Sempat Diblokade, Kini Ethiopia Izinkan WHO Kirim Bantuan ke Tigray

Jakarta, IDN Times - Selama enam bulan terakhir, jalur bantuan kemanusiaan ke wilayah konflik di Tigray, Ethiopia Utara, tidak dapat dilewati. Kini, World Health Organization (WHO) telah memperoleh izin pengiriman bantuan, khususnya pasokan medis, dari pemerintah Ethiopia.
Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, pada Senin (14/2/22) mengonfirmasi kabar tersebut. Tapi, dia menyayangkan karena hanya sebagian kecil pengiriman bantuan yang telah diizinkan. Dia menyerukan akses tak terbatas untuk bantuan tersebut.
Ethiopia dilanda konflik sejak November 2020. Pasukan pemerintah, Ethiopian National Defense Force (ENDF), bertempur melawan Tigrayan People's Liberation Front (TPLF) di Tigray.
Pertempuran itu telah menyebabkan jutaan warga Tigray terancam kelaparan, termasuk para dokter. Bantuan kemanusiaan ke Tigray tidak dapat dilakukan karena blokade. Baik ENDF atau TPLF saling menyalahkan sebagai pihak yang melakukan blokade.
1. WHO dapat izin kirim pasokan bantuan kemanusiaan
Sampai saat ini, krisis di Ethiopia belum berakhir. Konflik berkembang jadi pertempuran mematikan di kawasanTigray.
Konflik tersebut bahkan meluas di region Afar dan Amhara, sehingga menyebabkan ratusan ribu penduduk kehilangan tempat tinggal. Sejak Juni 2021, upaya gencatan senjata telah dilakukan. Tapi bantuan kemanusiaan ke wilayah konflik masih diblokade.
Blokade itu, menurut badan pangan dunia (WFP), telah mengancam tiga perempat populasi Tigray. Sekitar enam juta penduduk Tigray terpaksa menggunakan 'strategi penanggulangan ekstrem' untuk bertahan hidup. Lebih dari sepertiganya menderita kekurangan pangan yang ekstrem, dikutip dari AP.
Pasokan medis juga sangat diperlukan, tetapi tidak bisa dikirim ke lokasi karena blokade. Kini, WHO telah mengantongi izin tersebut. Pasokan yang mulai dikirim adalah peralatan medis penting, peralatan pelindung pribadi, antibiotik, obat-obatan untuk malaria dan diabetes, pengobatan untuk malnutrisi akut yang parah, dan obat-obatan serta persediaan untuk kesehatan reproduksi.
2. Bantuan terhambat karena kekurangan bahan bakar

Sebagian peralatan medis WHO telah berhasil dikirim oleh WFP. Pengiriman itu dilakukan dengan penerbangan pada 11 Februari dan telah sampai di Mekelle, ibu kota Tigray.
Sayangnya, bahan bakar untuk operasi bantuan kemanusiaan tidak diizinkan memasuki Tigray sejak Agustus 2021. Hanya ada dua truk milik WFP yang diizinkan dan itu dikirim pada November 2021.
Dilansir dari laman resmi WHO, kekurangan bahan bakar telah menyebabkan operasi kemanusiaan di Tigray terpaksa dikurangi atau dihentikan sama sekali.
Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB (OCHA) memperkirakan, pasokan bantuan yang dibutuhkan masyarakat Tigray adalah 2.200 metrik ton peralatan kesehatan darurat, 1,5 juta dosis vaksin kolera, vaksinasi polio untuk lebih dari 800 ribu anak, serta lebih dari 30 ribu metrik ton nutrisi untuk pengobatan malnutrisi.
Selain itu, masih dibutuhkan suplemen nutrisi dan 15.000 metrik ton suplemen vitamin A. Bantuan WHO sebanyak 33,5 metrik ton, yang baru-baru ini dikirim, hanya sebagian kecil dari seluruh jumlah yang dibutuhkan.
WHO menyerukan agar mereka memperoleh akses tak terbatas untuk distribusi bantuan kemanusiaan di Tigray.
3. Tidak ada pemenang dalam konflik
Upaya untuk mendamaikan pihak yang berkonflik di Ethiopia terus dilakukan. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyerukan kepada pihak terkait untuk berdialog guna memecahkan masalah.
Amina Mohammed, wakil Sekretaris Jenderal PBB yang hadir dalam pertemuan Majelis Uni Afrika di Addis Ababa, ibu kota Ethiopia, telah melakukan kunjungan langsung untuk bertemu para korban konflik.
Dilansir UN News, Amina mengatakan konflik hanya membuat perempuan dan anak-anak menjadi korban. Dia mengatakan, tidak pernah ada pemenang dalam konflik. Dia juga meminta agar pertempuran segera diakhiri.
Selain itu, Amina juga menuntut pihak berkonflik untuk saling memaafkan.