Laporan PBB Dikecam Taliban karena Ungkap Ada Konflik Internal

Jakarta, IDN Times - Taliban mengecam laporan dari Dewan Keamanan PBB pada Minggu (11/6/2023). Taliban menyebut laporan tidak berdasar dan bias setelah menyoroti keretakan dalam jajaran kelompok tersebut.
Laporan yang dirilis awal Juni oleh Tim Pemantau Dukungan dan Sanksi DK PBB itu, menyebut Taliban sedang berjuang melawan konflik internal terkait kebijakan utama, sentralisasi kekuasaan dan kontrol keuangan serta sumber daya alam di Afghanistan.
Perebutan kekuasaan yang berlangsung disebut semakin membuat situasi tidak stabil, bahkan mencapai titik di mana pecahnya konflik bersenjata antara faksi-faksi yang bersaing menjadi risiko nyata.
Namun, juru bicara utama Taliban, Zabihullah Mujahid, membantah soal perselisihan seperti yang telah dilaporkan. Ia mengatakan bahwa desas-desus ketidaksepakatan antara para pemimpin kelompok tersebut merupakan kelanjutan dari propaganda Barat selama 20 tahun terakhir.
“Publikasi laporan yang bias dan tidak berdasar seperti itu oleh Dewan Keamanan tidak membantu Afghanistan dan perdamaian dan keamanan internasional, sebaliknya, itu meningkatkan kekhawatiran di antara orang-orang (Afghanistan)," kata Mujahid, dikutip AP.
Selain itu, laporan DK PBB itu juga menyebut struktur pemerintahan Taliban sangat eksklusif dengan berpusat pada suku Pashtun saja, dan represif terhadap semua bentuk oposisi.
1. Adanya langkah penegasan kendali oleh pemimpin Taliban
Melansir Al Jazeera, dalam beberapa bulan terakhir, setidaknya dua juru bicara yang berbasis di Kabul diminta untuk pindah ke kota selatan Kandahar. Hal ini menimbulkan spekulasi tentang adanya peralihan kekuasaan dari ibu kota ke Kandahar, tempat pemimpin tertinggi Haibatullah Akhunzada bermarkas.
Pada April, juru bicara utama Taliban Zabiullah Mujahid juga diminta untuk bekerja dari kedua tempat, sedangkan Innamullah Samangani, wakil juru bicara pemerintah sementara lainnya, dipindahkan ke Kandahar. Kementerian informasi Taliban tidak memberikan alasan apa pun terkait pemindahan tersebut.
Namun Obaidullah Baheer, dosen keadilan transisi di American University of Afghanistan, percaya bahwa pemimpin tertinggi mengambil keputusan itu untuk mengonsolidasikan kekuasaan di sekelilingnya di Kandahar.
“Emir (Akhunzada) sepertinya sangat paranoid dengan menterinya sendiri, jadi dia berusaha memastikan semuanya berada di bawah kendalinya,” kata Baheer.
“Itu juga menunjukkan kurangnya kepercayaan dari yang lain di Kabul, jadi dia mencoba untuk mengambil kendali sebanyak yang dia bisa … ini, tanpa adanya konstitusionalisme dan pembagian kekuasaan, akan terus terjadi.”
2. Larangan sekolah dan bekerja bagi kaum perempuan dinilai berasal dari pemimpin di Kandahar
Sejak mengambil alih pemerintahan Afghanistan pada Agustus 2021, Taliban telah memperluas pembatasannya terhadap kebebasan media dan hak-hak perempuan, termasuk menutup sekolah menengah untuk anak perempuan.
Pejabat Taliban pada awalnya berjanji untuk membuka kembali sekolah setelah peningkatan infrastruktur untuk memastikan pemisahan gender, tetapi kelompok tersebut malah makin mengekang hak-hak perempuan dengan melarang mereka belajar di universitas dan bekerja.
Analis mengatakan dekrit yang mengecualikan wanita dan anak perempuan dari pendidikan dan pekerjaan dikeluarkan dari Kandahar, basis pemimpin Taliban. Beberapa pemimpin Taliban lainnya mendukung pemberdayaan perempuan, dengan mengatakan bahwa Islam menjamin hak perempuan atas pendidikan dan pekerjaan.
“Haibatullah dengan bangga menolak tekanan eksternal untuk memoderasi kebijakannya,” kata laporan itu.
“Tidak ada indikasi bahwa pemimpin Taliban yang berbasis di Kabul dapat mempengaruhi kebijakan secara substansial. Ada sedikit prospek perubahan dalam jangka pendek hingga menengah.”
3. Kondisi kesehatan Akhunzada mulai melemah
Laporan 1 Juni itu juga menggambarkan pemimpin Taliban, Akhunzada, sebagai orang yang tertutup dan sukar dipahami. Dia disebut memiliki langkah-langkah rumit untuk memastikan keselamatannya saat mengadakan pertemuan.
Negara anggota DK PBB yang tidak disebutkan namanya mengatakan bahwa kesehatan Akhunzada mulai menurun. Sistem pernapasannya melemah setelah ia berhasil selamat dari dua serangan COVID-19. Ia juga sebelumnya telah menderita masalah ginjal.
Hal ini menimbulkan spekulasi bahwa tokoh-tokoh senior Taliban sedang menanti penggantian kepemimpinan secara alami, mengingat kondisi kesehatan Akhunzada kini.