Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Studi: 13.000 Orang India Mati Per Hari Gegara COVID-19 pada Mei 2021

Manoj Kumar duduk di sebelah ibunya Vidhya Devi, yang menderita kesulitan bernapas ketika menerima bantuan oksigen secara gratis di dalam mobilnya d Gurudwara (kuil Sikh), saat mewabahnya virus corona (COVID-19), di Ghaziabad, India, Sabtu (24/4/2021). ANTARA FOTO/REUTERS/Danish Siddiqui

Jakarta, IDN Times - Riset yang dilakukan Institute for Health Metrics and Evaluation (IHME) Universitas Washington memprediksi, puncak gelombang kedua pandemik COVID-19 di India akan terjadi pada pertengahan Mei 2021.
 
Dilansir dari The Straits Times, salah satu proyeksi yang dihasilkan IHME, pada 16 Mei 2021, India akan menyaksikan lebih dari 13 ribu orang meninggal akibat virus corona dalam waktu 24 jam. Artinya, angka kematian akan melonjak empat kali lipat dari 3.647 kematian yang dilaporkan pada Rabu, 28 April 2021.
 
India kembali mencatat noktah hitam penanganan pandemik, ketika kasus kematian mencapai 200 ribu orang pada Senin, 26 April 2021. Gelombang kedua menyebabkan krisis oksigen dan tempat tidur akibat kelumpuhan fasilitas kesehatan.

1. Angka infeksi hari ini hanya 5 persen dari total populasi yang terpapar COVID-19

Pasien terkena penyakit virus korona (COVID-19) mendapatkan perawatan di bangsal kecelakaan di rumah sakit Lok Nayak Jai Prakash (LNJP), di tengah penyebaran penyakit tersebut di New Delhi, India, Kamis (15/4/2021). (ANTARA FOTO/REUTERS/Danish Siddiqui)

Direktur IMHE Christopher Murray menyampaikan, berdasarkan hasil survei sero-prevalensi, angka infeksi yang hari ini tercatat mungkin kurang dari 5 persen dari total populasi yang terpapar virus corona.  
 
Dengan kata lain, untuk mendeteksi jumlah infeksi yang sesungguhnya, maka angka positif perlu dikali 20 atau lebih. “Jumlah infeksi saat ini luar biasa besar,” kata Murray.
 
Sementara, dilansir dari Worldometers, India telah melaporkan 18.376.524 kasus positif. Tercatat lebih dari 15 juta orang berhasil sembuh. Seandainya kasus aktif di India sekitar 3 juta kasus, kemudian dikalikan 20, maka angka sesungguhnya dari populasi yang terpapar virus corona tembus 90 juta orang.  
 
Secara sederhana, data IMHE menunjukkan satu dari empat orang India telah terinfeksi virus corona.

2. Potensi kematian bisa mencapai 960 ribu orang

Kremasi masal korban tewas akibat terinfeksi virus corona (COVID-19), terlihat di sebuah lapangan krematorium di New Delhi, India, Kamis (22/4/2021). Gambar diambil menggunakan drone. ANTARA FOTO/REUTERS/Danish Siddiqui

Selain angka riil, permodelan IMHE juga memproyeksikan angka kematian yang mendekati 960 ribu kasus pada Agustus 2021. Tetapi, IMHE mencatat, lebih dari 80 ribu nyawa dapat diselamatkan jika 95 persen penduduk mematuhi protokol kesehatan.
 
Lebih dari itu, sebanyak 86.500 nyawa juga bisa diselamatkan jika program vaksinasi terus berjalan.
 
Secara global, permodelan IMHE memperkirakan angka kematian melebihi lima juta kasus pada Agustus 2021. Skenario kasus terburuk, ketika masyarakat mengabaikan protokol kesehatan, jumlahnya bisa mencapai 5,4 juta kasus kematian.
 
Adapun jumlah korban saat ini mencapai lebih dari 3,1 juta jiwa.

3. Proyeksi IMHE hanya untuk peringatan jangka pendek

Orang-orang menurunkan tubuh seorang pria yang meninggal karena penyakit virus corona (COVID-19) ke dalam kuburan, saat pemakamannya di sebuah pemakaman di New Delhi, India, Jumat (23/4/2021). ANTARA FOTO/REUTERS/Adnan Abidi

Menanggapi temuan IMHE, guru besar fisika dan biologi Universitas Ashoka Gautam Menon mengatakan, permodelan seperti itu hanya dapat diandalkan untuk proyeksi jangka pendek.
 
Menurut dia, ada banyak aspek yang tidak diperhitungkan sebagai upaya menekan angka penularan, salah satunya adalah bantuan dari negara lain dan penerapan karantina wilayah.

"Setiap prediksi yang terlalu tepat, akan mengabaikan banyak ketidakpastian yang terkait,” kata Menon.  
 
Negara-negara di seluruh dunia telah berjanji membantu India, ketika sistem kesehatannya berada di ambang kehancuran. Banyak pasien sakit parah yang ditolak dari rumah sakit, karena tidak ada lagi ruang perawatan.
 
Beberapa kota telah menerapkan pembatasan jam malam. Sementara, polisi telah dikerahkan untuk menegakkan jarak sosial dan pemakaian masker.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Vanny El Rahman
Rochmanudin Wijaya
Vanny El Rahman
EditorVanny El Rahman
Follow Us