Perempuan Hamil dan Bayinya Tewas dalam Serangan Rusia ke Mariupol

ICRC desak gencatan senjata untuk selamatkan warga sipil

Jakarta, IDN Times - Pekan lalu, foto seorang perempuan hamil yang selamat di kota Mariupol, Ukraina, ditandu dari rumah sakit bersalin yang diserang oleh Rusia. Foto itu tersebar di dunia maya dan memperlihatkan bagaimana kengerian perang terjadi.

Perempuan tersebut dikabarkan tewas bersama bayinya akibat luka-luka yang ia derita, dilansir The Guardian. Dia bersama dua perempuan hamil lain dijadwalkan akan melahirkan di rumah sakit yang dibombardir oleh Rusia. Dua perempuan hamil lainnya selamat bersama anaknya yang baru lahir.

Mariupol telah diserang sejak invasi Rusia ke Ukraina pada 24 Februari. Kota itu kini dalam keadaan terkepung dan menderita. Palang Merang Internasional (ICRC) memperingatkan bahwa warga sipil di Mariupol yang terjebak perang telah kehilangan akses kebutuhan dasar seperti air bersih, makanan dan obat-obatan. ICRC menawarkan sebagai mediator agar gencatan senjata dilakukan dan warga sipil dievakuasi.

Baca Juga: Gawat! 2.187 Warga Mariupol Ukraina Tewas akibat Serangan Rusia

1. Tiga perempuan hamil dengan nasib berbeda

https://www.youtube.com/embed/6-NC-QOhhv4

Jurnalis Associated Press telah berada di kota Mariupol sejak Rusia melakukan serangan. Sampai kota itu dalam pengepungan dan Rusia yang gagal menaklukkan kota, menyerang pemukiman, rumah sakit bersalin dan anak-anak.

Ada tiga perempuan hamil di rumah sakit yang diserang tersebut. Ketiganya mengalami nasib yang berbeda. Serangan ke rumah sakit terjadi pada hari Rabu pekan lalu.

Mariana Vishegirskaya, perempuan hamil pertama yang selamat dan berhasil melahirkan seorang gadis pada Kamis (11/3/2022) mengisahkan kejadian tragis itu. "Kejadiannya pada 9 Maret di Rumah Sakit No 3 Mariupol. Kami berbaring di bangsal ketika kaca, bingkai, jendela, dan dinding berhamburan," katanya setelah melahirkan.

Perempuan kedua yang hamil dan bersiap melahirkan juga menjadi korban serangan. Dia dievakuasi dan dipindahkan ke rumah sakit lain. Jari-jari salah satu kakinya putus tapi perempuan itu masih selamat. Tim dokter berhasil melakukan operasi cesar pada hari Jumat. Dia dan anaknya selamat.

Seorang perempuan hamil lain yang ketiga, dievakuasi dengan cara ditandu. Panggulnya telah rusak akibat serangan Rusia. Meski tim dokter telah berupaya menyelamatkannya, dia dan anaknya meninggal dunia. 

Sebelumnya, korban meminta dokter memprioritaskan untuk menyelamatkan anaknya. Tapi pada akhirnya, baik anak atau perempuan hamil itu sama-sama meninggal dunia.

Tanpa bukti valid, Rusia menuduh rumah sakit itu telah diambil alih sebagai pangkalan tentara Ukraina. Duta Besar Rusia untuk PBB dan Kedutaan Besar Rusia di London menuduh foto-foto dan video jurnalis Associated Press sebagai palsu.

Baca Juga: Ukraina Tuding Rusia Serang Masjid di Mariupol

2. Tim dokter tidak mengetahui identitas korban perempuan hamil

Mariupol adalah kota dengan sekitar 400 ribu penduduk. Kota itu menjadi simbol perlawanan tangguh terhadap invasi pasukan Presiden Vladimir Putin. Sejak awal invasi Rusia, Mariupol sampai saat ini masih bertahan di tangan Ukraina meski nasibnya menderita.

Lebih dari 100 bom telah dijatuhkan ke kota itu sejak awal invasi. Ratusan ribu warga sipil masih terjebak di tengah pertempuran dan mereka kini kehilangan akses ke kebutuhan dasar seperti makanan, air bersih, obat-obatan, listrik dan gas sebagai pemanas ruangan.

Rumah sakit dan pemukiman penduduk telah jadi sasaran serangan oleh pasukan Rusia. Dilansir Al Jazeera, perempuan hamil dan anaknya yang akhirnya meninggal akibat serangan Rusia, tidak diketahui identitasnya.

Kekacauan kota telah membawanya menuju rumah sakit untuk melahirkan. Kini, tim dokter menunggu suami atau keluarga untuk mengambil jenazahnya sehingga dapat mengetahui identitas korban tersebut.

Baca Juga: Rusia Serang RS Anak dan Bersalin di Mariupol, 17 Orang Tewas

3. ICRC mendesak diberi akses mengirim bantuan dan evakuasi warga sipil

Perempuan Hamil dan Bayinya Tewas dalam Serangan Rusia ke MariupolWarga Ukraina mengungsi (Twitter.com/ICRC)

Kedigdayaan tentara Rusia sebagai salah satu tentara dengan peralatan tercanggih di dunia, telah gagal melakukan serangan kilat menaklukkan Ukraina. Tentara Rusia mendapatkan perlawanan sengit sehingga menderita kerugian yang mahal.

Para pengamat militer menilai kegagalan Rusia itu menimbulkan frustrasi sehingga tentara Moskow bisa mendorong melakukan serangan brutal, melakukan pengepungan kota dan membombardir dengan lebih kejam. Mariupol adalah salah satu kota yang saat ini dalam pengepungan itu.

Dilansir BBC, Palang Merah Internasional (ICRC) telah memperingatkan bahwa kota Mariupol bisa jatuh ke dalam bencana kemanusiaan yang semakin buruk. Mereka menuntut akses pengiriman bantuan pasokan dan mendesak disepakatinya gencatan senjata agar warga sipil bisa dievakuasi.

Sejauh ini dewan kota Mariupol mengatakan lebih dari 2.500 warga sipil telah tewas. Banyak di antaranya dimakamkan di kuburan massal. Pastor Pavel Komashevsky, seorang imam, mengatakan daerah pemukiman telah dibom siang dan malam, dengan jet menderu di atas dan rudal meledak.

Pri Saja Photo Verified Writer Pri Saja

Petani Kata

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Anata Siregar
  • Novaya

Berita Terkini Lainnya