Tak Pakai Dasi, Anggota Parlemen Selandia Baru Diusir

Wellington, IDN Times – Parlemen di Selandia Baru mengusir seorang anggota parlemen yang juga salah satu pemimpin suku Maori dalam sidang pada hari Selasa (9/2). Gara-garanya adalah hal sepele yakni pemimpin Maori tersebut tidak memakai dasi.
Peristiwa tersebut segera saja viral dan menjadi bahan pemberitaan. Pemimpin Maori yang bernama Rawiri Waititi memilih mengenakan pakaian budaya dan tidak memakai kode umum pakaian laki-laki resmi yakni memakai dasi.
1. Diusir dari ruang debat
Sidang anggota parlemen Selandia Baru dilakukan pada hari Selasa (9/2) dan ketua pembicara dalam kesempatan tersebut, Trevor Mallard, telah mencegah Waititi bertanya sebanyak dua kali ketika parlemen wakil Maori itu mencoba bertanya di ruang debat. Ketika Waititi tetap melanjutkan pertanyaannya, Mallard kemudian mengusirnya dari ruangan.
Melansir dari kantor berita Reuters, Waititi berpendapat bahwa tindakannya adalah upaya untuk mendapatkan hak Maori dan tetap menjadi Maori di mana pun berada. Entah itu di parlemen atau bahkan di pub sekalipun.
Menurut Waititi, dasi adalah lambang jeratan kolonial. “Saya melepas jerat kolonial sebagai tanda bahwa ia terus menjajah, mencekik, menekan hak-hak Maori yang menurut Mallard (telah) memberi kita semua persamaan,” katanya.
Parlemen di Selandia Baru terkenal sebagai parlemen paling inklusif di dunia. Suku pribumi Maori sendiri memiliki banyak wakil di parlemen yakni sebanyak 21 persen. Anggota parlemen minoritas lain yang terpilih di antaranya kelompok LGBTQ atau anggota parlemen yang berasal dari Afrika dan Sri Lanka pada pemilihan Oktober tahun lalu.
2. Masalah dasi sudah terjadi sejak setahun yang lalu
Dasi yang menurut Waititi adalah lambang “jerat kolonial” yang mencekik telah diungkapkan tahun lalu. Melansir dari laman Australian Broadcasting Corporation, memaksa untuk mematuhi kode berpakaian Barat menurut Waititi, adalah sebuah pelanggaran haknya dan upaya untuk menekan budaya pribumi.
Akan tetapi sejak tahun lalu itu pula, parlemen sudah memperingatkan bahwa jika tak memakai dasi, maka Waititi akan dikeluarkan. Pada hari Selasa lalu, pembicara parlemen akhirnya memutuskan untuk mengeluarkan Waititi dari ruang debat karena tetap memaksa bertanya meski sudah dicegah dua kali karena tak memakai dasi.
Waititi sendiri menyebut perlakuan Mallard kepada dirinya adalah sebuah tindakan “tidak masuk akal,” padahal dia sudah memakai “pakaian bisnis Maori” yang lebih modern dan tidak tradisional. Hanya saja Waititi mengenakan taonga, sebuah kalung liontin batu hijau khas Maori yang ia pakai untuk menggantikan dasi.
3. Respon dari Mallard dan Perdana Menteri Jacinda Ardern

Debbie Ngarewa, salah satu pemimpin partai Maori yang juga anggota parlemen Selandia Baru telah berusaha untuk memohon pada kasus rekannya tersebut. Tapi upaya yang ia lakukan tidak berhasil. Mallard bersikukuh untuk tetap dengan peraturan umum bahwa dasi adalah syarat dalam kode pakaian resmi laki-laki di parlemen.
Menurut BBC, Mallard sebenarnya secara pribadi juga mendukung perubahan pada aturan wajib dasi tersebut. Namun ketika dia melakukan konsultasi dengan anggota parlemen lainnya, mayoritas dari anggota parlemen mendukung persyaratan mengenakan dasi sebagai kode pakaian resmi.
“Sebagian besar anggota (parlemen) yang menanggapi, menentang setiap perubahan aturan standar pakaian untuk ruang debat,” kata Mallard seperti dikutip dari laman The Guardian. Karena alasan mayoritas pendapat parlemen itulah Mallard masih tetap memutuskan jas dan dasi adalah kode pakaian resmi.
Perdana Menteri Jacinda Ardern ketika dimintai pendapat mengungkapkan bahwa dia tidak bermasalah dengan persoalan dasi. Baik itu anggota parlemen mau memakai dasi atau tidak, itu tak jadi persoalan. Namun menurut Ardern “Ada masalah yang jauh lebih penting bagi kita semua,” dari pada dasi tersebut, katanya.