Uni Eropa Diminta Siap Terima Anggota Baru pada 2030

Jakarta, IDN Times - Presiden Dewan Eropa Charles Michel berbicara dalam forum di tepi danau Bled di Slovenia pada Senin (28/8/2023). Dalam kesempatan itu, dia mengatakan harus menetapkan tujuan yang jelas untuk blok tersebut, termasuk memperluas wilayah pada 2030.
Ini khususnya memberikan kanggotaan Uni Eropa (UE) kepada negara-negara yang telah menunggu dalam antrean selama lebih dari 20 tahun. Mereka ini harus diberi tujuan yang jelas oleh UE, kata Michel.
1. Harus siap memperluas wilayah

Acara di Slovenia juga dihadiri para pemimpin Albania, Bosnia dan Herzegovina, Moldova, Montenegro dan Makedonia Utara. Semuanya merupakan kandidat resmi untuk bergabung dengan UE.
Dilansir Euronews, Michel mengatakan UE harus siap untuk berkembang jika ingin tetap kredibel.
"Saat kita mempersiapkan agenda strategis UE berikutnya, kita harus menetapkan tujuan yang jelas. Saya yakin kita harus siap, di kedua sisi, pada tahun 2030 untuk memperluasnya," kata Michel.
"Ini ambisius, tapi perlu. Ini menunjukkan keseriusan kita," tambahnya.
Perang Rusia di Ukraina telah memiliki dampak secara geopolitik yang memaksa UE menghidupkan kebijakan perluasan keanggotaan yang lama tidak aktif. Ini karena negara-negara Eropa Timur dan Balkan Barat mengharapkan integrasi lebih erat dengan Barat.
2. Perdamaian dan demokrasi bukan hal yang remeh
Dalam acara Bled Strategic Forum terebut, Michel juga menyinggung perang Rusia di Ukraina dan mengatakan bahwa perdamaian dan demokrasi tidak bisa dianggap remeh.
"Perang ini tidak hanya menghancurkan Ukraina: perang ini mempunyai dampak besar terhadap masa depan benua kita. Ini berdampak besar pada keamanan global," katanya dikutip dari Associated Press.
3. Negara di Balkan menyambut baik rencana Michel

Apa yang disampaikan Presiden Dewan Eropa dalam pertemuan di Slovenia, disambut baik oleh para pemimpin Balkan. Perdana Menteri Albania Edi Rama, menyerukan agar kata-kata Michel terwujud dalam langkah maju yang nyata.
Dilansir Deutsche Welle, Ramajuga menyuarakan kekahwatiran upaya Ukraina jadi anggota UE tidak boleh mengorbankan negara kandidat.
"Ukraina harus dilihat sebagai negara anggota, tapi saya berharap hal ini tidak merugikan Balkan Barat," katanya.
Ukraina dan Moldova diberi status kandidat oleh UE tahun lalu. Kedua negara berharap dapat izin untuk memulai negosiasi akses formal dengan UE pada akhir tahun ini.
Tanggapan berbeda disampaikan oleh Perdana Menteri Montenegro Dritan Abazovic. Menurutnya, tanggal aksesi yang ditawarkan itu terlalu jauh dan dia menunjukkan kekecewaan terhadap rencana itu.