Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

PM Houthi Tewas akibat Serangan Israel di Yaman

bendera Yaman (pixabay.com/Chickenonline)
bendera Yaman (pixabay.com/Chickenonline)
Intinya sih...
  • Israel dan Yaman saling serang dalam beberapa bulan terakhir.
  • Dalam beberapa bulan terakhir, Israel telah berulang kali menyerang posisi-posisi Houthi.
  • Pemerintah Houthi masih dapat beroperasi terlepas dari serangan Israel.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Kelompok Houthi, pada Sabtu (30/8/2025), mengonfirmasi bahwa perdana menteri pemerintahannya tewas dalam serangan Israel di ibu kota Yaman, Sanaa.

Perdana Menteri Ahmed Ghaleb al-Rahawi beserta sejumlah menteri terbunuh dalam serangan udara pada Kamis (28/8/2025) yang terjadi saat berlangsungnya lokakarya rutin pemerintah. Beberapa menteri dan pejabat lainnya juga mengalami luka-luka.

Houthi tidak menyebutkan berapa banyak orang yang tewas dalam serangan itu. Namun, media Arab Saudi al-Hadath melaporkan bahwa menteri luar negeri Houthi beserta menteri kehakiman, pemuda dan olahraga, urusan sosial dan tenaga kerja termasuk di antara korban tewas.

“Kami akan membalas dendam, dan kami akan menempa kemenangan dari lubuk hati yang paling dalam,” kata ketua Dewan Politik Tertinggi Houthi, Mahdi al-Mashat, dalam sebuah video.

Kantornya menyebutkan bahwa posisi al-Rahawi akan digantikan oleh wakil Perdana Menteri Houthi, Muhammad Ahmed Miftah.

1. Israel dan Yaman saling serang dalam beberapa bulan terakhir

Pada Kamis, militer Israel mengumumkan telah menyerang sasaran militer Houthi secara tepat sasaran di Sana. Media Israel saat itu melaporkan bahwa seluruh Kabinet Houthi tewas dalam serangan tersebut.

Dalam beberapa bulan terakhir, Israel telah berulang kali menyerang posisi-posisi Houthi, menyusul serangan yang dilancarkan kelompok tersebut terhadap negaranya dan kapal-kapal Barat di Laut Merah. Houthi mengklaim bahwa tindakan mereka merupakan bentuk solidaritas terhadap rakyat Palestina di Gaza yang menghadapi serangan brutal Israel sejak Oktober 2023. Mereka juga menegaskan bahwa serangan Israel tidak akan menghentikan operasi militer mereka.

Pada Rabu (27/8/2025), Houthi mengaku bertanggung jawab atas serangan rudal di Israel selatan, yang menurut Tel Aviv berhasil dicegat.

2. Pemerintah Houthi masih dapat beroperasi terlepas dari serangan Israel

Dalam pernyataannya pada Sabtu, kepresidenan Houthi menyatakan bahwa pemerintah dan lembaganya tetap mampu menjalankan tugas meskipun terjadi serangan mematikan Israel.

“Darah para syuhada besar akan menjadi bahan bakar dan motivasi untuk melanjutkan jalan yang sama,” demikian bunyi pernyataan itu, dikutip dari Al Jazeera.

Al-Mashat juga mengatakan bahwa Houthi akan terus melanjutkan pembangunan angkatan bersenjata dan mengembangkan kemampuan mereka.

“Kepada rakyat kami di Gaza, sikap kami tegas dan akan tetap demikian sampai agresi berhenti dan blokade dicabut, tidak peduli seberapa besar tantangannya," tambahnya.

3. Tewasnya al-Rahawi merupakan kemunduran serius bagi Houthi

Dilansir dari The Guardian, al-Rahawi berasal dari provinsi selatan Abyan dan merupakan sekutu mantan presiden Yaman Ali Abdullah Saleh. Ia bersekutu dengan Houthi ketika kelompok pemberontak tersebut merebut Sana dan sebagian besar wilayah utara dan tengah Yaman pada 2014, yang memicu perang saudara berkepanjangan di negara tersebut. Ia kemudian diangkat sebagai perdana menteri pemerintahan Houthi pada Agustus 2024.

Al-Rahawi adalah pejabat Houthi paling senior yang tewas sejak Amerika Serikat (AS) dan Israel melancarkan serangan udara dan laut di Yaman sebagai respons atas serangan kelompok tersebut terhadap Israel dan kapal-kapal di Laut Merah.

Pada Mei 2025, Washington mengumumkan penghentian serangan dengan syarat Houthi mengakhiri serangan terhadap kapal-kapal di jalur internasional tersebut. Namun, para pemberontak menyatakan bahwa kesepakatan itu tidak mencakup penghentian operasi mereka terhadap Israel.

Ahmed Nagi, seorang analis senior Yaman dari Crisis Group International, sebuah lembaga pemikir yang berbasis di Brussel, menyebut tewasnya perdana menteri Houthi sebagai kemunduran serius bagi para pemberontak. Menurutnya, eskalasi ini menandai pergeseran strategi Israel, dari menargetkan infrastruktur pemberontak menjadi menyerang para pemimpinnya.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Sonya Michaella
EditorSonya Michaella
Follow Us