Polisi Brasil Tangkap Pria yang Berusaha Melakukan Serangan Bom

Jakarta, IDN Times - Polisi Brasil, pada Sabtu (24/12/2022), telah menangkap George Washington de Oliveira Sousa, 54, seorang pria dari negara bagian Para yang berusaha meledakkan bom di bandara ibu kota Brasilia. Sehari sebelumnya kepolisian telah menggagalkan upaya serangannya.
Sousa dilaporkan telah mengaku bersalah. Tindakan itu dilakukan sebagai dukungan terhadap Presiden Jair Bolsonaro dan protes terhadap hasil pemilu presiden, yang memenangkan Luiz Inacio Lula da Silva.
1. Meyakini ada kecurangan pemilu
.jpg)
Melansir BBC, Sousa merupakan pendukung keras Bolsonaro dan meyakini bahwa hasil pemilu, yang memenangkan Lula dengan selisih tipis adalah curang, meskipun tidak ada bukti yang mendukung klaim kecurangan.
Bolsonaro sendiri menjelang pemilu telah berulang kali menyampaikan keraguannya tentang sistem pemungutan suara elektronik Brasil, sehingga memicu ketidakpercayaan para pendukungnya terhadap hasil pemilu.
Tuduhan Bolsonaro telah ditolak sebagai tidak berdasar oleh pengadilan pemilihan Brasil dan gugatan partainya terhadap hasil pemilihan juga ditolak, tapi banyak pendukungnya tetap yakin bahwa pemilihan itu dicurangi.
2. Merencanakan serangan bom

Melansir Reuters, Sousa mengatakan pada polisi bahwa keraguan Bolsonaro terhadap hasil pemilu menginspirasi perjalanannya pada 12 Desember ke Brasilia, bertepatan dengan hari kemenangan Lula disahkan. Di ibu kota dia bergabung dengan kamp para penyangkal pemilu pro-Bolsonaro di luar markas tentara yang menyerukan kudeta.
"Perjalanan saya ke Brasilia adalah agar saya bisa bergabung dengan protes di depan markas tentara dan menunggu angkatan bersenjata memberi wewenang kepada saya untuk mengangkat senjata dan menghancurkan komunisme," katanya, menurut salinan kesaksiannya.
Sousa mengatakan telah diberitahu polisi dan petugas pemadam kebakaran di dekat kamp bahwa mereka tidak akan menangkap demonstran karena vandalisme, selama tidak menyerang polisi. Sousa meyakini komentar itu sebagai pertanda bahwa militer akan menentang teripilihnya Lula.
Namun, setelah berminggu-minggu tidak ada tindakan militer menentang pemilu membuat Sousa dan pendukung lainnya membuat rencana untuk mencegah Lula menjabat. Mereka berencana memprovokasi intervensi militer dan keputusan pengepungan untuk mencegah pemerintah komunis di Brasil.
Hal itu dilakukan dengan membuat bom. Bom itu dibuat Sousa menggunakan dinamit yang dibawa dari Para, dan alat pemicu jarak jauh yang diberikan pendukung di kamp. Sousa dan komplotannya berniat meledakkan bom di tempat parkir bandara Brasilia, diikuti dengan tip anonim tentang dua bom lagi di ruang keberangkatan.
Namun, bom itu berhasil ditemukan dan polisi berhasil melacak dan menangkapnya. Senjata miliknya juga disita.
3. Mengumpulkan senjata

Sousa mengatakan dia juga mengumpulkan senjata karena terinsiprasi oleh Bolsonaro, yang sejak terpilih pada 2018 telah melonggarkan undang-undang senjata. Sejak saat itu pemilik senjata legal atau CAC meningkat enam kali lipat menjadi hampir 700 ribu.
"Yang memotivasi saya untuk membeli senjata adalah kata-kata Presiden Bolsonaro, yang selalu menekankan pentingnya warga sipil dipersenjatai dengan mengatakan, 'Penduduk bersenjata tidak akan pernah diperbudak,'" kata Sousa.
Dia telah menjadi pemilik senjata legal sejak Oktober tahun lalu, dan telah mengeluarkan hampir 160 ribu real Brasil (Rp478,9 juta) untuk mengembangkan persenjataannya.
Dalam perjalanan ke Brasilia, Sousa membawa dua senapan ukuran 12, dua revolver, tiga pistol, senapan, lebih dari seribu peluru, dan lima batang dinamit. Dia mengatakan bahwa dia berencana untuk membagikan senjatanya dengan pemegang CAC lainnya di kamp Brasilia.
Flavio Dino, yang ditunjuk sebagai menteri Kehakiman dalam pemerintahan selanjutnya, Senin (26/12), mengatakan insiden tersebut membuat keamanan perlu ditingkatkan untuk pelantikan Lula, yang akan diadakan pada 1 Januari.
"Kita tidak berbicara tentang serigala. Ada orang-orang kuat di balik ini dan polisi akan menyelidikinya. Kami tidak akan membiarkan terorisme politik di Brasil," kata Dino tentang Sousa.