Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

UE Larang 4.000 Bahan Kimia dalam Tinta Tato, Seniman Takut Bangkrut

Ilustrasi pembuatan tato. (Unsplash.com/Allef Vinicius)
Ilustrasi pembuatan tato. (Unsplash.com/Allef Vinicius)

Jakarta, IDN Times - Larangan Uni Eropa (UE) terhadap ribuan bahan kimia dalam tinta pewarna tato mulai berlaku pada hari Selasa (4/1/2022). Blok tersebut menetapkan larangan dengan alasan untuk mengurangi masalah kesehatan yang timbul dari tato.

Namun, penetapan larangan dikeluhkan oleh para seniman, yang khawatir bisnis pembuatan tato mereka terganggu karena kesulitan mencari pengganti tinta yang biasanya digunakan.

1. Seniman tato meminta lebih banyak waktu untuk mencari produk pengganti

Ilustrasi pembuatan tato. (Unsplash.com/Gino Castillo)
Ilustrasi pembuatan tato. (Unsplash.com/Gino Castillo)

Melansir Reuters, peraturan yang membatasi bahan dalam pembuatan tinta tato ini telah disepakati pada Desember 2020, tapi UE memberikan industri waktu satu tahun untuk mempersiapkan dan memperoleh alternatif tinta.

Untuk dua warna pembuatan tato yang paling umum, yaitu warna hijau dan biru diberikan waktu tenggat lebih lama, yaitu hingga tahun depan untuk memperoleh pengganti, yang saat ini belum ada alternatif yang tersedia.

Seorang seniman tato bernama Tin-Tin, yang mengepalai serikat industri tato Prancis SNAT, menyamakan larangan UE ini seperti mengambil tepung dari toko roti, yang dalam pembuatan tato seperti mengambil tinta, sehingga tidak ada tato yang bisa dibuat.

Gwenaelle Reaume, sekretaris asosiasi tato di Belgia, telah meminta pemerintah agar diberikan lebih banyak waktu untuk memperoleh alternatif. Dia menyampaikan bahwa COVID-19 membuat riset dan produksi untuk pengganti terhambat.

Reaume menyampaikan, studio tato miliknya telah memesan tinta dari pemasok baru yang disetujui tepat waktu, tapi dia memberitahu banyak seniman lainnya yang kesulitan memperoleh pengganti yang sesuai aturan baru UE.

Para seniman tato juga mengeluhkan bisnis mereka yang telah terpuruk akibat pandemik virus corona.

2. Tinta dianggap dapat memicu mutasi genetik dan kanker

Ilustrasi pembuatan tato. (Unsplash.com/benjamin lehman)
Ilustrasi pembuatan tato. (Unsplash.com/benjamin lehman)

Melansir BBC, peraturan yang disepakati blok 27 negara Eropa itu mencakup larangan hingga 4 ribu bahan kimia, termasuk alkohol isopropanol, bahan kimia yang umum digunakan dalam tinta tato. UE menyampaikan saat ini sudah ada penggantinya yang jauh lebih aman.

Badan Kimia Eropa, yang berperan dalam membuat rancangan aturan ini, mengklaim tinta berbahaya bagi kesehatan. Tinta dalam tato dapat menyebabkan alergi kulit dan dampak yang lebih serius lainnya, seperti mutasi genetik dan kanker.

Karena adanya dampak terhadap kesehatan, UE menyampaikan aturan baru ini akan membuat industri lebih aman, bukan untuk melarang tato.

Wolfgang Baumler, peneliti dermatologi dari Jerman yang melakukan penelitian pada 2010, mensurvei 3.400 orang yang memiliki tato. Dia mendapati, dua per tiga orang memiliki reaksi segera setelah membuat tato, dengan 6 persen responden melaporkan masalah berlangsung selama beberapa minggu.

Filippo Di Caprio, ahli tato di Belgia, meminta bukti klaim adanya masalah dalam tinta tato. Dia mengaku belum pernah melihat adanya alergi serius setelah tato dibuat.

3. Larangan dianggap dapat menimbulkan cara ilegal untuk mendapatkan produk

Ilustrasi pembuatan tato. (Pexels.com/cottonbro)
Ilustrasi pembuatan tato. (Pexels.com/cottonbro)

Karena adanya larangan yang memengaruhi tinta tato, sebuah petisi telah diluncurkan untuk menentang larangan dengan alasan tidak didukung bukti yang kuat dari ilmu pengetahuan. Petisi ini dilaporkan telah mengumpulkan setidaknya 176 ribu tanda tangan, sebagaimana dilaporkan AP. 

Erich Maehnert, salah satu penyelenggara petisi, khawatir larangan itu dapat membuat orang menggunakan cara ilegal untuk memperoleh produk tinta yang sesuai. 

Maehnert juga menyampaikan, larangan menyulitkan industri tato kecil, sementara industri tembakau dan alkohol memiliki kendali yang lebih besar.

Menurut UE, ada sekitar 12 persen populasi Eropa yang memiliki tato. Jumlah itu diperkirakan dua kali lipat pada kelompok usia 18-35 tahun. Di Jerman diperkirakan satu dari lima orang memiliki tato, sementara di Belgia diyakini ada 500 ribu tato baru dibuat setiap tahun.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Vanny El Rahman
EditorVanny El Rahman
Follow Us