Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Profil Ahmed al-Rahawi, PM Houthi yang Tewas Diserang Israel

pasukan Houthi di Kota Sanaa, Yaman. (Public domain, via Wikimedia Commons)
pasukan Houthi di Kota Sanaa, Yaman. (Public domain, via Wikimedia Commons)
Intinya sih...
  • Ahmed al-Rahawi, PM Houthi yang tewas diserang Israel
  • Al-Rahawi meniti karier dari level pejabat lokal sebelum bergabung dengan Houthi
  • Al-Rahawi menjadi wajah sipil pemerintahan Houthi dan menyuarakan agenda mereka sebagai PM
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times- Ahmed al-Rahawi, Perdana Menteri dari pemerintahan yang dipimpin kelompok Houthi di Yaman, tewas dalam sebuah serangan udara Israel di Sana'a pada Kamis (28/8/2025). Kematiannya ini menandai eskalasi baru dalam konflik, menjadikannya pejabat politik Houthi paling senior yang terbunuh sejak kampanye militer Israel dan Amerika Serikat dimulai.

Serangan Israel tersebut menargetkan sebuah lokakarya rutin para pejabat tinggi yang sedang berkumpul di sebuah vila di desa bersejarah Beit Baws, selatan ibu kota. Militer Israel menyatakan keberhasilan operasi ini merupakan buah dari sebuah peluang intelijen. Berikut profil Ahmed al-Rahawi yang tewas diserang Israel.

1. Meniti karier dari level pejabat lokal

Al-Rahawi berasal dari suku al-Rahawi yang berpengaruh di Kegubernuran Abyan, sebuah wilayah penting di Yaman selatan. Latar belakangnya yang dari selatan ini memberinya nilai strategis bagi gerakan Houthi yang berbasis di utara, dilansir Hindustan Times.

Sebelum perang meletus, ia meniti karier panjang di pemerintahan daerah dan dikenal luas sebagai seorang administrator yang pragmatis. Ia sempat memegang beberapa jabatan penting, termasuk Direktur Jenderal dan Ketua Dewan Lokal Distrik Khanfar, Wakil Gubernur Kegubernuran Al Mahwit, dan kemudian Wakil Gubernur serta Gubernur provinsi asalnya, Abyan.

Ia juga merupakan anggota Komite Sentral dari partai Kongres Rakyat Umum (GPC), yang dipimpin oleh mantan Presiden Ali Abdullah Saleh. Jabatan ini menempatkannya sebagai bagian dari tatanan politik Yaman bahkan sebelum pengambilalihan kekuasaan oleh Houthi.

Dunia politik dan kekerasan bukanlah hal baru baginya. Ayahnya, Ghaleb Nasser al-Rahawi, juga seorang tokoh politik yang tewas dibunuh pada era 1970-an, menunjukkan sejarah kekerasan politik dalam keluarganya.

2. Titik balik yang mendorongnya ke kubu Houthi

Sebuah titik balik besar dalam hidupnya terjadi pada tahun 2015 ketika militan Al-Qaeda meledakkan satu-satunya rumah miliknya di Abyan. Peristiwa tragis ini, ditambah beberapa upaya pembunuhan yang menyasar dirinya dan keluarga sebelumnya, menjadi pemicu perubahan arah politiknya.

Kehancuran rumahnya tersebut memaksanya untuk pindah ke ibu kota Sana'a, yang saat itu sudah berada di bawah kendali penuh Houthi. Keputusan ini dilihat sebagai langkah pragmatis untuk bertahan hidup sekaligus mencari peluang di tengah lanskap kekuasaan yang telah berubah total.

Seiring waktu, aliansinya dengan Houthi semakin kuat, yang dibuktikan dengan pengangkatannya sebagai anggota Dewan Politik Tertinggi (SPC) pada 2019. Jabatan ini memformalkan statusnya dalam struktur pemerintahan bersama Houthi-GPC.

Pergeseran loyalitasnya merupakan bagian dari aliansi strategis antara Houthi dan faksi GPC yang setia kepada Saleh. Mereka bersatu untuk melawan musuh bersama, yakni pemerintahan Presiden Hadi dan koalisi yang dipimpin Arab Saudi.

3. Menjadi wajah sipil pemerintahan Houthi

Puncak kariernya di kubu Houthi terjadi pada 10 Agustus 2024, saat ia ditunjuk untuk membentuk "Pemerintahan Perubahan dan Pembangunan". Namun, pemerintahan yang dipimpinnya ini tidak mendapatkan pengakuan dari komunitas internasional.

Analis menilai, perannya sebagai perdana menteri lebih bersifat simbolis daripada strategis. Kekuatan militer dan pengambilan keputusan utama tetap berada di tangan lingkaran dalam pimpinan tertinggi Houthi, Abdul Malik al-Houthi, dilansir NYT.

Meskipun simbolis, penunjukannya merupakan bagian penting dari strategi Houthi untuk melakukan merebut total Yaman. Dengan menempatkan seorang politisi selatan sebagai kepala administrasi, Houthi berupaya membangun citra sebuah negara yang berfungsi dan memiliki legitimasi.

Sebagai PM, ia menjadi wajah publik yang menyuarakan agenda Houthi, termasuk retorika anti-Israel dan dukungan untuk "Poros Perlawanan". Ia bertugas mengartikulasikan pembenaran atas keterlibatan Houthi dalam konflik regional yang lebih luas.

4. Kematiannya berpotensi semakin menyeret Yaman ke dalam konflik

Pembunuhan al-Rahawi menandai eskalasi dan pergeseran taktik Israel dalam menghadapi Houthi. Menurut analis dari Crisis Group International, Ahmed Nagi, Israel kini tampaknya lebih fokus menyasar pimpinan politik dan militer, daripada menyerang infrastruktur.

Kematian al-Rahawi juga mengukuhkan posisi Yaman sebagai salah satu front utama dalam konflik proksi yang lebih luas antara Israel dan Iran. Peristiwa ini berisiko memicu reaksi berantai dan meningkatkan ketegangan di seluruh kawasan Timur Tengah.

Meskipun kapasitas militer Houthi tidak lumpuh, tewasnya al-Rahawi dan beberapa menteri lainnya menciptakan kekosongan administratif. Hal ini berpotensi memicu perebutan kekuasaan internal atau justru semakin mengkonsolidasikan kekuatan di tangan faksi garis keras militer.

Pembunuhan seorang pemimpin politik, bahkan yang simbolis sekalipun, dikhawatirkan akan mengganggu prospek perdamaian di Yaman. Insiden ini kemungkinan akan semakin mengeraskan sikap Houthi dan memperkuat narasi perlawanan mereka terhadap agresi asing, yang kian menyulitkan jalan diplomasi.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Sonya Michaella
EditorSonya Michaella
Follow Us