Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Sempat Ditarik Trump, Biden Akan Kirim Kembali Tentara AS ke Somalia

Presiden AS, Joe Biden. (Twitter.com/President Biden)

Jakarta, IDN Times - Presiden Amerika Serikat (AS), Joe Biden, setuju untuk menempatkan kembali pasukan AS ke Somalia untuk membantu memerangi Al-Shabaab. Persetujuan Biden ini telah dikonfirmasi oleh Gedung Putih pada Senin (16/5/2022).

Keputusan Biden ini merupakan langkah yang berlawanan dari pendahulunya Donald Trump, yang memutuskan menarik pasukan dari Somalia pada Desember 2020.

1. Pasukan yang dikerahkan akan berjumlah kurang dari 500 personel

Ilustrasi tentara. (Pexels.com/Pixabay)

Melansir Al Jazeera, menurut keterangan Juru Bicara Gedung Putih Karine Jean-Pierre, pengiriman pasukan merupakan permintaan dari Menteri Pertahanan AS, Lloyd Austin. Juru bicara itu mengatakan, penempatan ini memungkinkan akan lebih efektif untuk memerangi Al-Shabaab.

"Ini adalah reposisi pasukan yang sudah berada di wilayah yang telah melakukan perjalanan masuk dan keluar Somalia secara episodik sejak pemerintahan sebelumnya membuat keputusan untuk mundur," kata Jean-Pierre.

Jean-Pierre tidak memberitahu jumlah pasti dari pasukan yang akan berada di Somalia, tapi berdasarkan keterangan seorang pejabat, jumlah pasukan yang akan dikerahkan kurang dari 500 tentara.

Pentagon melalui juru bicaranya, John Kirby, mengatakan bahwa pasukan yang dikerahkan tidak akan terlibat langsung dalam pertempuran, karena tujuan kehadiran untuk membuat pasukan lokal lebih efektif melawan Al-Shabaab.

2. Keputusan Trump menarik pasukan dianggap tidak tepat

Presiden ke-45 AS, Donald Trump. (Twitter.com/Tomi Ahonen Not Arrested On FARA Charges Today)

Melansir CNN, Trump memutuskan untuk menarik pasukan dari Somalia pada Desember 2020. Keputusan itu merupakan tindakan dari pemerintahannya untuk mengurangi keterlibatan AS dalam konflik global, termasuk di Afghanistan dan Irak. 

AS sebelumnya diketahui memiliki sekitar 700 tentara di Somalia yang bertugas membantu pasukan lokal melawan Al-Shabaab, yang terkadang ikut dalam operasi penyerangan dan memiliki pasukan di negara-negara terdekat.

Seorang pejabat AS berpendapat, penarikan yang dilakukan Trump bukan keputusan yang tepat. Dia menganggap hal itu sebagai tindakan irasional, karena menciptakan risiko yang seharusnya bisa dihindari dan meningkatkan risiko pasukan AS yang secara bergilir keluar masuk Somalia.

Pejabat itu menyampaikan bahwa setelah penarikan, Al-Shabaab tumbuh lebih kuat dan memiliki niat dan kemampuan menyerang orang AS. Pejabat itu memberitahu bahwa dalam beberapa tahun terakhir, Al-Shabaab telah membunuh lebih dari selusin warga AS di Afrika Timur, termasuk di pangkalan militer AS di Kenya pada awal 2020.

3. Perlawanan Al-Shabaab sedang memperoleh keuntungan teritorial

Ilustrasi teroris (IDN Times/Mardya Shakti)

Konflik berkepanjangan di Somalia mulai terjadi sejak runtuhnya kekuasaan Mohamed Siad Barre pada 1991. Kini penguasa harus melawan Al-Shabab yang berusaha menggulingkan pemerintahan dan mendirikan rezimnya sendiri, berdasarkan interpretasi yang mereka percayai atas hukum Islam.

Untuk menguasai Somalia, kelompok pemberontak itu sering melancarkan serangan, termasuk pemboman di ibu kota Mogadishu. Dalam beberapa bulan terakhir, Al-Shabaab telah memperoleh keuntungan teritorial dengan perlawanannya menyulitkan pasukan penjaga perdamaian Uni Afrika.

Somalia sedang berusaha untuk menguatkan kembali pemerintahan, dengan menyelesaikan pemilu pada hari Minggu yang telah lama tertunda. Pemilu hari Minggu memenangkan mantan pemimpin negara itu, Hassan Sheikh Mohamud, yang pernah menjabat sebagai presiden dari 2012-2017.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Vanny El Rahman
EditorVanny El Rahman
Follow Us