Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Resolusi Majelis Umum PBB, Rusia Didesak Tarik Pasukan dari Ukraina

Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, ketika melakukan pidato saat Sidang Majelis Umum PBB pada hari Rabu, 22 September 2021, lalu. (Instagram.com/antonioguterres)

Jakarta, IDN Times – Mayoritas negara anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mendukung lahirnya resolusi yang mendesak Rusia untuk segera menarik pasukannya dari Ukraina. Tercatat ada 141 dari 193 anggota PBB yang mendukung resolusi tersebut, termasuk Indonesia.

Dikutip dari Al Jazeera, resolusi itu lahir saat Majelis Umum PBB menggelar pertemuan sesi darurat pada Rabu (2/3/2022).

Diketahui ada 35 negara yang abstain, antara lain China, India, dan Afrika Selatan. Di sisi lain, hanya ada 5 negara yang menentangnya, yaitu Eritrea, Korea Utara, Suriah, Belarus, dan Rusia. Hal yang menarik adalah Serbia, sekutu Rusia, ternyata memberikan suaranya untuk mendukung resolusi itu.  

1. Sekjen PBB sebut ancaman lebih besar menanti jika perang tidak dihentikan

Sekjen PBB Antonio Guterres (un.org)

Isi dari resolusi itu adalah menyesalkan agresi yang dilakukan Rusia terhadap Ukraina. Resolusi juga mengutuk keputusan Presiden Rusia, Vladimir Putin, yang menempatkan pasukan nuklir strategisnya dalam keadaan siaga.

Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, mengatakan bahwa pesan yang disampaikan oleh Majelis Umum melalui resolusi tersebut sangat jelas dan lantang.

“Seburuk apapun situasinya bagi orang-orang di Ukraina saat ini, ancamannya bisa jauh lebih buruk. Setiap jam yang berdetak adalah bom waktu,” kata Guterres dalam sebuah pernyataan.

Sebagai informasi, resolusi yang dikeluarkan Majelis Umum bersifat tidak mengikat. Penerapannya juga tidak bisa didukung dengan kekuatan bersenjata, selayaknya resolusi yang dikeluarkan oleh Dewan Keamanan PBB. Tapi, resolusi itu memiliki bobot politik.

2. Tanggapan AS dan Ukraina terkait resolusi tersebut

Warga berlindung saat sirine serangan udara berbunyi, di dekat bangunan apartemen yang rusak akibat penembakan baru-baru ini di Kyiv, Ukraina, Sabtu (26/2/2022). ANTARA FOTO/REUTERS/Gleb Garanich.

Duta Besar Amerika Serikat (AS) untuk PBB, Linda Thomas-Greenfield, menyebut resolusi itu sebagai cerminan PBB yang didirikan untuk mencegah perang. Pada saat yang sama, dia juga mengecam aksi militer Rusia yang semakin brutal, bahkan menggunakan bom vakum untuk melumpuhkan kota-kota di Ukraina.

Utusan Ukraina untuk PBB, Sergiy Kyslytsya, menyebut resolusi itu sebagai salah satu blok yang bisa digunakan untuk membangun tembok guna menghentikan serangan Rusia.

“Mereka (Rusia) datang untuk merampas hak Ukraina untuk hidup. Sudah jelas bahwa tujuan Rusia bukan hanya pendudukan. Ini adalah genosida,” kata Kyslytsya.

3. Tanggapan Rusia soal resolusi Majelis Umum

Tentara Garda Nasional Ukraina mengambil posisi di pusat kota Kyiv, setelah Rusia meluncurkan operasi militer besar terhadap Ukraina, Jumat (25/2/2022). ANTARA FOTO/REUTERS/Gleb Garanich.

Sementara itu, utusan Rusia untuk PBB, Vassily Nebenzia, membantah tuduhan Barat yang menyebut Moskow menargetkan warga sipil.

Nebenzia kembali menegaskan bahwa apa yang Rusia lakukan di Ukraina adalah operasi militer, yang bertujuan untuk mengakhiri genosida yang didalangi pemerintahan Volodymyr Zelenskyy terhadap warga di Donetsk dan Luhansk.

Nebenzia juga menuduh pasukan Ukraina menggunakan warga sipil sebagai perisai manusia dan menyebarkan senjata berat di wilayah sipil.

“Penolakan Anda untuk mendukung rancangan resolusi hari ini adalah pemungutan suara untuk Ukraina yang damai, bebas dari radikalisme, dan neo-Nazisme,” ujar dia.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Dwifantya Aquina
EditorDwifantya Aquina
Follow Us