Topan Kalmaegi Hantam Vietnam Usai Tewaskan 140 Orang di Filipina

- Petani dan warga pantai berjuang lindungi rumah dan lahan: Rumah dan hotel di sepanjang pantai Cua Dai tertutup rapat menjelang badai. Wilayah pesisir tengah Vietnam lumpuh akibat hujan deras, angin kencang, dan banjir
- Filipina masih berduka: Dampak badai Kalmaegi terlihat setelah air surut di provinsi Cebu. Sedikitnya 127 orang masih dinyatakan hilang hingga Kamis malam
Jakarta, IDN Times – Topan Kalmaegi menghantam wilayah tengah Vietnam pada Kamis (6/11/2025) setelah sebelumnya melanda Filipina dan menewaskan sedikitnya 140 orang. Badai ini membawa angin kencang hingga 149 km/jam dan gelombang setinggi 10 meter, memaksa pemerintah menutup bandara, membatalkan ratusan penerbangan, serta meminta warga tetap di dalam rumah.
Enam bandara di Vietnam ditutup sementara, dan lebih dari 260 ribu warga di provinsi Gia Lai dievakuasi ke tempat aman. Pemerintah juga menyiagakan sekitar 268 ribu personel militer untuk membantu operasi pencarian, penyelamatan, dan distribusi bantuan di wilayah terdampak.
Kalmaegi tercatat sebagai badai ke-13 yang melanda Vietnam tahun ini, dan termasuk salah satu yang paling kuat. Selain ancaman banjir besar, pemerintah juga memperingatkan potensi kerusakan lahan pertanian di Dataran Tinggi Tengah, wilayah penghasil kopi utama Vietnam.
Badai yang bergerak dari Laut Cina Selatan ini menjadi peringatan keras bagi negara-negara di Asia Tenggara yang tengah menghadapi musim badai dan curah hujan ekstrem akibat perubahan iklim.
1. Petani dan warga pantai berjuang lindungi rumah dan lahan

Menjelang datangnya badai, rumah dan hotel di sepanjang pantai Cua Dai, dekat kota tua Hoi An yang masuk daftar warisan dunia UNESCO, tertutup rapat. Banyak warga memilih mengungsi ke dataran tinggi.
Di kota pesisir Hue, warga masih berusaha bangkit dari banjir yang sebelumnya menewaskan 47 orang. Petani lokal seperti Nguyen Van Rin (42) mengatakan, badai ini menjadi ujian berat setelah kehilangan ternak dan hasil panen dalam banjir sebelumnya.
“Kalmaegi ini sudah jadi banjir keempat tahun ini. Saya khawatir ini akan lebih parah,” ujarnya sambil mengayuh perahu kecil di jalanan yang terendam air, dikutip dari Channel News Asia, Jumat (7/11/2025).
Wilayah pesisir tengah Vietnam, yang menjadi jantung ekonomi pariwisata dan pertanian, kini lumpuh akibat kombinasi hujan deras, angin kencang, dan banjir yang terus meluas hingga akhir pekan.
2. Filipina masih berduka

Sementara itu, di Filipina, dampak badai Kalmaegi baru benar-benar terlihat setelah air surut di provinsi Cebu. Rumah-rumah rata dengan tanah, kendaraan terbalik, dan jalanan dipenuhi puing-puing. Sedikitnya 127 orang masih dinyatakan hilang hingga Kamis malam.
Petugas penyelamat masih berjuang menyalurkan bantuan ke wilayah terdampak. “Tantangannya sekarang adalah membersihkan puing-puing agar proses evakuasi dan pencarian korban bisa berjalan cepat,” ujar pejabat pertahanan sipil Raffy Alejandro kepada stasiun radio lokal.
Bencana ini datang hanya sebulan setelah gempa bermagnitudo 6,9 mengguncang Cebu, menewaskan puluhan orang dan memaksa ribuan warga mengungsi. Kini, wilayah yang sama kembali hancur diterjang badai.
Badan meteorologi Filipina juga memantau sistem tekanan rendah baru di timur Pulau Mindanao yang diperkirakan bisa berkembang menjadi topan dan menghantam negara itu awal pekan depan.
3. Kehilangan segalanya

Bagi banyak warga di Cebu, badai ini bukan sekadar kehilangan rumah, tapi juga kehilangan hidup. Liza Becus, seorang ibu tujuh anak di Kota Talisay, kembali ke rumahnya yang hancur.
“Segalanya hancur. Yang tersisa hanya lantai. Semua hanyut,” katanya.
Ia kini mengumpulkan besi tua dan lembaran seng yang tersisa untuk dijual, agar bisa membeli beras bagi anak-anaknya. “Anak-anak saya tidak punya apa-apa, baju, tas, semua hilang,” ujarnya dengan mata berkaca-kaca.
Cerita Liza menjadi simbol perjuangan ribuan keluarga di Cebu yang kini hidup tanpa listrik, tanpa tempat tinggal, dan tanpa kepastian kapan bantuan tiba.
Di tengah kehancuran, semangat warga untuk bertahan justru semakin kuat. Banyak relawan dan komunitas lokal turun langsung membantu membersihkan jalan, mendirikan dapur umum, dan menampung pengungsi.

















