Rusia Kembalikan 1.200 Jasad Prajurit Ukraina

- Rusia menuduh Ukraina menunda pengambilan jenazah, sementara Ukraina membantah tuduhan tersebut. Proses ini melibatkan Komite Palang Merah Internasional dalam logistik penyerahan.
- Moskow menuding Kiev memperlambat pertukaran sebagai bagian dari taktik negosiasi.
Jakarta, IDN Times - Rusia mengatakan pada Sabtu (14/6/2025), bahwa mereka telah menyerahkan 1.200 jenazah prajurit Ukraina kepada Kiev. Ini menjadi salah satu repatriasi terbesar sejak perang dimulai lebih dari tiga tahun lalu. Penyerahan tersebut merupakan hasil kesepakatan yang dicapai dalam pembicaraan di Istanbul awal Juni.
Namun, media Rusia melaporkan bahwa Moskow belum menerima jenazah prajuritnya dari Ukraina, memicu ketegangan dalam proses pertukaran. Peristiwa ini terjadi di tengah meningkatnya serangan Rusia di wilayah Sumy, Ukraina, untuk membentuk zona penyangga.
1. Kesepakatan Istanbul dan proses repatriasi
Kesepakatan 2 Juni 2025 di Istanbul mencakup pertukaran hingga 6 ribu jenazah serta pembebasan tahanan perang yang sakit, terluka berat, atau berusia di bawah 25 tahun. Rusia mengklaim telah memenuhi komitmennya dengan menyerahkan 1.200 jenazah pada Jum'at (13/6/2025), namun menuduh Ukraina menunda pengambilan dan pertukaran tahanan.
“Kami telah membawa 1.212 jenazah ke titik pertukaran, tetapi Ukraina tidak hadir,” ujar Vladimir Medinsky, seorang ajudan Kremlin.
Ukraina membantah tuduhan itu dan menyatakan belum ada tanggal pasti untuk repatriasi. Badan Koordinasi Penanganan Tahanan Perang Ukraina mengonfirmasi bahwa jenazah yang diterima sedang diidentifikasi oleh tim forensik.
“Jenazah ini diyakini milik personel militer dari berbagai wilayah, termasuk Donetsk dan Kharkiv,” menurut pernyataan resmi mereka, dikutip The Guardian.
Proses ini melibatkan Komite Palang Merah Internasional dalam logistik penyerahan. Foto yang dirilis memperlihatkan petugas mengenakan pakaian pelindung saat menangani jenazah di lokasi rahasia. Dilansir Al Jazeera, ini menjadi salah satu operasi kemanusiaan terbesar selama konflik.
2. Ketegangan di balik pertukaran
Moskow menuding Kiev sengaja memperlambat pertukaran sebagai bagian dari taktik negosiasi. Meskipun pertukaran telah dilakukan sejak 2022, ketidakpercayaan terus menghambat implementasi penuh.
“Kami siap menyerahkan jenazah kapan saja, tetapi Kiev masih mendiskusikan detailnya,” kata Medinsky, dikutip dari CNN. Ia menyebut truk berpendingin telah menunggu lima hari di perbatasan.
Sebaliknya, Ukraina menuduh Rusia bertindak sepihak tanpa koordinasi. Mereka menyatakan daftar tahanan yang diajukan Moskow tidak sesuai kesepakatan. “Rusia mencoba memanipulasi fakta untuk kepentingan politik,” ujar seorang pejabat Ukraina, dikutip dari The Independent.
3. Dampak perang dan upaya kemanusiaan
Sejak invasi Rusia pada Februari 2022, korban jiwa dari kedua pihak terus bertambah. Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy menyebut lebih dari 46 ribu prajurit Ukraina tewas, sementara laporan independen memperkirakan korban di pihak Rusia melebihi 111 ribu.
“Setiap jenazah yang kembali adalah langkah menuju keadilan bagi keluarga,” kata Zelenskyy, dikutip dari The Moscow Times.
Pertukaran jenazah dan tahanan menjadi salah satu bentuk kerja sama langka di tengah konflik. Namun tanpa gencatan senjata, upaya ini tetap terbatas. Dilansir CBC News, lebih dari 100 ribu permintaan dari warga Rusia terkait kerabat mereka yang hilang, mencerminkan skala tragedi perang.
Meski pertempuran berlanjut, terutama di Donetsk dan Sumy, kedua pihak tetap berkomitmen melanjutkan pertukaran. “Kami akan terus bernegosiasi agar setiap prajurit kami yang gugur bisa kembali ke tanah air,” ujar seorang pejabat Ukraina, dilansir BBC.