Ketua DPR AS Tuduh Azerbaijan Lakukan Serangan Ilegal ke Armenia

Azerbaijan marah dengan tuduhan Nancy Pelosi

Jakarta, IDN Times - Ketua DPR Amerika Serikat (AS), Nancy Pelosi, mengunjungi ibu kota Armenia, Yerevan. Dalam kunjungan tersebut pada Minggu (18/9/2022), Pelosi mengecam serangan pasukan Azerbaijan terhadap Armenia yang dinilai ilegal.

Azerbaijan dan Armenia adalah negara tetangga yang telah memiliki konflik selama beberapa dekade. Baru-baru ini, mereka terlibat pertempuran perbatasan mematikan yang membuat sekitar 200 orang kehilangan nyawa.

1. Ketua DPR AS janji berikan dukungan pada Armenia

Ketua DPR AS Tuduh Azerbaijan Lakukan Serangan Ilegal ke ArmeniaNancy Pelosi tiba di Yerevan (Twitter.com/US Embassy, Armenia)

Armenia merupakan negara yang dijepit Azerbaijan, Georgia, Turki dan Iran. Negara tersebut telah memiliki konflik selama beberapa dekade dengan Azerbaijan, bersengketa atas wilayah Nagorno-Karabakh.

Wilayah sengketa itu secara internasional diakui milik Azerbaijan, tapi sejak awal 1990-an dihuni oleh para penduduk etnis Armenia.

Baru-baru ini, keduanya terlibat pertempuran mematikan di wilayah sengketa tersebut, dengan kedua belah pihak saling tuduh telah melanggar gencatan senjata.

Melansir Reuters, dalam kunjungan Nancy Pelosi ke Armenia, dia menuduh bahwa tentara Azeri telah melakukan serangan ke Armenia secara ilegal. Dia mengecam keras serangan tersebut.

Pelosi juga menjanjikan dukungan pemerintah AS bagi kedaulatan Armenia atas nama dukungan terhadap mercusuar demokrasi di wilayah tersebut.

Baca Juga: Konflik Azerbaijan-Armenia Berlanjut, Kini Menewaskan 155 Tentara 

2. Azerbaijan marah dengan tuduhan Pelosi

Pihak Azerbaijan segera memberi tanggapan atas tuduhan yang dikeluarkan oleh Pelosi. Pemerintahan di Baku marah kepada Pelosi dan mengatakan bahwa pernyataan itu tidak berdasar dan tidak adil.

"Tuduhan tidak berdasar dan tidak adil yang dilontarkan Pelosi terhadap Azerbaijan tidak dapat diterima. Ini merupakan pukulan berat bagi upaya normalisasi hubungan antara Armenia dan Azerbaijan," kata Kementerian Luar Negeri Azerbaijan, dikutip Al Jazeera.

Sebelumnya, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken telah mendesak Presiden Azeri, Ilham Aliyev, untuk menjaga kesepakatan gencatan senjata.

"Dia (Blinken) mendesak Presiden Aliyev untuk mematuhi gencatan senjata, menarik pasukan militer, dan bekerja untuk menyelesaikan semua masalah yang belum terselesaikan antara Armenia dan Azerbaijan melalui negosiasi damai," kata Ned Price, juru bicara Departemen Luar Negeri AS.

3. Armenia menilai dukungan dari Rusia tidak cukup

Pada 2020, Azerbaijan-Armenia telah terlibat perang yang menewaskan lebih dari 5 ribu orang dan berakhir dengan gencatan senjata. Rusia menjadi pihak penengah dalam konflik tersebut, mengerahkan ribuan tentara perdamaian yang menjaga garis perbatasan.

Tapi, baku tembak kembali terjadi antara Azeri-Armenia pekan lalu yang menewaskan lebih dari 200 orang. Melansir RFE/RL, kedua pihak menggunakan senjata berat seperti artileri serta menggunakan drone tempur.

Armenia telah meminta Organisasi Perjanjian Keamanan Kolektif (CSTO) yang dipimpin Rusia untuk menengahi masalah tersebut. Namun Ketua Parlemen Armenia, Simonyan, tidak puas dengan tanggapan CSTO dan menilainya seperti pistol yang tidak menembakkan peluru.

Kini AS menggelontorkan dukungannya untuk Armenia, dan Yerevan juga menyambut dukungan itu.

Presiden Vladimir Putin, pada Jumat, mengatakan bahwa Rusia memiliki sumber daya untuk menengahi konflik Azerbaijan-Armenia. Tapi Rusia sedang disibukkan perang di Ukraina, di mana pasukannya menderita kekalahan setelah mendapatkan serangan balik dari pasukan Kiev.

Baca Juga: Putin Turun Tangan Redakan Konflik Armenia-Azerbaijan yang Memanas

Pri Saja Photo Verified Writer Pri Saja

Petani Kata

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Vanny El Rahman

Berita Terkini Lainnya