Presiden Chile dan Kolombia Kecam Kerusuhan di Brasil

Jakarta, IDN Times - Presiden Chile, Gabriel Boric dan Presiden Kolombia, Gustavo Petro sepakat mengecam serangan massa pendukung Bolsonaro di gedung pemerintahan Brasil di Brasilia. Mereka menyebut bahwa agresi itu merupakan bentuk serangan terhadap demokrasi.
Dilansir Reuters, pemimpin dunia menyatakan kecamannya terhadap invasi di Gedung Mahkamah Agung dan Parlemen Brasil. Pemimpin dunia menganggap serangan ini adalah pelanggaran terhadap demokrasi karena berupaya melengserkan presiden terpilih di Brasil, Lula da Silva.
1. Boric usulkan pertemuan luar biasa OAS soal serangan massa di Brasil
Mendengar kabar itu, Boric menyerukan pengadaan pertemuan luar biasa dari Organization of American States (OAS) terkait kerusuhan di Brasil. Ia menyebut bahwa kerusuhan yang terjadi pada Minggu itu tidak dapat diterima.
"Kerusuhan di Brasilia kemarin tidak dapat diterima. Situasi ini mengkhawatirkan bagi negara kami, kawasan kami harus memiliki posisi yang jelas terkait masalah ini. Tujuan pertemuan ini agar seluruh kawasan kami memiliki pandangan yang jelas atas ini," tutur Boric pada Senin (9/1/2023), dikutip Reuters.
Sementara itu, Boric yang mengadakan pertemuan dengan Petro menyatakan dukungannya terhadap Presiden Brasil Luiz Inacio Lula da Silva, yang baru menyandang status sebagai presiden pada 1 Januari 2023.
Petro menyatakan bahwa serangan massa di Brasilia ini seperti halnya serangan kudeta di Chile dalam melawan kepemimpinan Salvador Allende pada 1973.
"Hari ini, ada sekelompok orang yang menginginkan kita kembali kepada masa kepemimpinan Allende. Kami baru saja melihat di Brasil, tapi ini bukan hanya di Brasil. Ini saatnya apa yang terjadi di sini 50 tahun lalu tidak akan terjadi kembali," tegas Petro.
2. Petro sebut demokrasi di Amerika dalam bahaya
Presiden Kolombia, Gustavo Petro menyampaikan bahwa pakta demokratik di Benua Amerika dalam keadaan bahaya. Ia menambahkan bahwa ekstremis sayap kanan tidak menginginkan demokrasi di Amerika.
"Demokrasi sedang dalam bahaya. Pakta demokratik di Benua Amerika berada dalam bahaya karena ini bukan hanya masalah bagi Amerika Selatan. Sama seperti yang terjadi di Brasil terjadi juga di Washington pada tahun lalu," sebut Petro, dilansir La Prensa Latina.
"Pihak sayap kanan ekstrem sedang menyerang demokrasi karena itu artinya memperbolehkan keberagaman penduduk, bagi warga kulit hitam, pribumi, komunitas petani untuk berhak memiliki negaranya sendiri. Jalan Amerika Latin adalah demokrasi yang tidak dapat dibalikkan," imbuhnya.
3. Boric nyatakan dukungannya soal perdamaian di Kolombia

Pada pertemuan antara Boric dan Petro di Istana La Moneda itu, Presiden Boric menyerukan partisipasi Chile dalam Pendanaan Multidonor PBB untuk Keberlanjutan Perdamaian di Kolombia sejak 2018.
Ia juga mengungkit pembaruan peran negaranya sebagai penjamin negosiasi perdamaian antara pemerintah Kolombia dengan ELN (Ejército de Liberación Nacional). Boric menambahkan bahwa ia akan ikut memperjuangkan proses ini agar terwujud.
"Kedamaian di Kolombia merupakan kedamaian di seluruh kawasan," ujarnya, dikutip Prensa Latina.
Pada kesempatan itu, keduanya setuju untuk membangun kerja sama dan komitmen kerja terkait migrasi, energi, dan integrasi ekonomi, budaya, dan perlindungan lingkungan. Kunjungan Petro ke Chile ini juga sebagai perayaan ulang tahun ke-200, hubungan diplomatik Chile-Kolombia.