Presiden Peru Dimakzulkan karena Gagal Atasi Krisis Kejahatan

- Presiden Peru, Dina Boluarte, dicopot karena gagal atasi krisis kejahatan
- Terjerat skandal Rolexgate hingga penelantaran jabatan
- Peru telah enam kali berganti presiden sejak 2018
Jakarta, IDN Times - Presiden Peru, Dina Boluarte, resmi dicopot dari jabatannya pada Kamis malam, (9/10/2025), setelah pemungutan suara mendesak oleh Kongres. Anggota parlemen menyetujui pemakzulan Boluarte karena dinilai gagal menghadapi krisis kejahatan yang semakin parah di negara itu.
Mayoritas mutlak anggota parlemen, yakni 122 dari 130 suara, mendukung pencopotan Boluarte dari kursi kepresidenan. Boluarte menolak hadir di sesi dengar pendapat pada malam itu untuk membela diri sebelum pemungutan suara. Namun, ia sempat merilis pernyataan setelah dicopot, menyerukan persatuan bangsa.
“Saya selalu menyerukan persatuan. Dalam konteks ini, saya tidak memikirkan diri sendiri, tetapi lebih memikirkan 34 juta rakyat Peru yang pantas mendapatkan yang lebih baik,” kata Boluarte, dilansir BBC.
1. Dianggap gagal mengatasi krisis kejahatan di Peru
Pemakzulan ini terjadi di tengah kemarahan publik yang meluas akibat kegagalan pemerintah Boluarte dalam mengendalikan gelombang kejahatan. Kemarahan ini memuncak beberapa jam sebelum pemungutan suara, setelah terjadi insiden penembakan di sebuah konser musik di ibu kota Lima.
Peru tengah menghadapi lonjakan signifikan dalam kejahatan terorganisir, terutama pemerasan yang dikendalikan oleh geng. Kasus pemerasan melonjak drastis, dari hanya beberapa ratus per tahun pada 2017 menjadi lebih dari 2 ribu kasus setiap bulannya pada tahun ini.
Berbagai langkah yang diterapkan Boluarte, termasuk menetapkan status darurat berulang kali, sebagian besar dianggap gagal mengatasi kekerasan. Angka resmi menunjukkan 6.041 orang tewas akibat kekerasan antara Januari hingga pertengahan Agustus, yang merupakan jumlah tertinggi sejak 2017.
Boluarte kini tercatat sebagai pemimpin Peru paling tidak populer dalam sejarah modern. Peringkat persetujuannya anjlok hingga 2 sampai 4 persen, padahal di awal masa jabatannya sempat mencapai 21 persen.
2. Terjerat skandal Rolexgate hingga penelantaran jabatan
Boluarte telah diselidiki selama berbulan-bulan atas berbagai tuduhan serius, termasuk dugaan penyuapan dan represi mematikan terhadap pengunjuk rasa. Skandal korupsinya yang paling menonjol dijuluki "Rolexgate", di mana dia dituduh menerima jam tangan Rolex dan perhiasan mewah sebagai suap.
Boluarte juga dituduh pernah meninggalkan jabatannya untuk operasi plastik hidung pada tahun 2023. Ia absen selama hampir dua minggu tanpa memberi tahu Kongres atau mendelegasikan kekuasaannya, sehingga melanggar kewajiban konstitusional.
Boluarte membantah semua tuduhan ini, mengklaim operasi hidung itu penting untuk kesehatannya. Namun, ahli bedah yang menangani Boluarte membantah, menyatakan prosedur yang dilakukan saat itu murni kosmetik.
Kontroversi lain muncul pada Juli ketika Boluarte menaikkan gajinya sendiri menjadi hampir 35 kali lipat dari upah minimum bulanan Peru. Selain itu, dia dituduh membantu seorang politisi buronan menghindari penangkapan menggunakan kendaraan kepresidenan.
"Menurut saya, hanya sedikit presiden yang menghadapi krisis politik dengan tingkat kesembronoan seperti Boluarte," ujar ilmuwan politik Peru, Gonzalo Banda, dilansir The New York Times.
3. Peru telah enam kali berganti presiden sejak 2018
Boluarte merupakan presiden wanita pertama Peru dan mulai menjabat pada Desember 2022. Dia naik jabatan setelah pendahulunya, Pedro Castillo, dimakzulkan dan ditangkap karena berusaha membubarkan badan legislatif.
Keputusan Boluarte untuk menggantikan Castillo memicu protes keras yang direspons dengan tindakan represif oleh pasukan keamanan. Tindakan keras ini mengakibatkan lebih dari 60 orang tewas, termasuk 49 warga sipil.
Setelah pemakzulan Boluarte, José Jerí Oré, Presiden Kongres berusia 38 tahun, langsung dilantik sebagai presiden sementara. Jerí bertugas memimpin pemerintahan transisi di Peru hingga pemilihan umum dijadwalkan berlangsung pada April 2026.
“Musuh utama ada di luar sana di jalanan: geng kriminal. Kita harus menyatakan perang terhadap kejahatan,” ujar Jerí, dilansir DW.
Boluarte adalah pemimpin keenam Peru sejak tahun 2018 akibat krisis politik berkepanjangan. Setidaknya tujuh presiden Peru sedang menghadapi tuntutan hukum terkait korupsi atau pelanggaran hak asasi manusia.