Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Trump Batal Bertemu dengan Putin di Hungaria, Negosiasi Ukraina Mandek?

Presiden Rusia, Vladimir Putin dan Presiden AS, Donald Trump, di Anchorage, Alaska. (kremlin.ru, CC BY 4.0 <https://creativecommons.org/licenses/by/4.0>, via Wikimedia Commons)
Presiden Rusia, Vladimir Putin dan Presiden AS, Donald Trump, di Anchorage, Alaska. (kremlin.ru, CC BY 4.0 <https://creativecommons.org/licenses/by/4.0>, via Wikimedia Commons)
Intinya sih...
  • Trump membatalkan pertemuan dengan Putin karena negosiasi perdamaian Ukraina mandek
  • AS memberlakukan sanksi terhadap dua perusahaan minyak terbesar Rusia, Rosneft dan Lukoil
  • Sanksi AS memiliki implikasi hukum yang ketat bagi siapa pun yang terlibat dengan entitas yang diblokir
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times- Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump membatalkan rencana pertemuan dengan Presiden Rusia Vladimir Putin, karena kurangnya kemajuan dalam negosiasi perdamaian. Pembatalan pertemuan yang awalnya direncanakan di Budapest, Hungaria, ini terjadi bersamaan dengan pengumuman sanksi baru yang menargetkan ekspor minyak Rusia.

Sanksi dijatuhkan karena Rusia dinilai kurang berkomitmen terhadap proses perdamaian perang di Ukraina. Sanksi tersebut menyasar dua perusahaan minyak terbesar Rusia yang mendanai mesin perang Kremlin, dilansir Straits Times pada Rabu (22/10/2025).

1. Batal bertemu karena negosiasi mandek

Trump membatalkan pertemuan karena ia merasa waktunya tidak tepat dan khawatir hanya akan berakhir sia-sia. Trump merasa frustrasi dengan negosiasi yang mandek, meskipun ia selalu merasa memiliki percakapan yang baik dengan Putin.

"Satu-satunya yang bisa saya katakan adalah, setiap kali saya berbicara dengan Vladimir, percakapan saya selalu baik, dan setelah itu tidak ada kemajuan. Sama sekali tidak ada kemajuan," ujar Trump, dilansir BBC.

Trump sebelumnya telah bertemu Putin di Alaska pada Agustus lalu, tapi tanpa hasil konkret dan pertempuran terus berlanjut. Trump mengusulkan, negosiasi harus diawali dengan pembekuan garis pertempuran, yang kemudian dilanjutkan dengan pembicaraan soal wilayah.

Namun, Rusia menolak gagasan ini dan menuntut Ukraina menarik seluruh pasukannya dari wilayah Donbas. Selain itu, Moskow juga ingin mengontrol seluruh wilayah tersebut, bukan hanya porsi yang telah berhasil diduduki.

2. AS sanksi raksasa minyak Rusia

Sanksi terbaru AS menargetkan dua perusahaan minyak terbesar Rusia, yaitu Open Joint Stock Company Rosneft Oil Company (Rosneft) dan Lukoil OAO (Lukoil). Rosneft dan Lukoil disebut sedang atau pernah mengoperasikan sektor energi ekonomi Federasi Rusia.

Rosneft dan Lukoil adalah perusahaan energi yang bergerak di bidang eksplorasi, produksi, pemurnian, transportasi, dan penjualan minyak bumi dan gas alam. AS juga menetapkan sejumlah anak perusahaan Rosneft dan Lukoil yang berbasis di Rusia, termasuk Limited Liability Company Lukoil Perm dan Joint Stock Company Ryazan Oil Refinery Company.

Sanksi ini bertujuan untuk mengurangi kemampuan Kremlin untuk membiayai perangnya di Ukraina. Rosneft sendiri bertanggung jawab atas hampir setengah dari seluruh produksi minyak Rusia, yang diperkirakan mencapai 6 persen dari total output global.

Secara total, dua perusahaan minyak Rusia ini mengekspor 3,1 juta barel minyak per hari. Trump berharap agar sanksi tersebut bersifat sementara dan dapat segera dicabut jika Rusia setuju untuk menghentikan perang.

3. Implikasi sanksi terbaru AS ke Rusia

Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy dan Presiden AS, Donald Trump. (The White House, Public domain, via Wikimedia Commons)
Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy dan Presiden AS, Donald Trump. (The White House, Public domain, via Wikimedia Commons)

Sanksi ini memiliki implikasi hukum yang ketat bagi siapa pun yang terlibat dengan entitas yang diblokir. Semua properti dan kepentingan properti dari orang atau entitas yang ditunjuk, yang berada di AS atau dikendalikan oleh orang AS, harus diblokir dan dilaporkan.

Aturan ini juga berlaku otomatis untuk entitas apa pun yang dimiliki, secara langsung atau tidak langsung, 50 persen atau lebih, oleh pihak yang diblokir. Sanksi ini menambah tekanan pada Rusia yang menjadikan minyak dan gas sebagai ekspor terbesar, terutama kepada pelanggan utama seperti China, India, dan Turki.

Lebih lanjut, lembaga keuangan asing yang melakukan atau memfasilitasi transaksi signifikan dengan pihak-pihak ini, terutama yang terkait dengan basis industri militer Rusia, berisiko dikenakan sanksi sekunder.

“Kami siap untuk mengambil tindakan lebih lanjut jika diperlukan untuk mendukung upaya Presiden Trump mengakhiri perang ini,” kata Menteri Keuangan AS, Scott Bessent.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Sonya Michaella
EditorSonya Michaella
Follow Us

Latest in News

See More

WFP: Bantuan Makanan yang Masuk ke Gaza Masih Sangat Sedikit

25 Okt 2025, 10:38 WIBNews