Rusia Tuduh Eropa Sedang Rencanakan Militerisasi

Jakarta, IDN Times - Juru Bicara Kepresidenan Rusia, Dmitry Peskov, mengatakan bahwa negara-negara Eropa memilih jalan militerisasi dibandingkan perdamaian. Ia menuding Eropa masih ingin memperpanjang konflik di Ukraina.
"Ini merupakan sinyal dari Brussels dan ibu kota Eropa lainnya terkait rencana militerisasi Eropa. Eropa telah memilih jalur militerisasi dan mengubah dirinya sebagai sebuah partai perang," terangnya pada Kamis (20/3/2025), dikutip dari The Moscow Times.
Negara-negara Eropa terus menggenjot anggaran pertahanan di tengah konflik Ukraina dan ancaman penarikan diri Amerika Serikat (AS) sebagai penjamin pertahanan Eropa. Sejumlah negara Uni Eropa, (UE), terutama di kawasan Baltik, sudah mengumumkan kenaikan anggaran pertahanan.
1. UE umumkan rencana belanja pertahanan besar

Presiden Komisi Eropa, Ursula von der Leyen, mengatakan bahwa rencana belanja pertahanan "Readiness 2030" adalah meningkatkan produksi senjata buatan Eropa.
"Kami harus membeli senjata buatan Eropa karena ini berarti memperkuat pertahanan Eropa dari sisi teknologi dan industri. Maka dari itu, kami menghentikan sementara pembelian senjata dari AS dan Inggris," tuturnya, dilansir Politico.
Nantinya, UE akan menggandeng beberapa negara seperti Korea Selatan, Jepang, dan negara dalam European Free Trade Association (EFTA) dalam program yang akan membutuhkan dana sebesar 800 miliar euro (Rp14.310 triliun).
Sebagai informasi, sebanyak dua per tiga persenjataan di negara-negara anggota UE dibeli dari perusahaan senjata asal AS.
2. UE tolak rencana pembekuan bantuan militer ke Ukraina
Pemimpin negara UE menyatakan penolakan permintaan Presiden Rusia Vladimir Putin untuk menghentikan sepenuhnya bantuan militer ke Ukraina, sebagai bagian dari persetujuan gencatan senjata.
"UE mempertahankan perdamaiannya lewat pendekatan yang kuat dan mengharuskan Ukraina memiliki posisi sekuat mungkin dengan militernya yang kuat dan kapabilitas pertahanan yang menjadi komponen penting," ungkapnya, dikutip Euronews.
Presiden Dewan Eropa, Antonio Costa, mengatakan bahwa UE akan terus mendukung Ukraina sekarang, negosiasi di masa yang akan datang, dan hingga tercapainya perdamaian.
Sementara itu, dukungan kepada Ukraina ini sudah disetujui oleh 26 negara anggota UE. Namun, Hungaria di bawah Perdana Menteri Viktor Orban menolak menandatangani persetujuan tersebut.
3. Rusia kecam serangan Ukraina di fasilitas energi Kuban

Pada hari yang sama, Peskov mengungkapkan bahwa serangan Ukraina yang menyasar fasilitas listrik di Kuban, Rusia merupakan sabotase perjanjian gencatan senjata di sektor energi dengan AS.
"Tentu saja, informasi sudah tersedia soal perintah Presiden Rusia terkait penangguhan serangan di infrastruktur energi dalam periode 30 hari. Namun, Kiev tidak mau ikut menangguhkannya. Aksi semacam ini tentu saja merusak upaya bersama untuk berdamai," ungkapnya, dikutip Tass.
Sehari sebelumnya, Rusia dan Ukraina setuju mengadakan pertukaran 372 tawanan perang, termasuk puluhan tentara Ukraina yang mengalami luka berat.