Dusan_Cvetanovic)
Bendera Uni Eropa dan beberapa bendera anggota dari Uni Eropa. (Pixabay.com/Dusan_Cvetanovic)

Jakarta, IDN Times - Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi mengatakan tim gabungan dari Indonesia dan Malaysia akan mengunjungi Brussels, Belgia, untuk membahas peraturan bebas deforestasi Uni Eropa yang baru saja diadopsi.

Hal ini disampaikan Retno ketika menerima kunjungan Menteri Luar Negeri Luksemburg Jean Asselborn, hari ini.

“Peraturan deforestasi Uni Eropa, seperti yang juga saya sebutkan selama pertemuan saya dengan Menlu Slovenia kemarin, Misi Gabungan Indonesia dan Malaysia akan berkunjung ke Brussel akhir Mei ini untuk membahas situasi tersebut,” kata Retno, dalam pernyataan pers di Kementerian Luar Negeri RI, Kamis (25/5/2023).

Akibatnya, produk Indonesia seperti sawit dan kopi bisa terkena imbas. Sebab, perusahaan terkait harus memverifikasi bahwa barang yang mereka kirim ke wilayah Uni Eropa tidak menyebabkan deforestasi dan degradasi hutan.

1. Bakal mencakup produk turunan juga

Ilustrasi Perkebunan Kelapa Sawit (IDN Times/Sunariyah)
Ilustrasi Perkebunan Kelapa Sawit (IDN Times/Sunariyah)

Melansir Washington Post, peraturan terkait deforestasi ini juga disebutkan akan mencakup produk turunan seperti cokelat atau kertas.

Produk-produk lain dari Indonesia yang bisa terdampak kebijakan itu adalah kayu, biji kakao, serta karet.

2. Hutan untuk menghilangkan emisi gas

Bendera negara anggota Uni Eropa. (IDN Times/Sonya Michaella)
Bendera negara anggota Uni Eropa. (IDN Times/Sonya Michaella)

Uni Eropa beranggapan hutan alami merupakan salah satu cara untuk menghilangkan emisi gas rumah kaca dari atmosfer.

Uni Eropa juga menyebut, tanpa adanya peraturan baru soal deforestasi yang baru saja diadopsi itu, akan banyak hutan-hutan alami yang hilang.

"Ini bisa membantu melindungi keanekaragaman hayati serta sumber daya air di hutan hujan tropis," ujar Direktur Regional Institut Sumber Daya Dunia untuk Eropa, Stientje van Veldhoven.

3. Meski ditolak Eropa, pasaran sawit Indonesia masih tinggi

Ilustrasi Perkebunan Kelapa Sawit (IDN Times/Sunariyah)
Ilustrasi Perkebunan Kelapa Sawit (IDN Times/Sunariyah)

Sementara itu, Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Eddy Martono mengungkapkan, kinerja industri sawit Indonesia tetap positif di tengah penurunan perminaan dari Eropa. Dia mengungkapkan ekspor crude palm oil (CPO) Indonesia ke sejumlah negara justru naik.

Dia menyebut dua negara yang paling banyak membeli CPO Indonesia adalah Amerika Serikat dan China. 

"Ekspor ke Eropa turun, ekspor USA naik, ke China, India, Pakistan, dan Bangladesh tetap bertahan," ujar Eddy, beberapa waktu lalu.

Eddy juga memaparkan industri kelapa sawit menyumbang devisa bagi RI sebesar 5,29 miliar dolar AS atau setara Rp78,19 triliun, pada periode Januari-Februari 2023. 

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Sonya Michaella
EditorSonya Michaella
Follow Us