Trump Ingin Kerahkan Militer untuk Melawan Warga AS

Jakarta, IDN Times – Calon Presiden Amerika Serikat (AS) dari Partai Republik, Donald Trump, mengatakan bahwa ia dapat mendukung kekuatan militer terhadap warga AS yang ia gambarkan sebagai musuh dari dalam, jika mereka mengganggu pemungutan suara pada November.
"Saya pikir masalah yang lebih besar adalah musuh dari dalam, bahkan bukan orang-orang yang datang dan menghancurkan negara kita," katanya kepada acara Fox News, merujuk pada warga negara AS sebagai lawan dari para migran yang ia kritik karena membanjiri negara tersebut.
"Kami memiliki beberapa orang yang sangat jahat, kami memiliki beberapa orang yang sakit, orang-orang kiri radikal yang gila. Dan saya pikir mereka harus ditangani, jika perlu oleh Garda Nasional atau, jika benar-benar diperlukan, oleh militer," kata dia, dikutip dari AFP.
1. Sebut warga AS lebih berbahaya daripada Rusia dan China

Mantan presiden dari Partai Republik itu menanggapi pertanyaan tentang apa yang ia harapkan akan terjadi pada Hari Pemilihan, setelah Presiden AS Joe Biden mengatakan minggu lalu bahwa meskipun ia yakin pemungutan suara akan bebas dan adil, ia tidak tahu apakah itu akan damai.
Trump mengklaim dalam pernyataannya bahwa sesama warga AS lebih berbahaya daripada China, Rusia, dan semua negara ini.
2. Tanggapan dari Kamala Harris

Tim kampanye Wakil Presiden Kamala Harris, saingan Trump dari Partai Demokrat dalam pemilihan presiden, dengan cepat menepis pernyataan luar biasa dari kandidat Partai Republik tersebut.
"Saya tahu orang-orang sudah tidak peduli lagi dengan Trump selama satu dekade terakhir, tetapi ini seharusnya mengejutkan bagi warga Amerika. Trump mengisyaratkan bahwa sesama warga AS adalah 'musuh' yang lebih buruk daripada musuh asing, dan dia mengatakan akan menggunakan militer untuk melawan mereka,” kata Ian Sams, juru bicara tim kampanye Harris.
"Terkejut dengan keputusan Mahkamah Agung untuk memberikan kekebalan kepada presiden (atas tindakan resmi mereka sebagai panglima tertinggi), dan sumpah Trump untuk menjadi 'diktator sejak hari pertama' yang bersedia mengizinkan 'penghentian' Konstitusi. Hal yang menakutkan," tambahnya di platform media sosial X.
3. Trump punya catatan buruk soal mobilisasi massa

Trump telah menuduh adanya penipuan yang meluas setelah kekalahannya pada 2020 dari Biden, dan terus mengulang klaim yang tidak berdasar dan telah dibantah secara luas bahwa dia tidak kalah.
Para perusuh pro-Trump, yang marah dengan klaim palsunya, menyerbu Gedung Capitol AS di Washington pada 6 Januari 2021 dalam upaya yang sia-sia untuk menghentikan sertifikasi pemilu.
Setelah dua kali gagal membunuh Trump dalam beberapa bulan, kandidat dari Partai Republik itu dilaporkan telah meminta untuk menggunakan pesawat militer pada minggu-minggu terakhir kampanye, dikutip dari The Straits Times.