Hilang 40 Tahun, Pria Lebanon Ditemukan Bebas dari Penjara Suriah

Jakarta, IDN Times - Muammar Al-Ali yakin bahwa pria berjanggut yang dilihatnya dalam sebuah video di Suriah adalah saudara laki-lakinya, Ali, yang telah hilang selama hampir 40 tahun. Pria itu termasuk termasuk di antara ratusan tahanan yang dibebaskan dari penjara di Hama, usai pemberontak Suriah menguasai kota tersebut pekan ini.
“Hatimu memberitahumu bahwa ini adalah saudaramu,” kata Al-Ali di rumahnya di Lebanon utara.
Namun, keluarganya hingga saat ini belum dapat menghubungi pria tersebut sejak video itu diunggah pada Kamis (5/12/2024).
Seorang jurnalis di Hama kemudian mengabarkan bahwa pria yang mereka kira sebagai Ali telah kehilangan ingatan sepenuhnya. Ia bahkan tidak lagi mengenal siapa dirinya.
1. Ditahan pada usia 18 tahun
Dilansir dari Reuters, Ali Al-Ali ditangkap oleh tentara Suriah di Lebanon pada awal 1980-an saat berusia 18 tahun. Ia dituduh tergabung dalam Gerakan Unifikasi Islam (Tawheed) yang muncul di tengah perang saudara di Lebanon yang berlangsung pada 1975-1990.
Keluarga Al-Ali telah menghabiskan puluhan tahun untuk mencarinya. Namun, semua usaha tersebut tidak pernah menemui hasil, sampai pemberontak Suriah menguasai sejumlah kota pekan ini dan membebaskan ribuan tahanan di penjara Suriah. Kini, ribuan keluarga berharap dapat bertemu kembali dengan anggota mereka yang ditahan di penjara-penjara Suriah selama setengah abad kekuasaan keluarga Al-Assad.
Menurut kelompok hak asasi manusia, lebih dari 100 ribu warga Suriah diperkirakan hilang selama 13 tahun pemberontakan di negara tersebut. Banyak di antaranya ditahan di penjara.
Sekitar 700 warga Lebanon juga diperkirakan ditahan di Suriah. Mereka diculik selama 3 dekade pasukan Suriah berada di Lebanon, dengan sebagian besar dari mereka ditahan karena pandangan politik mereka.
2. Keluarga berharap nasib keluarga mereka segera terungkap
Fatima Kabbara, yang berasal dari Lebanon utara, juga telah kehilangan saudara laki-lakinya, Mohammed, selama hampir 4 dekade. Ia diculik oleh milisi Lebanon pada 1985, sebelum kemudian diserahkan kepada pihak berwenang Suriah.
Menurut keterangan dari orang-orang yang keluar dari penjara Suriah, Mohammed berada di pusat penahanan intelijen militer Suriah di Damaskus. Sejauh ini, keluarganya belum berhasil menemukan keberadaannya, namun mereka berharap nasibnya dapat segera terungkap.
"Kami ingin mengetahui nasib mereka. Jika mereka sudah meninggal, kami ingin jenazah mereka. Dan jika mereka masih hidup, kami ingin bertemu dengan mereka, agar jiwa kami kembali utuh. Hati saya terasa terbakar untuk saudara saya," kata Kabbara.
3. Pemberontak Suriah umumukan bahwa rezim Assad telah berakhir
Pemberontak Suriah, pada Minggu (8/12/2024), mengatakan bahwa mereka telah memasuki Damaskus dan mengakhiri pemerintahan otoriter Bashar al-Assad. Pada hari yang sama, komando militer Suriah juga memberitahu petugas bahwa rezim Assad telah berakhir.
Dilansir dari Reuters, dua perwira senior militer mengatakan bahwa Presiden Suriah tersebut telah meninggalkan Damaskus dengan pesawat menuju lokasi yang tidak diketahui pada Minggu pagi.
“Kami bersama rakyat Suriah merayakan berita pembebasan tahanan kami dan melepaskan belenggu mereka serta mengumumkan berakhirnya era ketidakadilan di penjara Sednaya,” kata pemberontak, mengacu pada penjara besar di pinggiran Damaskus, tempat pemerintah Suriah menahan ribuan orang.
Para saksi mata mengatakan, ribuan orang merayakan keruntuhan rezim Assad dengan berkumpul di alun-alun utama di Damaskus sambil melambaikan tangan dan meneriakkan “Kebebasan”.
Peristiwa ini menandai titik balik bagi Suriah, yang mengalami kehancuran besar akibat perang saudara selama lebih dari 13 tahun. Konflik tersebut telah menewaskan ratusan ribu orang dan memaksa jutaan lainnya mengungsi ke luar negeri.