Tepi Barat Membara saat Gencatan Senjata di Gaza Mulai Berlaku

- Israel melancarkan serangan udara di Tepi Barat, menewaskan dua pejuang Hamas.
- Pasukan Israel terus melancarkan serangan di kota Jenin, menyebabkan 16 warga Palestina tewas.
- Di Jalur Gaza, gencatan senjata mulai berlangsung dengan pengungsi kembali ke kampung halaman mereka.
Jakarta, IDN Times – Saat Jalur Gaza mulai menjalankan kesepakatan gencatan senjata, kawasan Tepi Barat justru tampaknya mulai tereskalasi. Pada Senin (27/1/2025), Israel melancarkan serangan udara di Kota Tulkarem yang menewaskan dua pejuang Hamas.
Militer Israel mengatakan, mereka menargetkan pimpinan Hamas di Tulkarem. Hamas telah mengonfirmasi bahwa dua orang yang tewas merupakan anggotanya.
Sementara itu, para saksi di Tulkarem mengatakan kepada kantor berita Reuters bahwa serangan Israel terus berlangsung di kota itu. Operasi itu terjadi saat serangan Israel di daerah Jenin memasuki hari ketujuh.
”Didukung oleh kendaraan lapis baja dan pesawat tak berawak, pasukan Israel melancarkan serangkaian serangan terhadap Jenin, kotamadya padat penduduk di sebelah utara Tulkarem, pada 21 Januari sebagai bagian dari kampanye ’Tembok Besi’ Israel,” lapor Al Jazeera, Selasa.
Sejak dimulainya operasi, menurut Otoritas Kesehatan Palestina, setidaknya 16 warga Palestina telah tewas di Jenin dan daerah sekitarnya.
1. Israel kini targetkan serangan di Tepi Barat
Israel rupanya kini mengalihkan fokus serangannya ke wilayah Tepi Barat. Mohammad Jarrar, walikota Jenin, mengatakan pada Minggu bahwa sekitar 15 ribu orang terpaksa meninggalkan kamp Jenin karena serangan Israel.
Ia menambahkan bahwa menurut perkiraan awal, tentara Israel telah menghancurkan sekitar 30 hingga 40 rumah di Jenin, dan ratusan lainnya rusak sebagian.
“Tentara Israel menghancurkan jalan-jalan dan infrastruktur, membuat jalur bagi kendaraan mereka melalui puing-puing rumah Palestina yang dihancurkan,” kata Jarrar.
Minggu lalu, militer Israel mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa mereka melakukan serangan udara terhadap lokasi infrastruktur teroris di Jenin. Mereka menambahkan bahwa banyak bahan peledak yang ditanam di rute tersebut telah dibongkar.
2. Dalih operasi antiterorisme yang menimbulkan korban sipil

Pada Sabtu malam, Israel juga melakukan operasi di wilayah kamp yang sama. Mereka berdalih menembaki bangunan sipil yang diduga menjadi basis kelompok perlawanan.
Serangan itu pula yang membuat seorang bayi berusia 2 tahun meregang nyawa karena tembakan pasukan Israel. Nenek si bayi, kata Ghada Asous, mengatakan ia dan keluarganya ditembak tanpa peringatan sama sekali.
"Mereka mulai menembaki kami melalui jendela tanpa peringatan apa pun. Tiba-tiba pasukan khusus menyerbu kami dan menembaki jendela,” ungkapnya.
Dalam sebuah pernyataan, militer Israel mengatakan sedang meninjau adanya laporan warga sipil yang tidak terlibat menjadi terluka.
Kementerian Kesehatan Palestina mengatakan pasukan Israel telah menewaskan sedikitnya 838 warga Palestina di Tepi Barat yang diduduki sejak perang di Gaza dimulai pada 7 Oktober 2023.
3. Sorak-sorai setelah gencatan senjata di Jalur Gaza
Sementara itu, di Jalur Gaza, upaya gencatan senjata kini mulai berlangsung. Para pengungsi mulai kembali ke kampung halamannya.
Dilaporkan Reuters, warga diizinkan untuk kembali ke wilayahnya, khususnya di utara, setelah Hamas membebaskan tiga sandera Israel pekan ini. Pasukan Israel juga mulai menarik diri dari koridor utama di daerah kantong tersebut berdasarkan ketentuan perjanjian gencatan senjata yang disepakati.
"Rasanya seperti saya dilahirkan kembali dan kami menang lagi," kata seorang ibu Palestina, Umm Mohammed Ali, salah satu dari kerumunan yang berjalan perlahan menyusuri jalan pesisir.
Para saksi mata mengatakan penduduk pertama tiba di Kota Gaza pada dini hari setelah titik penyeberangan pertama di pusat Gaza dibuka pada pukul 07.00 pagi waktu setempat. Penyeberangan lainnya dibuka sekitar tiga jam kemudian, yang memungkinkan masuknya kendaraan.
"Entah gencatan senjata berhasil atau tidak, kami tidak akan pernah meninggalkan Kota Gaza dan wilayah utara lagi, bahkan jika Israel mengirim tank untuk masing-masing dari kami. Tidak ada lagi pengungsian,” kata warga lainnya, Osama, saat ia tiba di Kota Gaza.