Ini Alasan Hanoi Jadi Tempat Pertemuan Trump dan Kim Jong-un

Sempat muncul nama Indonesia juga

Hanoi, IDN Times - Pertemuan bersejarah antara Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan pemimpin Korea Utara Kim Jong-un akan berlangsung pada 27-28 Februari mendatang di Hanoi, Vietnam. Ini adalah pertemuan kedua kalinya di mana masing-masing pihak sepakat memilih negara Asia Tenggara sebagai lokasi.

Pada pertemuan sebelumnya 2018 lalu, Amerika Serikat dan Korea Utara bertemu di Singapura. Meski kecil, tapi Singapura membuktikan mampu menjadi tuan rumah yang baik. Di saat bersamaan, pemilihan negara Asia Tenggara untuk pertemuan sepenting itu tentu menggelitik rasa penasaran.

1. Sempat muncul nama Indonesia sebagai salah satu kandidat tuan rumah

Ini Alasan Hanoi Jadi Tempat Pertemuan Trump dan Kim Jong-unANTARA FOTO/REUTERS/Kim Hong-ji

Prediksi tentang lokasi mana yang akan dipilih oleh Amerika Serikat dan Korea Utara sudah dimulai sejak awal Januari lalu. Koresponden Straits Times di Korea Selatan, Chang May-soon, sempat melaporkan prediksi para pengamat.

Negara-negara yang masuk daftar antara lain adalah Vietnam, Thailand, serta Singapura. Bahkan, Indonesia juga menjadi pertimbangan. Kemudian, muncul Hawaii tapi diprediksi sulit sebab wilayah tersebut merupakan bagian dari Amerika Serikat.

Baca Juga: Bertemu Trump, Kim Jong-un Naik Kereta dari Korea Utara ke Vietnam

2. Nama Hanoi diperkirakan menjadi favorit bagi Amerika Serikat dan Korea Selatan

Ini Alasan Hanoi Jadi Tempat Pertemuan Trump dan Kim Jong-ununsplash.com/Jack Young

Di antara negara-negara tersebut, New York Times memperkirakan Hanoi yang akan dipilih oleh keduanya. Dari sudut pandang Amerika Serikat, ini tergolong pilihan yang masuk akal sebab Vietnam merupakan salah satu negara dengan perekonomian bagus di kawasan Asia Tenggara. Apalagi Vietnam pernah sangat menderita karena peperangan dengan Amerika Serikat.

Korea Selatan juga diperkirakan menyukai ide Hanoi sebagai tuan rumah. Sebagai pihak yang berperan penting dalam pertemuan Trump dan Kim, dan merupakan aliansi Amerika Serikat di Asia Timur, Seoul ingin menunjukkan hubungan baiknya dengan negara yang pernah jadi musuh itu.

3. Baik Amerika Serikat maupun Korea Selatan ingin Vietnam jadi contoh bagi Korea Utara

Ini Alasan Hanoi Jadi Tempat Pertemuan Trump dan Kim Jong-ununsplash.com/Florian Wehde

Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Mike Pompeo sendiri ingin memamerkan bahwa hubungan baik dengan negara akan menguntungkan. "Fakta bahwa kita bekerja sama--dan tidak berperang--adalah bukti bahwa ketika sebuah negara memutuskan untuk menciptakan masa depan yang lebih cerah bersama dengan Amerika Serikat, kami menindaklanjuti janji-janji Amerika," ujarnya.

Pemilihan Hanoi juga dilatarbelakangi keinginan Amerika Serikat dan Korea Selatan untuk menjadikan Vietnam sebagai contoh bagi Korea Utara. "Keajaiban ini bisa jadi milikmu juga," tambah Pompeo, yang ditujukan untuk Korea Utara dan Kim. Dikutip dari CNN, Pompeo menyebut perekonomian Vietnam diuntungkan oleh kerja sama yang meroket dengan Amerika Serikat. Dalam dua dekade terakhir pertumbuhannya mencapai 8000 persen. 

4. Relasi antara Korea Utara dan Vietnam juga baik

Ini Alasan Hanoi Jadi Tempat Pertemuan Trump dan Kim Jong-unANTARA FOTO/KCNA via REUTERS/

Kim juga diprediksi akan mudah menerima Vietnam sebagai lokasi pertemuan. Secara ideologi, Korea Utara juga mengakui Vietnam sebagai negara komunis. Hanya saja, Vietnam membiarkan konsentrasi kekuatan lebih tersebar dibandingkan Korea Utara yang terpusat kepada keluarga Kim.

Secara diplomatik, Vietnam dan Korea Utara adalah kawan lama. Keduanya sudah saling mengakui sejak 1950 bahkan ketika Vietnam belum merdeka dari Prancis. Vietnam sendiri mendukung agar Korea Utara bergabung dengan ASEAN. Dengan begini, sebenarnya masing-masing pihak yang berkepentingan langsung akan diuntungkan.

5. Sempat ada yang meragukan dipilihnya Vietnam sebagai lokasi pertemuan

Ini Alasan Hanoi Jadi Tempat Pertemuan Trump dan Kim Jong-unANTARA FOTO/REUTERS/Jonathan Ernst

Meski begitu, Sean King, seorang pakar politik Asia di Washington, sempat keputusan untuk memilih Vietnam. "Korea Utara tak bisa mengambil risiko membuka diri secara ekonomi selama ada negara etnis Korea yang lebih besar dan kaya di sebelah," ujarnya. Ia menyinggung bahwa Vietnam baru bisa membuka diri usai reunifikasi antara utara dan selatan.

Selain ia, Dr Graham Ong-Webb dari S. Rajaratnam School of International Studies juga skeptis. Ini karena Vietnam berada dalam orbit geopolitik Cina dan "hanya masuk akal jika Trump berusaha menyelesaikan krisis Semenanjung Korea dengan cara yang juga berhubungan dengan Cina". Salah satunya adalah dengan menawakan "keuntungan ekonomi serta keamanan sebagai imbalan denuklirisasi dan aliansi strategis dengan Amerika Serikat melawan Cina".

Baca Juga: Jepang Nominasikan Trump untuk Terima Nobel Perdamaian

Topik:

  • Dwi Agustiar

Berita Terkini Lainnya