Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Trump Ancam Akhiri Gencatan Senjata Israel-Hamas, Ada Apa?

Presiden AS Donald Trump berbicara di CPAC Februari 2011. (Mark Taylor from Rockville, USA, CC BY 2.0, via Wikimedia Commons)
Presiden AS Donald Trump berbicara di CPAC Februari 2011. (Mark Taylor from Rockville, USA, CC BY 2.0, via Wikimedia Commons)
Intinya sih...
  • Bentrokan internal pecah di Gaza akibat perebutan bantuan Hamas dan kelompok bersenjata yang dituduh bekerja sama dengan Israel.
  • Israel melanggar gencatan senjata dengan menembak warga Palestina dan memperketat akses bantuan kemanusiaan ke Gaza.
  • Presiden Otoritas Palestina, Mahmoud Abbas, mengkritik keras Hamas atas dugaan eksekusi terhadap warga yang dituduh bekerja sama dengan Israel.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times – Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, mengancam akan mengakhiri gencatan senjata antara Israel dan Hamas jika kekerasan di Gaza terus berlanjut. Ancaman itu disampaikan setelah laporan mengenai pembunuhan terhadap warga Gaza yang dituduh berkolaborasi dengan Israel.

“Jika Hamas terus membunuh orang-orang di Gaza, yang bukan bagian dari Kesepakatan, kami tidak punya pilihan selain masuk dan membunuh mereka,” tulis Trump di media sosial pada Kamis (16/10/2025).

Sikap itu bertolak belakang dengan pernyataannya dua hari sebelumnya ketika ia sempat mendukung tindakan Hamas terhadap geng kriminal di Gaza. Perubahan nada dari Trump mencerminkan meningkatnya ketegangan sejak gencatan senjata diberlakukan pada Sabtu (11/10/2025).

"Mereka akan melucuti senjata, dan jika mereka tidak melakukannya, kami akan melucuti mereka, dan itu akan terjadi dengan cepat dan mungkin dengan kekerasan," kata Trump, dikutip dari Hindustan Times.

1. Bentrokan internal pecah di Gaza akibat perebutan bantuan

ilustrasi bantuan obat-obatan (pexels.com/RDNE Stock project)
ilustrasi bantuan obat-obatan (pexels.com/RDNE Stock project)

Hamas tengah berhadapan dengan kelompok bersenjata di Gaza yang dituduh mencuri bantuan kemanusiaan seperti makanan dan obat-obatan. Kelompok itu juga disinyalir bekerja sama dengan Israel dan terlibat dalam pembunuhan jurnalis Palestina terkenal, Saleh Aljafarawi.

Pada Juni 2025, Israel mengakui telah mempersenjatai sejumlah geng di Gaza, termasuk yang terkait dengan kelompok teroris Negara Islam (ISIL), sebagai upaya untuk melemahkan kekuasaan Hamas. Langkah tersebut memicu kekacauan baru di wilayah yang sudah terpuruk akibat perang dan blokade panjang.

Untuk menurunkan tensi, Kementerian Dalam Negeri Gaza menawarkan amnesti bagi anggota geng yang tak terlibat dalam kekerasan. Namun, kekosongan kekuasaan pascaserangan udara Israel membuat keluarga berpengaruh dan faksi bersenjata yang didukung Israel menguasai sebagian wilayah, memperparah krisis pangan dan keamanan, dilansir dari NDTV.

2. Israel langgar gencatan senjata dengan aksi mematikan

ilustrasi perang (pexels.com/Beyzanur K.)
ilustrasi perang (pexels.com/Beyzanur K.)

Israel dilaporkan melanggar kesepakatan gencatan senjata dengan menembak warga Palestina yang mendekati area perbatasan. Wilayah tersebut tak ditandai dengan jelas, sehingga banyak warga sipil menjadi korban dalam insiden harian yang meningkat sejak kesepakatan berlaku.

Selain itu, Israel juga memperketat akses bantuan kemanusiaan ke Gaza. Negara itu menolak membuka perbatasan Rafah dengan Mesir, yang menjadi jalur penting untuk pasokan makanan dan obat-obatan, serta memperingatkan akan mengurangi bantuan yang masuk.

3. Abbas kritik Hamas, gencatan senjata terancam gagal

ilustrasi bendera Palestina (pexels.com/Alfo Medeiros)
ilustrasi bendera Palestina (pexels.com/Alfo Medeiros)

Presiden Otoritas Palestina, Mahmoud Abbas, mengkritik keras Hamas atas dugaan eksekusi terhadap warga yang dituduh bekerja sama dengan Israel.

“Apa yang terjadi merupakan kejahatan, pelanggaran mencolok terhadap hak asasi manusia, dan serangan serius terhadap prinsip supremasi hukum,” kata kantor Abbas, seperti dikutip dari pernyataannya, dikutip dari Al Jazeera.

Pernyataan itu memperlihatkan ketegangan politik antar-faksi Palestina di tengah gencatan senjata yang rapuh. Abbas menilai tindakan Hamas justru merusak kesepakatan yang diinisiasi oleh Trump dan membahayakan posisi Palestina di mata dunia.

Dalam kesepakatan yang berlaku, Hamas diwajibkan menyerahkan senjata dan menghentikan perannya sebagai pemerintah di Gaza, meski belum ada kejelasan apakah Hamas menerima ketentuan tersebut. Hingga batas waktu telah ditentukan, kelompok itu telah membebaskan 20 sandera hidup dan menyerahkan jenazah sepuluh orang, sembilan di antaranya dikonfirmasi sebagai sandera oleh militer Israel, menunjukkan betapa sulitnya pelaksanaan perjanjian tersebut di lapangan.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Sonya Michaella
EditorSonya Michaella
Follow Us

Latest in News

See More

1 Tahun Prabowo, CISDI Beri Nilai 6-7 untuk Kinerja Sektor Kesehatan

18 Okt 2025, 13:06 WIBNews