Polisi Prancis Tembak Perempuan Bercadar yang Teriakkan Takbir

Jakarta, IDN Times - Polisi di Prancis menembak perempuan berkerudung dan bercadar yang dianggap mengancam di stasiun kereta pada Selasa (31/10/2023) pagi. Dia itu dilaporkan meneriakkan "Allahu Akbar" dan "Kalian semua akan mati".
Kejadian ini terjadi saat Prancis sedang dalam kondisi waspada, setelah seorang guru dibunuh pada bulan ini dalam serangan diduga terkait terorisme yang mengatasnamakan agama Islam. Pejabat telah mengaitkan serangan itu dengan konflik antara Israel-Hamas.
1. Menyerukan jihad
Olivier Veran, juru bicara pemerintah, mengatakan perempuan itu ditembak di stasiun Bibliotheque Francois-Mitterrand. Dia menyampaikan para penumpang melaporkan bahwa dia mengucapkan komentar-komentar Jihadis yang agresif.
"Ketika polisi tiba mereka menarik perempuan itu ke samping dan pertama-tama memintanya untuk tenang, tapi juga menunjukkan tangannya untuk menunjukkan bahwa mereka tidak menimbulkan bahaya tertentu,” kata Veran, dilansir Reuters.
“Apa yang terjadi kemudian adalah petugas penegak hukum tidak punya pilihan selain menembaki perempuan ini mengingat bahayanya situasi tersebut," tambahnya.
Laurent Nunez, kepala polisi Paris, mengatakan sang korban ditembak di perut dan telah diberikan perawatan darurat oleh petugas pemadam kebakaran. Dia telah dipindahkan ke rumah sakit terdekat, tempat dia mendapat perawatan.
“Orang ini menolak memenuhi peringatan dan polisi menembakkan senjatanya,” kata Nunez, seraya menambahkan bahwa situasinya sangat mengancam.
Nunez menyampaikan perempuan itu mengancam akan meledakkan dirinya. Setelah pemeriksaan tidak ditemukan adanya bahan peledak dan senjata, penembakan akan dievaluasi.
2. Pihak berwenang pernah menahan perempuan tersebut
Dilansir Euro News, Nunez mengatakan perempuan berusia 38 tahun dan pernah diamankan oleh pihak berwenang pada Juli 2021 selama Operasi Sentinelle. Dua tahun lalu, perempuan tersebut juga mengenakan cadar dan membawa obeng. Ia melontarkan ucapan keagamaan dengan sikap mengancam.
Dia ditahan polisi selama beberapa waktu. Kemudian, diinternir karena memiliki masalah kejiwaan. Dia tidak menjadi sasaran radikalisasi, bertentangan dengan apa yang awalnya dilaporkan.
Pihak berwenang telah membuka dua investigasi dalam kasus ini, salah satunya diselidiki polisi Paris terkait ancaman dari perempuan tersebut. Satunya lagi terkait keputusan polisi melepaskan tembakan, yang akan diselidiki Inspektorat Jenderal Kepolisian Nasional.
Jaksa penuntut umum mengatakan dua petugas polisi melepaskan delapan tembakan kepada perempuan itu. Awalnya dilaporkan satu tembakan dilakukan oleh seorang petugas polisi.
3. Prancis berada dalam kewaspadaan teror tertinggi

Prancis saat ini telah berada dalam kewaspadaan teror nasionalnya di tingkat tertinggi. Hal itu diterapkan setelah pembunuhan terhadap guru Dominique Bernard di Arras pada 13 Oktober oleh seorang pemuda dengan catatan radikalisme Islam.
Setelah dalam kondisi siaga tertinggi negara itu telah menerima puluhan ancaman bom, yang menyebabkan banyak evakuasi di bandara, stasiun kereta api dan lokasi wisata seperti di Istana Versailles.
Pada Selasa, Menteri Transportasi Prancis Clement Beaune mengatakan, sebanyak 100 ancaman bom telah dilontarkan ke bandara-bandara Prancis sejak 18 Oktober.
Sehari sebelumnya, Menteri Dalam Negeri Gerald Darmanin melaporkan, ada 819 tindakan anti-Semit dan 414 penangkapan di Prancis sejak 7 Oktober, sejak Hamas memulai serangan ke Israel.



















