Pesawat Rusia yang Jatuh di Sudan Diduga Angkut Senjata

Jakarta, IDN Times - Kelompok paramiliter Rapid Support Forces (RSF), pada Kamis (24/10/2024), menyebut bahwa pesawat kargo Rusia yang jatuh di Darfur mengangkut senjata dan amunisi kepada tentara Sudan. Sehingga, pasukannya menembak jatuh pesawat kargo tipe Ilyushin Il-74 tersebut.
Rusia dituduh terlibat dalam Perang Sipil Sudan yang berlangsung sejak April 2023 dengan mendukung RSF. Namun, Moskow diduga mengalihkan dukungan kepada pemerintah Sudan untuk memuluskan pembangunan pangkalan Angkatan Laut di Laut Merah.
1. Pesawat diduga mengirim senjata kepada tentara Sudan
Berdasarkan investigasi Reuters, pesawat tersebut tidak diketahui secara pasti rute dan tujuannya. Namun, pesawat buatan Rusia itu diketahui pernah ditugaskan dalam misi pengiriman senjata ke Al Fashir, Sudan.
Sementara, salah seorang kru pesawat bernama Viktor Granov (67) diduga berperan sebagai penyelundup senjata. Dugaan itu muncul lantaran ia memiliki hubungan dengan sosok penjual senjata asal Rusia, Viktor Bout, yang dibebaskan dari Amerika Serikat pada 2022.
Granov sempat mengoperasikan dua maskapai pesawat untuk mengirimkan senjata ke Republik Demokratik Kongo. Pesawat tersebut telah melanggar sanksi embargo senjata kepada pemerintah RD Kongo yang melakukan aksi kekerasan di negaranya.
Selain Granov, dua warga Rusia lainnya, Anton Selivanets dan Alexander Kabanov diduga berada di dalam pesawat itu. Kabanov diketahui tergabung dalam pasukan elite udara Rusia dan pernah ditempatkan di beberapa negara Afrika, seperti Uganda, Sudan, dan Sudan Selatan.
2. Rusia investigasi kasus jatuhnya pesawat di Sudan

Pada Selasa (22/10/2024), Kedutaan Besar Rusia di Sudan sudah mengadakan investigasi terkait insiden jatuhnya pesawat di Dafur Utara, yang berbatasan langsung dengan Chad. Diplomat mengonfirmasi ada beberapa warga Rusia yang berada di dalam pesawat itu.
Setelah insiden tersebut, otoritas setempat menemukan kartu identitas dari serpihan pesawat yang diterbangkan oleh maskapai New Way Cargo di Kyzgyzstan. Namun, maskapai tersebut tidak memberikan respons lebih lanjut soal masalah itu.
Melansir dari Associated Press, kelompok Conflict Observatory yang dibiayai oleh Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat untuk memantau perang di Sudan mengatakan, pesawat tersebut pernah digunakan untuk mengirim senjata kepada RSF.
Pesawat buatan Rusia tersebut sempat digunakan untuk mengirimkan senjata dan amunisi dari Uni Emirat Arab (UAE) menuju ke Bandara Internasional Idriss Deby di Amdjarass, Chad, tak jauh dari perbatasan Sudan.
3. Chad bantah tuduhan kirim senjata dan amunisi ke RSF

Pada Kamis, Chad membantah kabar memicu ekskalasi perang di Sudan dengan mempersenjatai RSF untuk melawan tentara Sudan.
"Chad tidak memiliki kepentingan dalam menyulut peperangan di Sudan dengan menyuplai senjata. Sebaliknya, Chad adalah salah satu dari segelintir negara yang terdampak besar imbas pecahnya perang di Sudan," kata Juru Bicara Menteri Luar Negeri Chad, Abderaman Koulamallah, dilansir Arab News.
Koulamallah menambahkan, Chad sudah bersedia menampung sebanyak 680 ribu pengungsi dari Sudan. Ia mengutarakan bahwa Chad mendukung perdamaian di Sudan dan tidak mendukung semua pihak.